Chanel Kriwilife

Berbagi itu mudah, apa sih sulitnya?
Oh well, sulitnya banyak. Apalagi jika kamu termasuk orang yang mempertimbangkan pendapat orang lain dan peduli akan pandangan orang terhadapmu. Kayak aku dulu.

Blog ini awalnya lahir karena aku mau berbagi rasa stressku menjelang pernikahan, lalu melebar ke skincare lalu akhirnya melebar ke dunia kesehatan, hingga akhirnya blog ini menjadi seperti sekarang. Menulis adalah salah satu hobiku, jadi bagiku menulis di blog ini sama saja dengan melatih skill tanpa ada beban apapun. Lagipula menulis adalah pekerjaan di balik layar, tak bersitatap muka langsung. Blog ini bisa saja hanya menjadi salah satu dari sekian banyak blog yang kamu singgahi kala iseng, lalu kamu tengok sesekali karena jatuh hati pada penulisnya tulisannya.

Ceritanya menjadi lain ketika aku mulai melirik youtube menjadi sarana berbagi. Berbagi melalui Youtube tentu harus dengan cara membuat video. Dan karena aku bukanlah seorang animator maka bisa dipastikan akulah yang akan muncul di video tersebut. Belum lagi skil edit video yang pas-pasan, membuatku tidak akan pernah bisa mengedit wajahku menjadi wajah Lisa Blekping yang terkenal itu. Parahnya lagi, ketertarikanku pada dunia Youtube terjadi menjelang aku resign dari pekerjaan. Segalanya menjadi dua kali lipat lebih rumit,

Apa hubungannya?
Hubungannya adalah aku takut pada pandangan dan penilaian orang terhadapku.

Aku takut orang berpikir aku hanya latah ikut-ikutan karena melihat banyak Youtuber sukses yang bisa memonetisasi chanelnya. Padahal sesungguhnya alasanku membuat chanel Youtube murni ingin berbagi karena sepertinya sekarang banyak yang lebih suka menonton video. Lebih lagi, bukankah mencontohkan posisi knee chest untuk mengatasi sungsang lebih enak di tonton daripada di baca? Tentunya saat chanel Kriwilife memenuhi syarat untuk memasang iklan, aku akan memasang iklan. Sebab, tahukah kamu kalau Google lebih suka merekomendasikan akun atau blog yang memasang google adsense daripada yang tidak? logis, karena Google juga mendapat pendapatan dari pihak yang memasang iklan di Google. FYI, aku pernah mematikan iklan di blog ini selama hampir 6 bulan sampai akhirnya aku mendapat email dari Google untuk memasangnya kembali. 

Tapi ketakutan terbesarku bukan itu, masih okelah kalau dianggap mau cari duit. Toh ini halal, aku nggak jadi baby sugar ( kayak ada yang mau ajaaaaa~) atau korupsi. Ketakutan terbesarku adalah:
aku takut dianggap sok-sokan main bidan-bidanan, nggak bisa move on dari dunia kebidanan padahal udah resign, depresi karena nggak kerja lagi atau parahnya dianggap kurang kerjaan. 
Ketakutanku itu, yang entah benar atau tidak membuatku maju-mundur cantiiiiik~ cantiiik~ membuat chanel Youtube. Sampai akhirnya aku membaca berita soal petisi yang melarang film Dua Garis Biru ditayangkan. Saat itu aku merasa "Indonesia Darurat Pendidikan Seks", saat itu tiba-tiba aku merasa aku harus bikin chanel Youtube yang kontennya tentang edukasi Kesehatan supaya info-info kesehatan yang beredar nggak melulu soal hoax. Saat itu aku merasa jahat karena memegang erat-erat ilmuku sendirian hanya karena aku takut pada penilaian orang, sementara di luar sana mungkin banyak orang yang membutuhkan informasi yang aku miliki. Kupikir-pikir faktanya aku memang nggak bisa move on dari dunia kebidanan. Di moment ketika aku mengucap sumpah profesiku dulu, saat itulah profesi ini melekat selamanya di diriku. Maka akhirnya kututup erat-erat telingaku, kumantapkan hatiku, dan lahirlah Chanel Youtube Kriwilife. 

Setelah beberapa kali mengupload video akhirnya ada juga video yang mencapai view diatas 1000, aku bahagia menyadari ilmuku masih bisa berguna. Meski mungkin videoku masih gitu-gitu aja, skil editnya masih gitu-gitu aja, namun aku janji aku akan terus belajar untuk membuat video yang lebih menarik dan mudah dipahami. Terima kasih untuk kalian yang telah mendukungku dengan menonton dan mensubscribe chanel Kriwilife, tanpamu aku hanyalah butiran debu yang dibayangi ketakutan-ketakutan absurd. Terima kasih juga bagi kalian yang sudah membaca tulisan-tulisan dalam blog ini, tanpamu apalah maknaku. Kalianlah penyemangatku, matahariku. Eaaaaaaaak~ aku jadi melow glow begini.

