Rindu membayang dalam ingatan, terbawa rintik hujan yang jatuh di atas tanah. Aku benci hujan, benci kenangan yang selalu terbawa desau anginnya, benci titik-titik airnya yang membasahi jalan setapak, benci pada hawa dinginnya yang membuatku harus memeluk diriku sendirian.

Kamu datang lagi semalam dalam bayang dan aku melihatmu tertawa sama seperti dulu. Dan kini aku menatap dinding-dinding kamar, terlalu takut untuk memejamkan mataku. Bagaimana jika kamu datang lagi? bagaimana jika besok pagi aku harus terbangun dan menyadari kehilangan itu sekali lagi?

Aku rindu.
Bahkan meski mungkin aku tak akan pernah lagi bertemu denganmu dan mendekapmu seperti dulu. 

Aku rindu.
Bahkan meski lidah ini terlalu kelu untuk membisikan namamu dalam setiap doaku.

Aku rindu.
Bahkan jika tak ada lagi ingatan tentangku yang tersisa dalam dirimu.

Aku rindu.
Bahkan jika kamu tak pernah sekalipun merindukanku.

Hujan masih turun dengan deras, dan aku mulai bertanya-tanya apakah kamu masih terjebak di antara ratusan manusia lain yang hendak pulang atau kamu sudah nyaman bergelung dalam selimut dengan secangkir teh hangat di atas meja. Mungkin istrimu sedang sibuk memanaskan makanan di dapur minimalis kalian, atau mungkin dia sedang bersandar di bahumu sambil menonton netflix. 

Seharusnya, akulah yang melakukan semua itu. Seharusnya akulah yang menyambutmu di depan pintu, membuatkanmu secangkir teh hangat dan bersandar di bahumu sambil bercerita tentang hari itu. Namun, nyatanya kamu tidak memilih aku bukan?

Kamu pergi begitu saja saat aku sudah siap menyerahkan hatiku padamu, kamu menjauh begitu saja saat aku sudah berniat menyandarkan hidupku padamu. Dan aku masih saja merindukanmu, huh?
Beberapa orang berkata cinta tertinggi adalah cinta yang bisa melepaskan dan membebaskan. Lalu jika aku melepaskanmu namun masih saja merindukanmu dan berharap aku bisa kembali ke masa lalu dan mengubah jalan ceritanya apakah cintaku masih yang tertinggi?

Aku berharap kamu bahagia, meski aku tidak.

Mungkin di dunia yang berbeda kita sedang bergandeng tangan, menertawakan diri kita saat ini yang hidup dalam kepura-puraan.

Aku yang berpura-pura telah melupakan namun masih mengingat,
Kamu yang berpura-pura mencintai dan memilih meninggalkan.

***

Untuk C, semoga kamu segera melupakan dan kembali berbahagia. See you very soon!



Dia

Pindahan adalah hal yang tidak selalu menyenangkan bagi sebagian orang. Meski pindahan kadang akan membuat kita memiliki pengalaman baru, mengenal lingkungan baru, memiliki teman dan keluarga baru namun kadangkala proses adaptasi yang sulit membuat pindahan terasa menyiksa. Untung aku adalah tipe orang yang cukup mudah beradaptasi, mungkin karena dulu aku juga sering berpindah-pindah jadi sekarang aku tidak terlalu sulit beradaptasi di tempat baru. Sayangnya karena sudah merasa mampu beradaptasi dengan baik aku lupa kalau mungkin Keira belum semahir aku dalam soal adaptasi ini.

Berbeda dengan ibunya yang super cerewet dan nggak masalah memulai pembicaraan dengan orang asing, Keira cenderung tertutup terhadap orang baru. Dia lebih suka diam, mengamati dari jauh lalu nanti membahasnya ketika kami hanya berdua saja. Dulu sewaktu tinggal di Jogja Keira pun hanya diam saja jika bertemu dengan teman-teman barunya atau semisal aku ajak playdate dengan teman-temanku yang anaknya sebaya dengan Keira, hanya saja karena aku punya adik yang masih kecil Keira jadi punya teman bermain di rumah. 

