Salah satu Skincare Pemutih di pasaran

Beberapa hari yang lalu aku sempat bercerita di Instagram Story soal Skincare tidak aman yang akhir-akhir ini marak diperjual belikan di Indonesia. Rupanya banyak yang tertarik dengan bahasan tersebut sehingga aku memutuskan untuk menuliskannya di sini supaya lebih mudah menyebarluaskannya. Sebenarnya peredaran Skincare abal-abal ini sudah lama ada di Indonesia, bahkan pemerintah sudah dari dulu berusaha untuk memberantas peredarannya. Namun apalah daya skincare jenis ini seperti jamur di musim hujan, mati satu tumbuh seribu bok!

Kenapa seperti itu? karena demandnya banyak.

Dari jaman dahulu kala standar kecantikan di Indonesia itu : rambut panjang lurus, kulit putih bersih, badan tinggi langsing, persis kayak nasi putih pakai wig atau kalau kata temenku hal itu bisa jadi karena standar hantu Indonesia itu Kuntilanak. Oke baiklah bisa jadi begitu ya, huahahhaha. Namun sejujurnya aku curiga ini karena kita dijajah oleh Belanda, Portugis, Inggris dan Jepang yang semuanya kebetulan berkulit putih. Wanita kita dulu mungkin kagum pada noni-noni Belanda yang tinggal di rumah besar bergaya indische dengan topi dan gaun berenda yang anggun, mereka nampak berkelas, berpendidikan, langsing, berkulit putih dan superior. Para wanita pribumi yang kebanyakan hanya menjadi pembantu di rumah-rumah itu merasa inferior dan tanpa sadar mulai menganggap kecantikan ala noni Belanda itulah yang superior. Hal itu akhirnya diwariskan turun temurun dan bermetamorfosa menjadi standar kecantikan yang kita tahu.

Oke, itu adalah salah satu teori ngarang yang aku bayangkan dalam imajinasi setiap melihat iklan produk kecantikan di televisi. Namun sejujurnya iklan-iklan itu cukup mengganggu karena aku kebetulan mendapat anugerah yang jauh dari standar kecantikan ala Indonesia : Kulitku cokelat nyaris hitam, rambut keriting, tinggi nggak sampai 160cm dan badan dengan lemak dimana-mana. Mungkin banyak teman-teman dari Indonesia timur yang merasakan diskriminasi akibat standar kecantikan Indonesia ini dan percayalah aku tahu rasanya. 

Banyak yang mengira aku bukan berasal dari Jawa atau minimal pasti orang akan mengira aku berdarah campuran. Maksudnya campuran Indonesia timur dan jawa, bukan campuran londo. Aku menghabiskan masa SMPku dalam bullyan (meski pretasi akademiku sangat baik) dan itu membuatku merasa rendah diri sepanjang masa SMA dan kuliah. Masa-masa remaja ketika kita sedang mencari jati diri dan kita menemukan fakta bahwa kondisi fisik ternyata menentukan apakah kamu diterima atau tidak dalam pergaulan tentu akan membuat kita memiliki citra tubuh yang berbeda. Apalagi tentunya ada sekelompok anak populer di sekolah yang memenuhi standar kecantikan Indonesia. Kita pun ingin menjadi seperti mereka, kita lupa bahwa kita istimewa. Kita mulai melupakan rasa cinta kita pada diri kita dan menggunakan berbagai cara untuk bisa menjadi seperti mereka. 

Bisa dibayangkan kan sekarang kenapa krim pemutih abal-abal masih laku keras bak kacang goreng di Indonesia? karena harganya terjangkau dan hasilnya terlihat dengan cepat. Anak-anak SMA dan kuliah bisa beli dengan uang jajan mereka, ibu-ibu rumah tangga bisa beli dengan sisa uang belanja mereka, ibu bekerja bisa beli dengan gaji mereka karena ingin seperti temannya, intinya krim pemutih abal-abal ini menjangkau semua lapisan masyarakat. Nggak kayak SK II yang mungkin bagi sebagian orang belinya aja pake  mikir seribu kali, kayak aku.