Akhir kata, 
Jangan pernah biarkan ketakutanmu menghambat langkahmu mengejar mimpi. Kebahagiaan terletak ditangan kita sendiri, bukan ditangan orang lain.

Silahkan main-main ke Youtube Kriwilife (Link ada disini) , subscribe dan share supaya semakin banyak yang tahu ya, siapa tahu ada orang lain di luar sana yangt membutuhkan info-info di chanel ini.

I love you!!
Kids Nowdays


Today, gadget sometimes be the best nanny we ever have. 
Tinggal kasih gadget ke anak, setelin youtube atau bukain games dan si ibu bisa nonton drakor menyelesaikan pekerjaan dengan tenang. Sounds familiar? ya.. ya.. kamu nggak sendirian, percayalah kamu punya buanyak teman seperjuangan. Mau gimana lagi, nyatanya anak yang biasanya pethakilan akan duduk anteng ketika tangannya memegang gadget. 

Namun sebenarnya seberapa jauh batas wajar anak boleh bermain gadget? apakah gadget memiliki dampak negatif atau positif? Beberapa saat lalu ada video beredar tentang seorang anak yang matanya memerah akibat terlalu sering bermain gadget hingga akhirnya sang ibu membawanya ke rumah sakit. Di sekitar kita anak-anak dengan fasihnya berucap " Halo gaeesssss~~" atau bahkan " Ahsiaaaaaaap" seperti mas AHA yang berkacamata itu. Di sisi lain, banyak anak yang mampu berbicara bahasa inggris, hafal beberapa lagu, bisa berhitung semua karena gadget. Jadi kesimpulannya, seperti hal lain di muka bumi ini gadget pun punya sisi positif dan negatif.

Dulu aku sendiri berniat baru mengenalkan gadget ketika keira masuk usia sekolah, dan gagal total. Akhirnya aku Yay untuk gadget pada anak. Ya gimana ya, para generasi Z ini dari ceprot lahir udah kenal gadget minimal jadi bahan pota-poto orang-orang disekitar mereka. Terus gimana anaknya mau no gadget kalo ibu bapaknya juga masih gadgetan sheyeeeeeeng~ ( nggak cuma main game atau nonton, mamak jaman sekarang belanja aja pakai handphone kan?). Belum lagi teman-teman dia yang juga main gadget, neneknya, tantenya, semuanya. Jadi ya bhay aja lah mau no gadget. susahnya ngalahin diet ya kan? Akhirnya aku bikin beberapa batasan dan tindakan supaya Keira nggak kecanduan gadget. Semoga tulisan kali ini bisa sedikit memberi inspirasi bagi ibu-ibu yang juga ngasih gadget buat anaknya. 

1. Memberi Batasan Waktu
Kita harus tegas memberi batasan waktu bahkan jika perlu menegoisasikan hal ini dengan si bocah. Batasan yang dibuat bisa berupa aturan berapa jam sehari dia boleh mainan gadget atau berapa kali seminggu dia boleh main gadget. Biasanya untuk memudahkan pembatasan aku sengaja menggunakan paket data harian, sekian GB/MB perhari. Sehingga jika paket data habis, ya udah bye si anak nggak bisa mainan gadget lagi. Cara lain adalah dengan sengaja tidak mengcharge si gadget saat malam hari, sehingga mau nggak mau ketika siang hari si anak cuma bisa main sebentar karena baterainya keburu habis. Namun ketika dua cara tersebut gagal, ya terpaksa pakai jurus ngomong dengan sedikit tegass sambil mengingatkan akibat jika terlalu banyak mainan gadget.

2. Beri Contoh Tindakan
Teladan yang baik katanya adalah perilaku, jadi kalau ingin anaknya nggak mainan gadget ya jangan keseringan main gadget di depan sang anak. Karena berasa lucu nggak sih kalau kamu melakukan apa yang kamu larang? Kamu harus walk the talk meski itu hanya sekedar pencitraan. Keira kadang suka bilang " Aku stop kalau ibu stop ya." ketika kami sedang sama-sama megang gadget, kalau udah gitu ya mau nggak mau kuletakan dulu gadgetku walau ada sejuta whatsapp yang perlu di balas.