Awal bulan Januari ini aku dan Keira kembali berpindah tempat karena ayah Keira pindah tugas. Jika sebelumnya kami ikut Ayah Keira di NTT kali ini kami ikut ke Banten. Berbeda dengan kepindahan kami ke NTT yang berjalan smooth karena segala sesuatunya sudah beres (berhubung ayah Keira sudah tinggal duluan di sana selama 5 tahun dan kami cuma 3 bulan disana), kepindahan kami di Banten ini cukup ribet karena semuanya berawal dari nol. Harus cari rumah untuk dtinggali, cari perabotan, bebersih rumah, bongkarin barang, dan tentunya sama-sama belajar beradaptasi dengan lingkungan. Seminggu, dua minggu berjalan, aku dan suami merasa asik-asik aja dengan lingkungan yang baru namun aku menyadari jika akhir-akhir ini Keira lebih sering marah, tantrum, cari perhatian dan mudah menangis.

Kenapa ya?

Si Ibu mulai kepo, berhubung rumah juga sudah 80% beres aku jadi lebih bisa memperhatikan tingkah, ekspresi, cerita Keira dengan baik. Suatu hari aku memperhatikan Keira yang menatap dalam-dalam beberapa anak kompleks yang sedang bermain, dia memintaku untuk menemaninya bermain bersama mereka. Oke, akupun mengantarnya bermain bersama anak-anak yang lain. Namun, sama seperti Keira yang malu-malu terhadap mereka, mereka pun juga malu-malu terhadap Keira. Ketika Keira mendekat, mereka tetap asyik bermain, sesekali berlari berkejar-kejaran, dan Keira hanya diam lalu menatap ibunya lalu berkata, " Ibu, ayo pulang." Di rumah, dia akan mengintip temannya dari jendela rumah lalu sorenya dia akan merengek minta mandi dan naik sepeda keliling kompleks supaya bisa bertemu dengan teman-temannya. "Ayo Bu, cari teman-teman." Walau faktanya, ketika bertemu dengan anak-anak yang lain Keira akan tetap diam dan hanya menatap dari jauh. Malamnya sebelum tidur Keira akan membahas nama teman-teman yang belum juga berani dia sapa, kadang Keira juga mengulang cerita tentang bagaimana dulu dia bermain dengan adikku. Saat itulah aku menyadari : Keira merasa kesepian. 

Aku menangis.

Merasa bersalah mengapa sejak awal aku tidak menyadari bahwa proses adaptasi yang kuanggap begitu mudah dan menyenangkan ini begitu sulit bagi Keira. Sementara aku sibuk berbenah dan membersihkan debu rumah, sibuk menulis artikel dan tulisan untuk blog ini, sibuk membaca, sibuk mengolah data, tanpa banyak waktu memperhatikan Keira, anak itu merindukan teman-temannya. Tanpa kusadari, anakku merasa sendirian.

Aku pun mulai mengajak Keira dan teman-temannya bermain. Aku sesekali ikut mengejar anak-anak komplek, ikut bermain lego, ikut bermain boneka, memanggil nama-nama mereka setiap melihat mereka bermain sepeda kala sore hari dan mengajak mereka bercerita. Mungkin Keira masih malu atau merasa tidak aman dengan lingkungan asing yang belum ia kenal, mungkin dia akan lebih nyaman jika melihat ibunya ikut bermain dan berinteraksi dengan teman-teman barunya. Seminggu berselang beberapa anak sudah mau main ke rumah, saat sore hari ketika kami bermain sepeda beberapa anak sudah mau berlari dan memanggil "Keira... Keira... ayo main ke rumahku!" dan wajah Keira nampak sumringah, senyum kembali tersungging di wajahnya. Keira akhirnya sudah berani bermain dengan teman barunya, meski masih malu, meski masih lirih saat memanggil nama mereka namun setidaknya sekarang dia selalu tersenyum saat berkata, "Ayo Bu main sama teman-teman."