Dulu waktu kuliah aku juga pernah pakai krim abal-abal ini dan baru berhenti sekitar tahun 2011. Waktu itu aku merasa flek hitam di wajahku bertambah banyak. Panik aku mulai mencari tahu sebabnya dan akhirnya aku tahu kalau bahan skincare yang aku pakai kemungkinan besar mengandung merkuri. Saat itu aku menggiatkan kampanye anti skincare nggak jelas di lingkunganku bahkan aku sampai bertengkar dengan salah satu sahabatku karena aku ngotot soal skincare yang nggak aman ini. Lama waktu berselang aku sudah tak lagi peduli soal skincare ini hingga akhirnya aku menemukan fakta kalau ibuku memakai skincare abal-abal.

Patah hatiku rek.

Salah satu alasanku menulis review skincare di blog ini adalah supaya kalian, para pembaca blog ini tahu kalau skincare yang dijual di toko-toko itu juga ada yang memberikan hasil nyata jika dipakai secara telaten. Selain itu aku ingin memudahkan kalian dalam membuat pilihan, eh lha kok ibuku sendiri malah pakai yang nggak jelas. Sesungguhnya aku sudah mengembalikan ibuku ke jalan yang benar namun setelah kutinggal ke Sumba kok beliau jadi pakai lagi. Akhirnya aku kembali memberikan perhatian pada skincare abal-abal yang ternyata sekarang sudah lebih modern dan memakai steroid sebagai bahan aktif. Sekarang skincare ini ternyata juga nggak cuma terdiri dari sabun, toner, krim pagi dan krim malam tapi juga handbody lotion. Klaim semua skincare ini sama : MEMUTIHKAN. Oke, I will tell you the truth : Kulit kita nggak akan bisa jadi lebih putih dibanding bagian-bagian tubuh yang nggak kena matahari (lengan dalam, perut, paha). Jadi jangan pernah kamu ngarep kulitmu bakal kayak orang korea kalo perutmu aja warnanya kuning langsat! Banguuun.. jangan kejauhan mimpinya yo.

Sebenarnya ciri-ciri skincare abal-abal ini cukup mudah dikenali sih, berikut beberapa di antaranya :

1. Tanpa Nomor BPOM
BPOM atau Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah badan yang bertugas mengawasi obat dan makanan yang beredar di Indonesia. Simplenya jika ada makanan dan obat yang diperjual belikan tanpa ijin BPOM/PIRT berarti itu ilegal. Sebenarnya ada beberapa skincare di Indonesia yang beredar tanpa BPOM karena merupakan skincare yang berasal dari luar negri namun belum resmi masuk Indonesia seperti skincare yang berasal korea, kanada, jepang, dll. Untuk kasus skincare yang seperti ini silahkan cek ke cosdna.com atau website brand tersebut untuk memastikan keamanannya. Nah untuk kasus skincare abal-abal ini biasanya mereka tidak punya nomor BPOM atau nomor BPOMnya tidak cocok ketika dicari,nggak jelas dibikinnya di mana, bahannya apa. Skincare abal-abal ini juga nggak akan bisa kita cek ke cosdna.com atau ke website brandnya karena segalanya nggak jelas baik itu komposisi bahannya maupun merk/brand skincare tersebut.

2. Tanpa Merk
Biasanya skincare abal-abal tidak bermerk karena kebanyakan katanya merupakan krim racikan dokter.( Yang nggak jelas dokternya siapa, praktik dimana) Padahal krim dokter yang sesungguhnya di dapat dari proses : Dokter memeriksa kondisi pasien - dokter meresepkan obat - Apoteker membuat racikan dari resep tersebut - Hasil racikan diberikan pada kita lengkap dengan nama dokter, nama apoteker, cara penggunaan dan komposisi obat. Jadi jika krim dokter yang kamu pakai nggak memenuhi proses tersebut, kamu wajib curiga. Ada beberapa skincare abal-abal yang punya merk namun merknya ya seperti merk handmade aja, kayak diprint asal-asalan, bahkan ketika kamu googling nggak ada website dan keterangan siapa pemilik dan pembuat merk tersebut. Intinya semuanya misteri.

