Photo by cottonbro from Pexels

Akhir akhir ini semua pemberitaan semua tentang virus Covid 19 alias Corona. Kalian bosen? yess kadang aku juga bosen. Kadangkala aku overwhelmed dengan semua pemberitaan yang ada, sebel sama para oportunis tanpa hati yang memanfaatkan keadaan, sedih memikirkan nasib sahabat dan keluarga yang kebanyakan adalah tenaga kesehatan dan emosiiiiiiii kalau melihat orang-orang Ignorant yang sakpenak udele dewe. Cuma di suruh buat di rumah aja susahnya naujubilah, padahal banyak banget orang di luar sana yang kepengen stay di rumah tapi nggak bisa.

Graphic by Instagram @lisnandia


Buat yang masih ignorant : Oke mari kita perhatikan ilustrasi di atas, sebenarnya kita semua bisa saja menjadi si B, si D atau si B2. Jangan kepedean kalau kita nggak bawa virus lalu pulang buat mudik, jalan jalan ke mall, nonton ke bioskop, ngadain ruwatan 7 hari 7 malam. Emangnya kamu tahu yang ketemu kamu di jalan tadi carrier covid 19 apa bukan?Emang kamu inget siapa tadi yang antri di belakangmu pas kamu mau bayar ke kasir? yakin duit kembalian dari kasir nggak habis dipegang orang positive Corona? kamu yakin itu dokumen yang kamu terima nggak habis dibuka pakai ludah? yakin penjual makanan yang kamu makan mencuci alat makannya dengan bersih? Nope, kita nggak pernah tahu. Itulah sebabnya kenapa kita sebaiknya di rumah saja untuk memutus rantai penyebaran Corona. Nggak usah keluar rumah kalau nggak penting banget, kecuali kamu memang nggak bisa WFH atau ada sesuatu yang super urgent. Banyak yang memanfaatkan himbauan belajar di rumah, social distancing dan WFH ini buat piknik atau mudik. Aku heran ya sama yang kayak begini, ini logikanya ilang menguap dari ubun ubun apa gimana?? piknik masih bisa nanti nanti, tapi kalau kamu terpapar virus nggak tahu deh apakah bakal bisa melihat tahun berganti atau nggak. 

Aku pribadi kangen kampung halaman, super kangen. Sayangnya aku nggak yakin apakah aku ini carrier atau bukan, siapa tahu aku ini pembawa virus tapi tak bergejala. Nanti ketika aku meluk nenekku, beliau yang sudah sepuh malah kena. Nanti kalau aku cium tangan ibuku, beliau yang daya tahan tubuhnya tak sebaik aku malah jadi sakit. AKU NGGAK MAU BEGITU!Jadi aku tahan rinduku. Aku nggak mau menjadi penyebab sakit dan perginya orang yang aku sayang, aku nggak akan sanggup menahan luka dan pedihnya di sisa umurku nanti. Banyak sekali orang yang tak bisa pulang ke rumah, tak bisa memeluk keluarganya, tak bisa ketawa ketiwi makan bareng sambil lihat TV, makanya tolong bersyukur kalau kamu masih bisa melewatkan waktu bersama keluargamu. Nikmati setiap detik kesempatan itu di rumah, karena  hari esok tak ada yang tahu kan?

Buat kamu yang merasa hidup mati ada di tangan Tuhan, yeah thats true. Tapi kita juga perlu berusaha, nanti giliran sakit kamu minta tolong sama Tuhan buat disembuhkan. Sementara sekarang Tuhan sudah sediakan penolong dalam bentuk dokter, pemerintah yang menghimbau kamu di rumah aja, eeehhh kamu tak pedulikan mereka. Belum kalau ada orang lain yang jadi menderita karena kelakuan kamu, kecerobohan kamu. Aduuuhhhh sedih Tuhan tuh lihat kamu. Buat kamu yang merasa nothing to loss, nggak peduli sama si Corona ini karena merasa nggak akan kehilangan siapa siapa karenanya. Oh hei... there will always be someone that will cry if you're gone, maybe its me? Serius, aku sedih lho lihat korban meninggal akibat covid 19 ini meski aku nggak kenal mereka secara pribadi. Dan siapa tahu sesungguhnya Tuhan memiliki rencana buat hidupmu tapi sayang kamu tak sepeduli itu dengan hidupmu sendiri.

Tulisan ini aku buat karena aku sudah sangat merasa patah hati melihat perjuangan tenaga medis, petugas rumah sakit, celeaning service, polisi, TNI, para pekerja yang tak bisa libur, dan pejuang garda depan covid lainnya yang mulai berjatuhan. Mereka yang maju "berperang" untuk kita, bekerja keras untuk kita, tapi kita yang mereka perjuangkan justru seolah tak peduli. Mereka juga punya keluarga, orang yang mereka kasihi, orang yang khawatir menanti kepulangan mereka setiap hari, cemas apakah mereka akan pulang atau tidak.