Kepindahan kami kali ini membuatku menyadari kalau kadang kita tidak benar-benar ada untuk anak kita. Mungkin kita terlalu sibuk bekerja, terlalu sibuk berselancar di dunia maya, bermain sosial media, chatting dengan tetangga atau teman lama, mungkin kita terlalu sibuk dengan diri kita sendiri, dengan segala goals kehidupan yang kita punya, tak apa karena kita semua hanya manusia biasa yang memang sesekali butuh bersosialisasi dan aktualisasi diri. Namun, alangkah lebih baik jika sekali waktu pada hari-hari tertentu kita berhenti sejenak dari semuanya itu, melepaskan diri kita yang biasanya untuk sesekali menggulung celana panjang kita dan bermain bola dengan anak kita, meletakkan gadget kita dan mendengarkan anak kita bercerita sambil bermain boneka, menggandeng tangan mereka dan mengajak mereka bercanda, mungkin sesekali waktu kita perlu berhenti dari kesibukan kita dan memeluk anak kita. Ingat, akan tiba hari dimana kita duduk di depan pintu dengan penuh rasa rindu, menunggu-nunggu hari kepulangan mereka tiba. Akan tiba masanya kita tak lagi mendapat kabar apapun dari mereka karena mereka terlalu sibuk dengan kehidupan mereka. Sebelum masa itu tiba, mari luangkan waktu untuk anak kita.



Pantai Walakiri

Pantai Walakiri adalah pantai pertama yang aku kunjungi saat pertama kali tiba di Pulau Sumba. Saat itu teman kantor suami yaitu mas Jim, mas Dasa, serta Fitri mengajak kami pergi ke pantai Walakiri untuk melihat matahari terbenam. Ya, Pantai Walakiri adalah salah satu pantai di Pulau Sumba yang terkenal akan sunsetnya yang cantik juga pohon-pohon bakau yang dikenal dengan nama dancing trees. Coba tengok Instagram beberapa travel blogger maupun selebgram, setidaknya akan ada satu atau dua foto mereka di pantai ini.

Lokasi

Sunset di Walakiri

Pantai Walakiri berjarak sekitar 39 km dari kota Waingapu, karena jalan di sana relatif sepi maka waktu tempuh yang diperlukan hanya sekitar 45 menit hingga satu jam dengan mobil. Sayangnya setahuku masih belum ada angkutan umum atau ojek online di Sumba jadi kamu perlu sewa mobil/motor jika ingin jalan-jalan ke pantai. Petunjuk arah untuk pergi ke pantai Walakiri belum begitu jelas, lokasinya juga agak masuk kedalam perkampungan warga bahkan untuk parkirnya sebagian ada di halaman belakang rumah warga. Rumah warga di sekitar pantai Walakiri sebagian masih berupa rumah adat dengan kandang babi di sekitarnya, namun babi-babi ini biasanya diikat atau ditaruh di dalam kandang kok, no need to worry. Kayaknya enak ya warga disana, melek mata lari ke belakang rumh pemandangannya pantai. Pantai Walakiri relatif sejuk karena banyak pohon bakau dan pohon kelapa di sepanjang tepiannya, tapi sebaiknya tetap pakai sunscreen ya.

Fasilitas

Dari beberapa pantai yang pernah aku datangi saat berada di Sumba, pantai Walakiri sendiri termasuk pantai yang memiliki fasilitas cukup lengkap. Di pantai ini mulai bisa ditemukan penjual makanan, kain tenun, kelapa muda, dan juga toilet. Yah walau aku malah belum sempat jajan makanan rekomendasi mas Dasa di sana tapi setidaknya aku sudah pernah mencoba beli kelapa mudanya dan cukup segar kok.