3. Download Aplikasi Yang Kids Friendly
Sekarang sudah banyak aplikasi khusus anak, bahkan youtube pun mengeluarkan versi Youtube Kids yang bebas iklan. Sebab kadang Youtube versi asli ikannya suka iklan dewasa meski video yang dilihat adalah video anak-anak. Youtube versi kids ini juga bisa diatur supaya mati setelah sekian menit. Di play store atau app store juga sudah banyak sekali games edukatif yang bagus untu perkembangan anak, misalnya games mengenal warna, musik, puzzle, mewarnai dan masih banyak lagi. Beberapa smartphone malah sudah dilengkapi fitur guest mode yang membuat kita bisa mengatur apa saja yang bisa dilihat oleh si anak ketika membuka smartphone kita.

4. Jelaskan Sisi Negatif Gadget
Meski tidak dipungkiri gadget punya banyak sisi positif namun tentunya dia punya sisi negatif. Jelaskan dan ingatkan pada anak apa sisi negatif jika terlalu banyak main gadget, misalnya mata memerah, kepala pening, fokus menurun, jadi nggak punya teman, kurang gerak sehingga mudah sakit dan seterusnya. Kalau perlu tunjukan contoh atau bukti akibat jika terlalu banyak bermain gadget/games.

5. Jangan Gunakan Gadget Sebagai Hadiah, Excuse atau Emergency Resque
"Nanti kalau mau makan boleh deh lihat handphone..." mungkin kita sering menawarkan handphone sebagai iming-iming atas suatu perilaku anak, atau malah hukuman. Kadang juga ketika dia rewel, tantrum atau tak bisa diatur kita menawarkan gadget sebagai solusi. Namun lama kelamaan bisa jadi, anak kita yang cerdas menjadikannya sebagai senjata. Dia mau makan hanya jika diperbolehkan main gadget, dia jadi tantrum karena tahu nanti dia akan diberi gadget. Nggak mau kan gadget jadi senjata makan tuan, Bunda?

6. Perbanyak Aktivitas di Luar Ruangan
Untuk mengalihkan anak dari dunia maya, ajak anak bermain diluar ruangan. Ajak dia berkebun, bersepeda, atau ijinkan dia bermain dengan teman sebaya. Walau mungkin untuk semua aktivitas itu kita perlu mencuci baju kotor lebih banyak dari biasa dan merapikan rumah lebih sering dari biasanya namun percayalah its totally worth it!

Sejauh ini enam hal tersebut bisa membantu Keira sehingga dia nggak begitu kecanduan main gadget. Yah, meski dalam perjalannya tentu nggak semulus jalan tol. Pasti selalu ada drama nangislah, ngambek lah, gadgetnya harus diumpetin lah, tapi setidaknya sekarang dia cukup mengerti batasan. Malah kadang dia bosan sendiri dan minta mainan yang lain. Semoga kita bisa menjadikan teknologi sebagai teman baik yang membantu dan bukannya musuh dalam selimut ya. Happy Parenting!!





Photo by Suzy Hazelwood from Pexels


Adulting is really hard lately.

Menjelang usia 30 tahun dan sudah berstatus orang tua tak juga membuat kita sebanding dengan orang tua kita sendiri. Sebanding disini maksudnya dalam membahas masalah-masalah yang terjadi di dalam keluarga, entah bagaimana we will always be their little kids. Orang tua cenderung tetap ingin terlihat sempurna tanpa cela, selalu mengambil keputusan yang tepat dan benar dalam segala hal dan tak ingin kehilangan powernya sebagai orangtua. No they dont, karena toh apapun yang mereka lakukan kita semestinya tetap menghormati mereka. Tanpa mereka, kita tak ada di dunia ini, right?

Hanya saja seiring bertambahnya usia mereka dan berkembangnya jaman, mau tak mau sebagai anak peran kita mulai sedikit berbalik. Kadang kitalah yang perlu sedikit 'mengasuh' mereka, merawat ketika mereka sakit, mengingatkan ketika mereka mengambil keputusan yang kurang bijaksana dan tentu saja membantu secara financial ketika mereka memasuki usia senja namun tak memiliki persiapan cukup untuk menghadapi masa tuanya. Sayangnya tidak semudah itu esmeralda, karena di mata orangtua kita seperti tak pernah dewasa maka dalam hal menerima masukan maupun bantuan dari anaknya mereka cenderung susah menerima. Coba disini yang orangtuanya mudah diberi masukan angkat tangan?!!! 