Kamu tak perlu menyumbang ratusan juta, nggak perlu ikutan jaga di IGD, yang bisa kamu lakukan bisa sesederhana duduk di rumah, baca postingan ini sambil ngeteh cantik dan menyisipkan doa untuk negara tercinta kita dan para pejuang covid 19. Mau ya?

Buku Anti Panik Biar Nggak Panik!

Siapa yang suka mudah panik???
Jujur aku termasuk orang yang mudah panik, drama, dan heboh ketika ada suatu masalah yang terjadi. Untungnya aku dijodohkan dengan suami yang super sabar, tenang dan logis. Jadi ketika ada masalah dia yang sering menenangkan dan mencarikan ide untuk solusi. Lama-lama aku belajar untuk lebih logis dalam memetakan suatu masalah, kadang masalahnya nggak serumit itu kok tapi karena kita panik jadi kelihatannya super kusut dan membingungkan. 

Meskipun aku seorang bidan, namun saat hamil dan melahirkan tentu banyak hal yang membuatku panik dan takut. Bagaimanapun menjadi ibu adalah pengalaman yang baru bagiku dan kadang kala ketika panik otak ini berasa macet mengingat semua teori yang aku dapat saat kuliah dulu. Pernah ketika Keira seminggu tidak BAB rasanya ingin segera aku bawa ke dokter anak meskipun aku tahu secara teori bayi ASI tidak apa apa jika tidak BAB dalam jangka waktu tertentu. Maka jangan salah, ketika hamil dan memiliki anak pun aku sering kali harus membaca buku, membaca jurnal, melakukan research kecil untuk meredakan kepanikan dan menemukan jawaban atas hal atau masalah yang aku alami. Itulah salah satu alasan mengapa aku menulis beberapa pengalaman parenting dan kesehatan di blog ini pun membuat channel youtube Kriwilife. Aku tahu pasti banyak ibu di luar sana yang juga sering panik dan heboh ketika menjalani kehamilan, persalinan dan mengasuh anak mereka. Hal itu terbukti dengan banyakanya DM, email dan pertanyaan yang masuk seputar kesehatan ibu dan anak.

Nah, kali ini aku akan mereview buku yang menurutku sangat cocok untuk ibu-ibu di luar sana, terutama untuk ibu baru yang masih mudah panik dan heboh kalau anaknya kenapa-kenapa. Buku yang akan aku bahas adalah buku terbitan Wahyumedia yang merupakan karya Tiga Generasi. Tiga Generasi sendiri merupakan pusat informasi dan konsultasi mengenai perkembangan diri, anak, dan juga keluarga di Indonesia yang berdiri sejak tahun 2015. Tiga Generasi menerbitkan tiga buah buku yaitu : Anti Panik Menjalani Kehamilan, Anti Panik mengasuh Bayi 0-3 tahun dan Anti Panik Mempersiapkan Pernikahan. Buku Anti Panik ini ketiganya dibuat dengan ilustrasi menarik, bahasa yang mudah di pahami dan to the point. Baiklah, langsung saja aku review dua buku yang aku punya yaitu Anti Panik Menjalani Kehamilan dan Anti Panik mengasuh Bayi 0-3 tahun.

1. BUKU ANTI PANIK MENJALANI KEHAMILAN.
Ilustrasinya jelas dan bagus deh!

Buku Anti Panik Menjalani Kehamilan hadir dengan sampul berwarna kuning dengan tebal buku 428 halaman, WOW! Namun meskipun terbilang tebal buku ini sama sekali tidak membosankan untuk di baca karena dikemas secara menarik dengan bahasa awam yang mudah di pahami dan langsung ke intinya. Ibarat kata, kamu nggak perlu deh kasih tanda pakai stabilo di bagian penting atau inti karena semuanya adalah bagian inti. Ringkes seringkes-ringkesnya!