Aktivitas

Walakiri with family

Sesungguhnya dancing trees hanya bisa dinikmati saat air surut, beruntung waktu pertama kali datang ke sana air sedang surut jadi aku bisa melihat pohon bakau yang cantik-cantik dengan latar langit yang sedikit jingga. Aku memang belum pernah melihat sunset diantara pohon bakau ini, ketika pertama kali ke sana air sedang surut tetapi langit sedikit berawan. Pada kunjungan lain, langit bersih tanpa awan tapi air sedang pasang. Nasib. Saranku jika ingin menikmati sunset yang cantik di antara pohon bakau, datanglah saat hari biasa karena saat liburan dan akhir pekan dancing trees ini akan ramai sekali. Nah karena foto di dancing trees ini kayaknya termasuk thing to do in Sumba jadinya kami pun foto di sini, terima kasih mas Jim dan saudaranya (sorry, i forget his name) yang udah motoin kami.

Ayunan aja yuk!

Nah kalau dancing treesnya ramai atau airnya pasang atau kamu datang siang-siang dan ingin bersantai dahulu sebelum menikmati senja langkahkan saja kakimu ke sisi kanan pantai (maaf, aku sedikit buta arah. Aku rasa itu arah timur laut, ya pokoknya berlawanan arah dengan pohon bakau ya) nah di sana ada pohon-pohon kelapa yang sejuk, penjual kelapa muda, tempat untuk tiduran, meja dan kursi dari kayu, ayunan, juga gazebo untuk menikmati udara pantai.

Bintang laut bertebaran!
Jika ingin berenang di laut, ombak di Walakiri relatif kecil dan airnya juga bersih. Hanya saja harap hati-hati karena masih banyak hewan laut di sana. Mulai dari bintang laut, kerang laut, kepiting, bulu babi, landak laut, kelomang, ikan kecil-kecil dan banyak lagi. Di Walakiri bintang laut tuh berserakan gitu aja, buanyak banget! Keira sampai kesenengan lihat hewan laut anekA macam. Ada satu cerita tentang kunjungan ketigaku ke Walakiri. Ceritanya waktu itu aku sedang berenang-renang dan bermain air dengan Keira. Beberapa anak lokal mendekati kami, mengajak kami bercerita dan pada akhirnya mengajari dan menunjukan padaku cara memakan landak laut (Echinoidea) mentah-mentah. Surprisingly ternyata rasanya enak lho! Gurih-gurih gimana gitu, bayangin makan itu sama nasi anget dan sambel bawang kayaknya enak deh. Nah beberapa saat kemudian ketika sedang asyik bermain bersama Keira, aku melihat ada landak laut yang cukup besar. Karena penasaran, aku angkatlah itu landak laut dengan tangan kosong. Yaaa... Maksud hati mau aku makan juga gitu, eh tapi si duri landaknya malah nancep dong di jempolku. Panik, berusaha aku cabut duri itu namun si duri malah makin melesak ke dalam.

Anak-anak NTT yang baik hati.

Suami sambil setengah ngomel langsung berultinatum buat ke rumah sakit, aku pengen nolak tapi kok ya sakit. Akhirnya sambil setengah menahan tangis (karena perih banget dan durinya geday!) Aku bilas air bersih dan ganti baju. Keira sendiri langsung di handle sama ayahnya. Sesampainya di Waingapu, kami langsung ke RS Lindimara dan akhirnya duri landaknya diambil dengan bantuan pisau bisturi dan lidocain. Dokter dan perawatnya sampai nanya, "Belum pernah lihat hewan kayak gitu ya kok dipegang?" dan aku hanya senyam-senyum tengsin.

Dengan segala drama yang kualami, menurutku pantai Walakiri tetaplah wajib dikunjungi dan kurasa pantai ini adalah salah satu tempat wisata terhits di Sumba Timur sehingga seringnya ramai pengunjung. Walakiri memiliki nilai plus yang mungkin belum dimiliki pantai lain yaitu sarana dan prasarana yang sudah cukup memadai, banyak pedagang, dan jarak serta akses ke pantai yang cukup mudah dan tidak terlalu jauh dari pusat kota. Selain itu, jika kamu cukup beruntung pada saat tertentu di Walakiri sering diadakan festival kuda.