3. Terdiri dari Krim Kuning-Putih
Nggak semua krim abal-abal terdiri dari krim kuning - putih namun sebagian besar memang terdiri dari krim putih untuk malam dan kuning yang mirip fondation dan digunakan untuk pagi hari. 

Setidaknya tiga hal tersebut dalah ciri yang hampir selalu dimiliki krim abak-abal, meskipun mungkin masih ada ciri lainnya seperti : hasil yang instan, tidak dijual bebas di toko/counter, namun setidaknya kamu mesti curiga jika skincaremu memenuhi ciri diatas.

Skincare abal-abal ini tidak aman karena bahan yang digunakan tidak jelas. Skincare ini bisa mengandung Hidroquinone atau steroid yang sebenarnya tidak boleh sembarangan di pakai. Beberapa dokter dan klinik kecantikan menggunakan steroid dalam terapi mereka karena sesungguhnya steroid ini memang merupakan obat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit kulit seperti dermatitis numularis, dermatitis atopik, dermatitis alergi, dll dengan batas penggunaan maksimal 2 minggu dalam pengawasan dokter kulit. Hidroquinone sendiri memang digunakan untuk mengatasi pigmentasi tetapi penggunannya telah dilarang di Indonesia, hanya boleh digunakan sebesar 0.3% dalam pewarna rambut dan 0.2% dalam pewarna kuku (Keputusan kepala Badan POM RI No. HK. 03.1.23.08.11.07517 tahun 2011). Apakah kamu bisa membayangkan bahan berbahaya itu kamu oles ke kulitmu tiap hari ?

Lalu apa yang terjadi jika bahan yang dilarang di oles ke wajah? tentu saja lama kelamaan kulit akan rusak. Berikut beberapa ciri kerusakan kulit akibat penggunaan steroid pada kosmetik :

1. Kulit memerah saat terkena cahaya matahari, bahkan meski cahaya mataharinya cuma sedikiiiiit sekali. 

2. Muncul gurat kemerahan atau ungu di wajah terutama sekitar pipi dan hidung. Gurat ini mulanya muncul sedikit lalu makin lama makin banyak hingga rata dalam satu wajah. Gurat ini karena pelebaran pembuluh darah yang istilah medisnya disebut Talangiectasia.

Talangiectasia, gambar dari sini


3. Muncul rambut halus pada wajah mula-mula pada daerah bibir atas seperti kumis lalu makin lama makin rata jadi semuka. Mau kamu wajahmu jadi penuh bulu?

sumber gambar dari sini

4. Untuk penggunaan handbody lotion yang mengandung steroid, kulit akan rusak tampilannya seperti strechmark namun sesungguhnya bukan. Biasanya sterchmark look alike ini akan muncul di daerah yang diolesi lotion.

Efek samping lotion abal-abal, sumber gambar dari sini

Kamu WAJIB curiga dan segera menghentikan skincare apapun yang kamu pakai jika menemui tanda-tanda di atas karena kerusakan kulit akibat skincare abal-abal TIDAK BISA DISEMBUHKAN. Jangan sampai niat hati mau putih kayak Raisa endingnya malah kulit hancur lebur nggak karuan. Lagian sebenernya cantik itu nggak harus putih kok.