Buku ini menurutku super lengkap karena membahas persiapan kehamilan bahkan termasuk soal perencanaan keuangannya, kehamilan trimester 1,2,3 dan soal pascamelahirkan hingga perawatan bayi di 3 bulan kehidupan pertamanya. Tiap trimester di break down lagi menjadi hal apa saja yang biasanya menjadi keluhan pada trimester itu, persiapan apa yang perlu dilakukan pada trimester itu, apa hal yang perlu ibu lakukan, tips seputar kehamilan di trimester tersebut beserta mitos dan fakta yang selama ini ada di masyarakat. Contohnya pada pembahasan persiapan kehamilan dibahas tentang Usia baik untuk hamil, infertilitas, bagaimana memilih dokter yang tepat dan seterusnya. Pada bahasan trimester 1 ada pembahasan tentang morning sickness, seks dalam kehamilan, keguguran, tips untuk suami saat istri ngidam. Pada pembahasan trimester 2 ada tentang babymoon, perkembangan bayi dalam kandungan, doula, cash flow management dan treatment kecantikan yang boleh dilakukan saat hamil. Bahkan di bab yang membahas tentang hal yang terkait pascamelahirkan, dibahas juga tentang baby blues, groming pascamelahirkan dan peran suami untuk membantu ibu. Semua dibahas dengan detail dan asyik! Kalian juga tidak perlu khawatir soal kredibilitas buku ini karena buku ini ditulis bersama sama oleh psikolog, dokter kandungan, dokter anak, dokter kulit dan kelamin, dokter gigi, ahlli gizi, ahli ilmu komunikasi dan juga orangtua sehingga jelas saja buku ini bisa banget dijadikan referensi.

2. BUKU ANTI PANIK MENGASUH BAYI 0-3 TAHUN.


Tebal tapi ringkas!

Buku Anti Panik Mengasuh Bayi Usia 0-3 tahun memiliki ciri khas yang sama dengan buku Anti Panik Menjalani Kehamilan, buku ini juga colourfull, ringkas, mudah dipahami, dan dilengkapi ilustrasi yang menarik. Buku Anti Panik Mengasuh Bayi Usia 0-3 tahun ini sudah cetak ulang sampai 7 kali dan merupakan best seller lho! Buku setebal 392 halaman dengan sampul berwarna hijau ini memang pantas jadi best seller karena super duper lengkap dan ringkas.

Pembahasan dalam buku ini dibagi menjadi 5 bagian, yaitu membahas rentang usia 0-6 bulan, 6-12 bulan, 12-18 bulan, 18-24 bulan dan 24-36 bulan. Setiap bagian dibreakdown lagi menjadi pembahasan tentang masalah atau keluhan yang biasa terjadi dalam rentang usia tersebut, tahap perkembangan baik fisik maupun emosi, tips untuk ibu dan ayah, tips parenting, juga tentang mitos dan fakta yang kerap beredar dalam masyarakat. Misalnya pada rentang usia 0-6 bulan akan ada bahasan soal imunisasi, growth sprout dan manajemen ASI, pada rentang 12-18 bulan akan ada pembahasan tentang tahapan anak bicara, penyakit batuk pilek, tips mengenalkan buku pada anak,dll dan pada rentang usia 36 bulan ada pembahasan tentang Gerakan Tutup Mulut (GTM) dan perilaku seksual pada anak. Lengkaaaap kan? jarang lho ada buku yang begitu detail sekaligus begitu ringkas seperti ini. Menurutku series anti panik ini memang nyaris seperti ensiklopedia buat para ibu.

Kesimpulannya, Buku Anti Panik Menjalani Kehamilan dan Anti Panik mengasuh Bayi 0-3 tahun sangat worth to buy karena sangat lengkap, mudah dipahami, dapat dijadikan referensi dan panduan dalam menjalani kehamilan serta merawat bayi. Dengan adanya buku ini kita bisa menjadi lebih tenang, tidak sedikit-sedikit konsultasi ke dokter atau pergi ke bidan ketika hal yang dialami sebenarnya bukan hal gawat darurat. Kita juga bisa lebih siap menghadapi terpaan mitos dan hoax yang banyak beredar di luar sana karena kita memiliki pegangan yang bisa dipertanggung jawabkan. Plus, bukunya cantik banget!! Bisa banget dijadikan koleksi.

Kalian bisa membeli buku ini di toko buku terdekat atau di toko buku online ya, percayalah harganya sebanding dengan kualitas dan manfaatnya!


Minimalism


Beberapa hari lalu lemari di rumah rusak. Padahal ceritanya lemari di rumah itu udah sengaja beli yang bisa dibongkar pasang mengingat kami hidupnya pindah pindah. Yah.. kalau nggak gitu nanti 5x pindah trus beli lemarinya juga 5x kan tekor keuangan akuuuuu~ Gara gara lemari yang ini rusak akhirnya mikir lagi kan mau beli lemari tipe apa ya nanti, tentunya yang bisa dibawa kalau pindahan mengingat setiap pindahan akhirnya kami terpaksa meninggalkan beberapa barang ditempat lama karena nggak bisa bawanya!