Tips Traveling


Cantiknya Walakiri saat senja

- Bawalah handuk dan peralatan mandi serta ganti yang cukup jika kamu berencana berenang di pantai Walakiri, karena meski sudah ada toilet untuk bilas namun saat aku kesana bulan Agustus 2018 lalu belum ada penjual sabun, shampoo dan baju ganti di sana. (Nggak kayak di Jawa atau Bali)

- Hati-hati saat berenang karena seperti yang aku bilang masih banyak sekali hewan laut di pantai Walakiri.

- Meski sudah ada penjual makanan namun menu makanan di sini belum terlalu lengkap dan ada beberapa yang non halal, bagi yang mengajak anak kecil/balita sebaiknya membawa bekal makanan yang cukup.

- Jika tidak suka keramaian, datanglah saat weekdays. Usahakan datang 2-3 jam sebelum sunset agar bisa bersantai sejenak menikmati angin dan udara pantai yang sejuk.


Begitulah kisah kepingan Sumba yang kedua, sampai jumpa di kepingan berikutnya!
Retinol Reface Indeed Laboratory

Halo!

Tahun baru, semangat baru dan juga usia baru. Memang waktu begitu cepat berlalu hingga akhirnya suatu pagi kita terbangun dan menyadari betapa usia kita tak lagi muda. Sejak menginjak usia 25 tahun aku mulai melirik produk-produk anti aging yang ada di pasaran dan sesungguhnya aku sangat tertarik dengan retinol. Namun sayangnya retinol adalah salah satu bahan aktif skincare yang tidak boleh digunakan oleh ibu hamil dan menyusui sehingga aku harus menunggu Keira berhenti menyusu baru bisa mencoba skincare yang mengandung bahan aktif retinol.

Retinol adalah nama lain dari vitamin A yang efektif merangsang pergantian sel-sel kulit dan meningkatkan produksi kolagen. Selain itu retinol juga merupakan antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas.Retinol banyak juga tergandung dalam rosehip seeds oil yang konon tetap bisa digunakan saat hamil karena kandungannya relatif sedikit. Karena khasiatnya tersebut retinol banyak digunakan dalam produk-produk anti aging. Namun pemakaian retinol kadang membuat kulit terasa kering, mengelupas dan sedikit kemerahan karena itu jika kamu baru pertama kali memakai retinol harap memperhatikan reaksi yang ada tersebut. 

Suatu hari, salah satu sahabat memberiku Retinol Reface dari Indeed Laboratories untuk dicoba karena kebetulan dia sedang hamil dan tidak bisa menggunakan produk tersebut. Pucuk dicita ulam pun tiba, akhirnya aku berkesempatan mencoba dan merasakan sendiri khasiat retinol yang memang ajaib ini.

Retinol Reface ini diklaim terdiri dari tiga jenis retinol yang dapat membuat kulit terlihat lebih mudah, halus dan lembut. Kombinasi retinolnya diklaim dapat dengan efektif menghilangkan kerutan pada wajah, meningkatkan produksi collagen, mengurangi bekas luka dan memperbaiki tektur kulit. Sangat menarik bukan?

Packaging


Tutupnya pump, jadi higienis!
Aku suka banget nih sama packagingnya Retinol Reface, jadi dia itu bentuknya tube tapi tutupnya pump gitu jadi enak banget untuk ngeluarin produknya. Tutup yang begini juga bikin lebih mudah mencegah produk beleberan kemana-mana. Soalnya aku tuh suka males sama yang tutupnya puteran itu lho, selain tutupnya sering nggelinding juga potensial ambil produknya kebanyakan.

