sabar Bund!


Beberapa saat lalu di dunia maya beredar video seorang ibu yang mengajari anaknya menghafal pancasila tapi anaknya tak juga hafal akhirnya si ibu pun emosi. Video ini menjadi viral karena jujur hal ini sangat relate dengan kehidupan kita sehari-hari. Di era pandemi ini, hampir segala hal mau tak mau harus dilakukan secara online demi kebaikan kita bersama. Perubahan yang begitu cepat ini tentunya juga menuntut adaptasi yang sama cepatnya. Hal yang kadang kala sungguh melelahkan.

Sekolah online ternyata memang tak semudah yang kita bayangkan, home schooling not for everyone and its okay. Selama ini, kita terbantu oleh sekolah. Walau sekolah memang bukanlah "bengkel" untuk memperbaiki anak dan orangtua tetaplah pendidik yang utama namun tetap saja harus diakui ketika anak sudah belajar di sekolah,  kita memiliki waktu "ekstra" untuk melakukan pekerjaan rumah atau sekedar memberi waktu untuk diri sendiri. Lalu sekarang support system itu hilang. Mengajar pun ternyata tidak bisa simsalabim anaknya anteng, kadang kala anaknya malas sekolah online, tidak mau divideokan, tidak mau diajarin ibunya, keburu diajak main temannya, keburu ingin nonton TV dan lain-lain. Ditambah saat dirumah kadang jadwal menjadi kurang teratur, makan, mandi, jam tidur, tak bisa seperti dulu lagi. Padahal kadang tugas dari sekolah tidak sedikit: ada hafalan ini, hafalan itu, huhuhu rasanya ingin krukupan sarung aja di pojokan sambil dipeluk Hyun Bin. (Sebuah kemustahilan yang hakiki kan ya?)

Belum lagi jika sebelumnya ibu bekerja di luar rumah, ada waktu untuk bekerja dengan fokus tanpa distraksi hal lain lalu sekarang tiba-tiba ibu harus bekerja di rumah dengan segala distraksinya. Baru mau balas email, anaknya minta susu. Baru mau meeting, ada whatsapp dari bu guru soal tugas anak. Belum lagi misalnya tidak ada asisten rumah tangga, sungguh luar biasa bunda. Aku akui kondisi ini memang tidak mudah. Namun tentu saja, aku tetap memilih keadaan ini dibandingkan resiko anak terpapar corona jika sudah memaksakan masuk sekolah. Meski terkadang burn out, merasa overwhelming, lelah, ingin lari kepantai belok ke gunung tapi yaaa mau gimana lagi kan? toh ibu masih manusia, bisa lelah, dan emosi juga. 

Aku sendiri dalam kondisi ini mengedepankan komunikasi dengan suami. Jujur kalau memang tak sanggup, jujur kalau memang lelah, jujur jika ingin menangis. Banyak hal yang kuturunkan standartnya : ngepel tak lagi setiap hari, nyetrika juga sesekali saja, kalau malas masak ya beli frozen food, minta tolong suami buat bantu pekerjaan rumah, kalau anak nggak mau ngerjain tugas atau nggak mood sekolah online ya sudah.. besok coba lagi. Entah mengapa, aku merasa sehat, waras dan bahagia adalah prioritas saat ini. Nilai bagus? rumah rapi? makanan enak? ah sudahlah, yang penting waras, sehat dan bahagia dulu. Sudah beberapa bulan pandemi ini kita lewati, bisa bertahan sampai sejauh ini pun sudah sangat luar biasa. Tak perlu ditambah dengan drama dan ambisi lagi jika sekiranya hanya akan melelahkan jiwa dan raga.

Tidak apa-apa bu, masa-masa ini akan berakhir. Mari bertahan sedikit lagi demi anak-anak kita. Semangat sekolah online dan menajadi guru, semoga sinyalnya selalu bagus dan moodnya selalu oke ya bu-ibu! Semangat!