Aku tidak pernah setuju dengan standar kecantikan karena standar kecantikan adalah sesuatu yang subjektif, standar di sini dan di Amerika sana tentu berbeda. Toh nyatanya meski rambutku keriting dan kulitku hitam nyatanya aku tetep bisa tinggal di Indonesia, tetep punya teman, tetep punya suami dan keluarga yang sayang sama aku. Tak ada yang pasti soal apa itu definisi cantik yang sebenarnya, namun jika seandainya kamu sudah mengimani definisi cantik dengan standar Indonesia setidaknya gunakan cara yang benar untuk mencapainya dan cintai dirimu setulus mungkin.

Apalah artinya fisik sesuai standar kecantikan Indonesia jika kita memandang orang lain lebih rendah dari diri kita hingga tanpa sadar kita melakukan body shamming?

Apalah artinya fisik sesuai standar kecantikan Indonesia jika kita melakukan segala cara untuk mencapainya misalnya dengan memakai segala skincare yang berbahaya bagi kesehatan kulit dan tubuh kita?

Apalah artinya fisik sesuai standar kecantikan Indonesia jika kita tidak pernah mampu mensyukuri apa yang kita punya?

Percayalah Tuhan sudah menjadikan kita begitu indah, selalu ada makna dibalik segala penciptaanNya. Kenapa kulit wanita Indonesia kuning langsat dan sawo matang? karena kita tinggal di daerah tropis sayang, kita butuh pigmen untuk mencegah kulit kita dari bahaya terbakar panas matahari atau sunburn. Cintai dirimu sendiri dengan baik dan benar, karena jika bukan dirimu siapa lagi yang mau sayang dan menerima dirimu apa adanya?

Dan tentu saja salah satu cara mencintai diri sendiri adalah dengan tidak menggunakan skincare abal-abal. 

Semoga setelah membaca tulisan ini, kamu jadi lebih cinta sama dirimu ya! Punya cerita soal skincare abal-abal juga? yuk share di kolom komentar :)

Dan silahkan SHARE tulisan ini sebanyak mungkin, supaya makin banyak yang cinta pada diri sendiri ya!
Selalu mengawasi, meski yang diawasi tak selalu sadar.

Disclaimer : Metode parenting setiap orang berbeda-beda, bahkan anak kita pun berbeda. Tulisan ini hanya bersifat sharing tentang apa yang selama ini aku lakukan, tanpa bermaksud menggurui ataupun menyindir pihak-pihak tertentu.

"Buk, Keira mau beli ini." Kata Keira sambil memegang mainan berbentuk buaya berwana pink kepadaku. Memang sedari awal aku berbelanja di minimarket itu, Keira hanya jongkok menunggui rak mainan bersama ayahnya. Aku menggeleng, "Besok aja ya, Keira beli makanan aja." kataku. Keira menggeleng dan matanya mulai berkaca-kaca, "Beli sekarang..." katanya lagi sambil menatapku. Hatiku mulai luluh, aku berjongkok agar tinggi kami sejajar. "Keira, uang ibu habis. Mainannya mahal, uang ibu nggak cukup kalau buat beli mainan juga. Belinya besok ya kalau ada uang merah, nih uang ibu cuma uang ungu." Kataku sambil menunjukan isi dompetku, yang memang saat itu nggak ada lembaran ratusan ribunya. Lalu aku menggandengnya keluar minimarket, wajahnya masih nampak sedih dan hatiku terasa sangat ngilu dan pedih.

Sebenarnya kalau mau, aku bisa-bisa aja sih membelikan dia mainan itu dengan debit card atau minta uang sama ayah Keira yang saat itu ada di sana. Tapi justru karena saat itu aku tahu Keira kepingin banget makanya sengaja nggak aku belikan. Aku hanya ingin mengenalkan rasa kecewa dan sedih pada Keira, fakta bahwa dalam hidup itu nggak semua keinginan kita akan terkabul dengan mudah.