Di sisi lain, kita sedang asyik membangun keluarga kita sendiri. Bersusah payah bekerja demi keluarga inti atau kehidupan kita sendiri. Berusaha bekerja siang malam demi mewujudkan mimpi-mimpi kita yang sepertinya makin menjauh karena tenaga dan pikiran kita terbagi dua : Memikirkan diri kita beserta keluarga inti kita (pasangan kita & anak kita) serta memikirkan keluarga orangtua kita. Kadang kita ingin berhenti dan menutup mata sebab kita sendiri punya masalah dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun apa kita siap dengan judgement anak durhaka yang tak mau membantu orangtua dan saudara-saudaranya? akhirnya kita bekerja lebih giat lagi, membagi waktu lebih baik lagi demi menjaga keseimbangan antara hidup kita dan hidup mereka.

Itulah kita sandwich generation, generasi yang harus mengayomi dua kehidupan secara beriringan.

Kebetulan aku dan suami adalah anak pertama, jadi sejak dulu kala kami sudah paham bahwa kelak akan ada masanya segala tanggung jawab di bebankan kepada kami. Sebagai manusia biasa yang hatinya tak sebening malaikat kadang rasanya gemas juga. Misalnya saja ketika mau traveling, itu harus mikir seribu kali karena rasanya nggak etis mau jalan-jalan sementara orangtua sedang membutuhkan bantuan kita. Dalam salah satu sesi curhat, salah seorang teman berkata bahwa semestinya dia bisa menabung sekian jika saja dia tidak perlu memberi jatah orang tuanya sekian rupiah tiap bulan. Dia tak merasa keberatan dengan hal itu karena merasa itulah balas budi yang bisa dia berikan untuk kedua orangtuanya, namun disisi lain dia juga terlihat tidak bahagia.

Well, sebenarnya tak ada masalah dalam hal bantuin orangtua karena mereka jugalah yang merawat kita hingga kita bisa menjadi seperti sekarang. Namun posisi sebagai sandwich generation ini sebaiknya membuat kita lebih baik lagi dalam merencanakan keuangan. Minimal pastikan orang tua kita memiliki asuransi kesehatan, hal ini akan cukup membantu bila nanti orangtua kita jatuh sakit. Sebaiknya kita juga mulai mengatur dana pensiun kita, dana pendidikan anak dan dana darurat dengan baik sehingga anak kita kelak tak menjadi generasi sandwich berikutnya.

Yeah meski aku ikhlas luar dalam dan rela bekerja lebih giat dan hidup hemat demi bisa manjadi sandwich generation yang baik dan menjaga hidup ini tetap seimbang tapi aku tidak akan pernah membiarkan anak-anakku mengalami hal yang sama. Kelak ketika aku beranjak tua aku tak mau Keira harus pusing mikirin orangtua dan saudra-saudaranya. Kelak ketika memasuki usia pensiun, aku harap tak ada yang perlu mengasuh kami. Biarlah anak-anak mengejar mimpi mereka, membangun keluarga mereka dengan tenang, dan kami sebagai orangtua hanya akan melihat dari jauh sambil bergandengan tangan. ( Dari jauh soalnya kami sedang keliling dunia *halu detected*)

Aku tahu di luar sana banyak yang memiliki posisi yang sama dengan kami, ada yang berbakti dengan ikhlas namun tak sedikit yang melakukannya dengan terpaksa. Melalui tulisan ini aku ingin bilang kalau kalian nggak sendirian!! Dan sebaiknya kita menghentikan siklus ini hanya sampai generasi kita. Yuk atur keuangan lebih baik lagi (baca soal budgeting disini ), kerja lebih giat lagi dan bersyukur lebih banyak lagi. Bila tujuannya baik, aku percaya Tuhan akan beri jalan kok.

Salam sandwich generation!!!


Minyak Tanamu Tanami

Akhir-akhir ini ada minyak balur yang baru hype banget yaitu minyak Kutus-Kutus yang diproduksi oleh Tamba Waras di Gianyar Bali. Minyak ini hype dan terkenal karena khasiatnya yang ampuh dan bisa mengatasi banyak penyakit. Nah, ternyata Tamba Waras memproduksi minyak khusus untuk kulit yaitu Minyak Tanamu Tanami. Aku langsung kepo dong sama minyak Tanamu Tanami ini, siapa tahu khasiatnya seampuh minyak kutus-kutus trus wajah aku ke freeze jadi usia 25 tahun terus gitu kan biar bisa nyanyi, I am Young, Wild but not freeeee~

Awalnya suami aku yang pakai karena saat itu aku masih memakai face oil dari Bhumi, namun setelah Bhumiku habis aku mulai ikut-ikutan pakai Tanamu-Tanami.  Terus ternyata aku sukaaaaaaaa sama minyak ini. Berpaling lagi deh aku kelain hati. Nggak apa lah ya, asal cintanya tetep sama suami sendiri. Hihihihi

Seperti judulnya Tanamu Tanami ini bahan dasarnya ya Minyak Tanamu dengan tambahan bahan lain yang diklaim bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit, memperbaiki struktur kulit dan sebagai anti aging. "Berbagai macam penyakit kulit" di sini tentunya termasuk aneka kadas, kurap, kutu air dan jerawat dong ya. Jadi minyak ini seperti one oil for all skin problem. Bener nggak?