Ingredients
Ingredients

Water (Aqua/eau), dimethicone isodecyl neopentanoate, isononyl isononanoate, cetearyl alcohol, propanediol, caprylyl methiocone, cetyl alkohol, glycerin, pentylene glycol, glyceryl stearate, dimethicone crosspolymer, dimethyl isosobirde, cetearyl glucoside, PEG-100 stearate, butylene glycol. 4-T-Butylcyclohexanol, Phenoxyethanol, caprylyl glycol, sodium acrylate/sodium acryloyldimethyl taurate copolymer, isohexadecane, xanthan gum, glycine soja (soybean) oil, hydroxypinacolone retinoate, polysorbate 80, carbomer polysorbate 20, retinol palmitoyl tertrapeptide-7, palmitoyl tripeptide-1, acacia senegal gum, propylene glycol alginate, tocopherol.

Tekstur
Tekstur

Tekstur Retinol Reface ini lightweight cream dengan warna agak kuning pucat. Ketika di pakai diwajah untuk sesaat wajah kayak ada lapisan lilinnya gitu tapi nggak beberapa lama kemudian langsung meresap dengan baik. Meski begitu, pemakaian skincare selanjutnya memang harus menunggu beberapa saat sampai creamnya terserap sempurna karena kalo nggak aku merasa kayak agak-agak peel of gitu creamnya. 

Waktu Pemakaian
Aku memakai Retinol Reface ini sekitar 2-3 pump untuk satu wajah. Retinol Reface ini diasarankan hanya digunakan pada malam hari dan paginya harus menggunakan sunscreen. Meski menurut Indeed laboratories Retinol Reface boleh dipakai setiap hari namun aku sendiri memakai Retinol Reface ini setiap dua hari sekali selang seling dengan serum yang lain.

Retinol sebenarnya juga aman digunakan dengan AHA/BHA tapi jika kulitmu termasuk sensitif sebaiknya kedua bahan aktif ini tidak digunakan secara bersamaan.

Performa
Aku sukaaaaaaa banget Retinol Reface ini!
Kalau malamnya pakai Retinol Reface pagi itu wajah benar-benar terasa halus dan lembut, tekstur kulit beneran membaik sehingga garis-garis kerutan di wajah jadi tersamarkan. Sayangnya kalau aku pakai tiap hari, wajah jadi berasa kering. Menurutku dipakai dua hari sekalipun, Retinol Reface ini sudah memberikan hasil yang memuaskan ya. Retinol Reface ini formulanya lembut banget sehingga di kulitku nggak menyebabkan merah-merah, kulit ngelupas ataupun reaksi lain seperti perih atau panas di kulit. Walaupun setelah rajin pakai kulitku nggak langsung jadi kayak kulit anak 17 tahun tapi menurutku Retinol Reface beneran bikin kulitku membaik, bekas jerawat memudar dan pori-pori pun nampak lebih mingkem. Karena tekturnya yang mild aku ssrankan Retinol Reface ini untuk mereka yang baru nyoba pakai Retinol atau yang kulitnya sensitif. Retinol Reface ini harganya sekitar Rp 385.000 dan sayangnya masih susah di dapat di Indonesia. (Kalau beruntung bisa ada yang ready di belanjamimo.net kalau nggak ya harus pre order)

Kesimpulan
Plus :
+ Menghaluskan kulit wajah
+ Memperbaiki tekstur kulit
+ Menyamarkan kerutan di wajah

Minus :
- Saat diaplikasikan seolah ada lapisan lilinnya, meski ketika sudah terserap nggak masalah.
- Susah didapat

REPURCHASE ? YES!!

Disclaimer : Semua review yang aku buat merupakan produk yang aku beli sendiri dan benar-benar aku coba sendiri. Tidak semua orang memiliki kulit yang sama dan reaksi pada tiap orang bisa jadi berbeda,selain itu setiap orang juga memiliki reaksi alergi yang berbeda-beda. Sebaiknya lakukan patch test atau mengecek komposisi sebelum mencoba suatu produk