Hidup berpindah pindah ini pada akhirnya membuat kami belajar hidup minimalis, alias memilih hidup dengan barang-barang yang memang dipakai dan dibutuhkan saja. Kami mulai berhenti beli barang hanya karena kepingin atau lagi diskon, padahal ya nggak butuh-butuh amat. Soalnya ya itu tadi, nanti susah bawanya kalau pindahan lagi. Capek lho yaaa packing-unpacking tuh. Dan ternyata asik juga lho hidup dengan sedikit barang, bersih-bersihnya gampang, perawatannya gampang, semua barang juga jadi terpakai-nggak ada yang numpuk debuan-. Meski begitu jujur yaaaaa memulainya itu super sulit.

Hal yang pertama kali aku lakukan saat memutuskan, "Oke, aku mau hidup minimalism." adalah dengan melakukan declutter. Declutter ini adalah suatu kegiatan memilah barang mana yang masih mau dipakai dan mana yang sudah tidak dipakai. Barang yang sudah tidak dipakai ini bebas mau diapakan: mau dihibahkan, dijual atau dibuang pun bebas. Jangan kamu pikir declutter itu mudah ya, karena kadang ada baju yang sudah kekecilan, setahun nggak dipakai tapi mau dihibahkan sayang. Siapa tahu ntar langsing lagi. Ada juga buku yang sudah selesai dibaca, dua tahun debuan tapi mau dijual kok sayang, siapa tahu ntar pengen baca lagi, atau misalnya ada barang yang mau dibuang sayang karena "siapa tau ntar butuh." Gitu aja terus sampai akhirnya nggak ada barang yang dipilah. Untungnya aku agak terbantu dengan acara pindahan, karena ada pertanyaan tambahan :"ini bisa dibawa pindahan nggak ya?" yang memudahkan saat memilah. Sesi declutter ini juga membuatku sadar kalau barangku itu banyak juga ternyata, kaget sendiri punya baju model sabrina sampai 4 biji tapi yang dipakai itu lagi itu lagi. 

Nah setelah kita selesai memilah barang, ya jangan trus beli lagi beli lagi sampai akhirnya beranak pinak barangnya. Tetep ketika mau membeli sesuatu tanyakan pada diri :"Ini kepingin doang apa butuh? Di rumah udah punya belum yang kayak gini? bakalan dipakai nggak?" Kalau semua jawaban ya, ya belilah. Kalau ragu coba tunggu seminggu, kalau masih pengen ya pikir lagi. Aku sendiri jadi menghemat banyak dan jarang belanja karena gaya hidup minimalism ini. Baju misalnya, kalau nggak butuh ya nggak beli, terus kalaupun beli biasanya beli yang modelnya bakalan longlast, awet dan bisa dipakai sampai lama. Aku juga memberlakukan peraturan beli 1 keluar 1, jadi kalau ada baju baru sebiji yang lama harus keluar dari lemari sebiji juga. Bebas keluarnya mau dihibah apa dipreloved. Alat dapur aku juga cuma punya wajan 1, teflon 1, panci gede 1, panci kecil 1, kukusan 1, dan ceret perebus air 1. Jadi yah.. kalau misal mau masak tumisan dan gorengan ya, goreng dulu lalu wajannya dicuci lalu baru numis. Mau bikin roti bakar ya dipanggang aja pakai teflon, gitulah.

Hidup minimalism ini akhirnya membuatku jadi pribadi yang lebih mindfulness, lebih sadar kalau mau belanja, nggak impulsif lagi. Aku juga jadi lebih  menghargai suatu barang, karena biasanya yang disimpan ya yang bener-bener aku suka dan berguna, lebih kreatif karena barang yang ada kebanyakan jadi multifungsi dan tentunya lebih hemat dan tenang hati. Mau ada sale 90 % kek, mau itu keluaran terbaru kek, mau itu collab sama artis kek, mau itu season baru kek, kalau nggak butuh ya nggak beli. Even semua tetangga punya, kalau aku nggak butuh pun aku nggak akan beli. Hidup jadi simple, dompet menggendut dan pikiran tenang!

Lalu hal apa yang berat dari minimalism ini? pengendalian diri. Kita manusia tentu punya keinginan, ego, gengsi, hasrat. Ketika belajar hidup minimalism, kita harus belajar untuk mengendalikan diri dari godaan belanja karena sale, godaan ego dan gengsi, godaan ingin terlihat mewah dan kaya, godaan pamer, dll. Pengendalian diri ini butuh waktu untuk belajar, nggak akan langsung ahli dalam semalam. Bahkan akupun masih berusha belajar soal pengendalian diri ini.

Namun pada akhirnya bagiku, minimalism membuatku menjadi better version of me  dan sepertinya untuk saat ini gaya hidup ini paling cocok buatku yang hidupnya masih nomaden kesana kemari. Bagaimana dengan kamu?