Aku juga berusaha membuat Keira tidak terlalu 'keprincess - princessan'. Aku berusaha mengajaknya naik transportasi umum seperti bus dan kopaja meski mungkin aku bisa saja menyewa taksi online yang lebih nyaman. Mengajaknya berjalan kaki di siang hari terik, meski bisa saja kami ngadem di dalam mall. Mengajaknya berbelanja di pasar tradisional yang bau dan berdesak-desakan lalu jajan burjo di warung sederhana. Hidup tak selalu mudah. Hari ini mungkin aku mampu saja membelikan dia LOL SURPRISE seharga dua ratus ribu seperti yang dia inginkan ketika dia menangis dan mengamuk di toko mainan hanya karena aku malu dianggap pelit oleh orang lain, tapi kelak jika dia minta dibelikan helikopter aku bisa apa?

Sejujurnya, menjadi ibu yang tegas bagiku lebih sulit dibanding menjadi ibu peri baik hati yang selalu mengiyakan permintaannya dan menolongnya ketika dia kesulitan. Menahan diri untuk tidak luluh lantak dengan tangisannya atau tatap mata bening memohonnya jauh lebih sulit dibanding langsung berkata ya. Meski mungkin setelah aku berkata ya aku harus berhutang sana sini (karena membelikannya helikopter?)

Di rumah juga aku berusaha seminimal mungkin campur tangan saat dia bertengkar dengan teman sebayanya atau pura-pura tak melihat saat dia jatuh dan meminta Keira untuk bangun sendiri saat dia mulai memanggilku. Yah... meski kadang-kadang dianya suka nggak mau bangun sendiri sih kalau jatuh. Di rumah juga ada peraturan siapapun yang menumpahkan atau mengotori lantai maka dia yang wajib membersihkan, termasuk Keira. Jadi kalau misalnya Keira numpahin teh lalu dia kepleset tehnya itu, ya tetep aja dia yang wajib ngelap lantai meski dia nangis-nangis.

Masih banyak 'kekejaman-kekejaman' lain yang aku lakukan kepada Keira, seperti misalnya mewajibkan dia untuk membereskan sendiri mainannya atau tidak langsung merayu atau membujuk ketika dia menangis atau mengamuk. Biasanya ketika Keira marah, kecewa atau sedih hingga menangis meraung-raung aku akan berusaha menenangkan atau bernegosiasi dengan dia tapi kalau setelah 15 menit dia tidak juga berhenti menangis maka aku akan meninggalkan dia dan beraktivitas seperti biasa. Kejam memang, hanya saja aku ingin dia tahu kalau tidak semua masalah akan selesai hanya dengan menangis. Tapi tentu saja aku tidak akan membiarkan dia seperti itu lebih dari satu jam, dan biasanya aku akan memeluk dan memberitahunya kalau aku sangat sayang padanya dan menjelaskan kenapa aku marah jika dia melakukan hal yang tidak benar seperti misalnya membuang-buang air.

Aku sesungguhnya tidak terlalu peduli jika aku dianggap galak, kejam, tega dan tidak sayang pada Keira. Bagiku apa yang aku lakukan ini adalah salah satu cara mengenalkan Keira pada dunia yang sesungguhnya. Menjadi orangtua membuatku sadar bahwa secara otomatis kita akan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak kita. Kita akan berusaha memenuhi semua keinginannya, memberinya pakaian terbaik, makanan terenak, sekolah terbaik, mainan termahal, fasilitas terlengkap, dan seterusnya. Secara tidak sadar kita berusaha untuk selalu memberikan kondisi yang nyaman dan ideal untuk anak kita. Kadang kita juga merasa trauma dengan masa kecil kita yang tak terlalu menyenangkan sehingga kita berusaha supaya anak kita tak mengalami masa kecil yang sama dengan kita. Namun kita lupa bahwasanya dunia tak seindah itu.

Kelak anak kita mungkin akan kecewa karena orang yang ia cintai ternyata memilih orang lain, ia mungkin sedih karena ia tidak diterima di universitas yang ia idam-idamkan, ia akan menyadari bahwa mendapatkan pekerjaan yang sesuai mimpi dan passionnya tidaklah mudah, ia akan melihat bahwa di dunia ini tak semua manusia baik dan mudah dipercaya, ia akan merasakan pahitnya kehilangan sahabat, marahnya ditipu, dan seterusnya.