Packaging


Tutupnya aku ganti spray supaya lebih mudah

Packagingnya sama kayak packaging minyak kutus-kutus, botol plastrik bening dengan tutup alumunium yang bisa diganti dengan tutup spray. Sebenernya sih aku agak kurang suka sama packagingnya, kalau oil-oilan aku lebih suka yang model kemasannya gelap jadinya nggak ada kemungkinan sinar matahari menerobos masuk. Soalnya minyak kalau kena sinar matahari biasanya cepet rusak. Tanamu Tanami ini aku simpan ditempat gelap dan sampai sekarang sih belum ada perubahan bau atau tektur sih.

Ingredients
Zingiber Officinale Rhizoma, Curcumae Domesticae Rhizoma, Piper Betle Folium, Oleum Oleae Europeae, Oleum Cocos. Oleum Calophylum.

Tekstur
Tekstur Tanamu Tanami

Tekstur cair dengan warna cokelat kehijauan nampun nggak terlalu berminyak juga. Pakai sedikit aja udah bisa rata satu wajah dan leher sih, kemampuan meresapnya juga lumayan cepet. Nah yang agak aku kurang suka itu baunya, baunya wangi buangeeeeeeeeeettttt jadi agak bikin sedikit pusing sih. Jadi bagi yang sensitif dengan bau-bauan mungkin bisa memperkirakan dulu apakah sekiranya akan betah dengan baunya.

Cara dan Waktu Pemakaian
Karena alasan bau yang menyengat tadi, aku memilih memakai Tanamu Tanami di malam hari. Namun sesungguhnya mau dipakai pagi atau malam, bisa-bisa aja. Biasa aku pakainya 1-2 spray untuk satu wajah dan leher. Tepuk-tepuk bentar lalu siap menghadapi kamu dalam mimpiku. Ihiii~

Performa
Before-After Pemakaian Tanamu Tanami

Berhubung awalnya cuma iseng ikutan suami pakai dan nggak ada niatan bikin review aku jadi nggak ada foto before-after. Jadi kali ini kulit suamiku aja ya yang tampil. Nah suamiku itu kulitnya acne prone banget, makan daging kebanyakan jerawatan. Dulu dia sempet jadi vegetarian dan jerawatnya sembuh, tapi ya nggak kuat kalau selamanya jadi vegetarian. Nah semenjak pakai Tanamu Tanami, jerawatnya lebih bisa di atasi, berkurang banyak dan cuma muncul 1-2 kalau dia kebanyakan makan daging. Untuk bekas jerawatnya yang dulu juga memudar, btw suamiku nggak pakai skincare lain selain Tanamu, hydrating toner dan sunscreen.

Sedangkan untuk kulitku, Tanamu Tanami ini lumayan bisa menyeimbangkan kulit, menghaluskan, melembabkan, ngilangin komedo (tapi kurasa ini juga kerena aku rajin double cleansing) dan mengencangkan kulit (karena aku akhir-akhir ini nggak pakai serum anti aging. Menurutku meski baunya wangi buanget lebay tapi khasiatnya memang oke sih, dan karena bisa dipakai berdua maka kayaknya ini bakal jadi face oil kami berdua. Hemat kan, beli satu buat berdua/ Romantis juga!

Harga minyak Tanamu-Tanami ini Rp 325.000 / 100ml dan bisa dibeli di distributor Tamba Waras.


Kesimpulan
Plus :
+ Menghaluskan kulit
+ Melembabkan dan mengencangkan
+ Menyembuhkan jerawat
+Meyeimbangkan kadar minyak dalam kulit

Minus
- Kemasannya kurang bagus
- Wanginya terlalu berlebihan

REPURCHASE? Yes!!

Disclaimer : Semua review yang aku buat merupakan produk yang aku beli sendiri dan benar-benar aku coba sendiri. Tidak semua orang memiliki kulit yang sama dan reaksi pada tiap orang bisa jadi berbeda,selain itu setiap orang juga memiliki reaksi alergi yang berbeda-beda. Sebainya lakukan patch test atau mengecek komposisi sebelum mencoba suatu produk.