Sedangkan kita? ketika saat itu tiba bisa saja kita tak lagi ada di dunia, atau mungkin kita sudah terlalu letih untuk terus menerus memberinya uluran tangan. Dan ya, faktanya memang kita tak bisa selamanya melindungi, menjaga, dan memberikan rasa aman pada anak kita. Akan tiba masanya mereka terbang dengan bebas dan melihat dunia dengan mata kepala mereka sendiri. Maka mungkin memang sebaiknya kita sedikit menahan diri kita untuk menciptakan ilusi dunia ideal dan sempurna bagi anak kita. Mungkin ada baiknya anak kita mengenal bagaimana rasanya kalah, kecewa, marah, gagal, sedih, dan frustasi, kemudian tugas kita adalah mengajari mereka bagaimana caranya bertahan, bangkit dan berjuang.

Selamat berjuang menjadi orang tua!

Bukit Wairinding

Setiap menulis tentang kepingan-kepingan Sumba rasanya kaki ini seperti melangkah kembali menyusuri jalan-jalan Sumba yang sederhana dengan pekik riang anak-anaknya dan pancaran sinar matahari yang seringnya cukup terik. Salah satu tempat yang cukup membekas dalam hati dan ingatan adalah bukit Wairinding, karena di tempat ini aku belajar hal-hal baru tentang kehidupan.

Sebenarnya bukit Wairinding ini adalah bukit yang terletak di belakang rumah warga. Pemandangan yang cantik dan senjanya yang eksotis lah yang membuat tempat ini lantas menjadi viral. Terlebih beberapa artis kenamaan ibu kota dan beberapa selebgram pasti datang ke sini dan berfoto. Pastinya kamu tak asing kan dengan foto seseorang berselimut kain sumba dan sedang memandang hamparan bukit yang nampak cantik kan? itulah Wairinding. Sebenarnya bukit-bukit dengan pemandangan cantik seperti ini ada cukup banyak di Sumba, mengingat keadaan geografisnya memang seperti itu, namun mungkin karena yang pertama kali masuk sosial media adalah bukit Wairinding maka yang ngehits ya bukit Wairinding ini.

Lokasi 

Bukit Wairinding terletak sejauh 40 Km dari kota Waingapu, sekitar satu jam perjalanan dengan naik sepeda motor. Sesungguhnya kala itu aku agak sangsi mengajak Keira ke Wairinding dengan sepeda motor mengingat kami ingin melihat senja yang artinya bakal pulang malam. Namun karena Keira mabuk darat akhirnya kami putuskan tetap naik sepeda motor saja sehingga kami tidak menyewa mobil. Ya, sama seperti objek wisata lain di Sumba dari Waingapu ke bukit Wairinding juga belum ada angkutan umum sama sekali. Jalan menuju bukit Wairinding cukup berkelok-kelok dan naik turun dengan pemandangan padang rumput meranggas di kiri dan kanan. Sesekali nampak hewan ternak seperi sapi, kuda, kerbau, dan babi berjalan lalu-lalang di jalan raya, maka berhati-hatilah kalau lewat jalan menuju ke Wairinding. Kadang kala nampak satu-dua rumah dengan jarak yang jauh satu sama lain, sesekali nampak perkampungan warga dengan beberapa ibu-ibu yang duduk di depan rumah. Sesungguhnya aku sangat menikmati pemandangan di sepanjang bukit Wairinding ini.

Bukit raksasa tidur

Menuju ke bukit Wairinding ada salah satu perbukitan yang dinamakan, bukit Raksasa Tidur. Dengan sedikit imajinasi, aku akui memang deretan bukit itu nampak seperti raksasa yang sedang tidur nyenyak hingga pada akhirnya dia membatu dan ditumbuhi rerumputan. Mendekati bukit Raksasa Tidur ini kami sempat berhenti karena Keira muntah-muntah, padahal saat itu Keira sudah memakai jaket, celana panjang dan kaos kaki. Kami sempat ingin kembali ke kota namun karena Keira nampak ceria dan tak ada tanda-tanda demam akhirnya kami melanjutkan perjalanan.

Fasilitas

Tadinya kupikir bukit Wairinding yang fenomenal itu adalah suatu tempat wisata, namun ternyata bukit ini nyaris seperti 'halaman belakang' rumah seorang warga. Kenapa begitu? ya karena kalau mau ke bukit Wairinding ini kita akan parkir di depan rumah warga, jalan sedikit melewati samping rumahnya menuju ke halaman belakang, lalu melewati jalanan yang menanjak dan sampailah kita di bukit Wairinding.  Aku sendiri tidak begitu tahu apakah si pemilik rumah itu sudah sejak dahulu tinggal di situ, atau dia membangun rumahnya di situ setelah bukit Wairinding mengundang wisatawan untuk datang. Yang jelas si empunya rumah sudah memanfaatkan dan memfasilitasi keberadaan bukit ini dengan baik. Saat aku kesana, tempat parkir sudah disediakan dan kendaraam kita akan ditata, istilahnya sih sudah ada tukang parkirnya. Lalu untuk masuk ke bukit Wairinding kita akan ditarik biaya seikhlasnya, pemilik rumah juga menyewakan kain Sumba yang naujubilah mahalnya itu kalau-kalau ada wisatawan yang ingin berfoto ala-ala mbak Dian Sastro atau ebook Andien. Seingatku, harga sewa kainnya 50.000 - 100.000 deh. Untuk perkara toilet kala itu toilet sedang dibangun jadi kemungkinan sekarang sudah selesai, kalaupun belum mungkin bisa nunut di rumah penduduk.

Aktivitas
Kuda sandalwood

Kegiatan yang bisa dilakukan di bukit Wairinding selain berfoto sambil kemulan kain Sumba adalah menikmati sunset dan mengamati atau berinteraksi dengan anak-anak yang menggembala kuda di sana. Sungguh, di bukit Wairinding itu banyak sekali anak-anak kecil yang mungkin kelas 2-4 SD ada di sana. Anak-anak ini cenderung ramah dan tertarik pada orang-orang yang terlihat tidak berasal dari Sumba. Namun berbeda dengan anak-anak di tempat wisata lain yang biasanya minta uang ke wisatawan, anak-anak ini tidak meminta apa-apa. Mereka hanya tersenyum, mengamati dan menjawab dengan antusias ketika ditanya.

Anak-anak Sumba

Pada waktu aku mengunjungi bukit Wairinding, beberapa anak nampak asyik menggembala kuda. Karena di Jawa aku jarang lihat kuda merumput, maka dengan sedikit rasa nggumun aku mengajak Keira mengamati si Kuda yang sedang merumput. Kala itu adalah minggu-minggu awal aku berada di Sumba, baru susah-susahnya beradaptasi. Aku masih kesal karena belum juga berhasil menemukan kembang kol dan brokoli di pasar, sebal karena tak ada cafe yang menjual caramel macchiato alih-alih kopi instan, dan bosan pada rutinitas ibu rumah tangga yang membuat aku tidur paling malam-bangun paling pagi. Menatap anak-anak kecil yang menggembala kuda sambil tertawa riang seolah ringan tanpa beban membuatku sedikit iri, maka iseng aku ajak mereka bercerita.

" Ini kuda siapa?" tanyaku. Anak yang paling besar menjawab sambil tersenyum, "Kuda saya Kak." Sedikit kepo aku melanjutkan pertanyaan, "Sering ya ajak Kudanya ke sini?"
"Iya Kak, setiap sore." jawabnya.
" Trus tadi ke sini jalan kaki?"
"Enggak, naik kuda ini!" Kali ini dia menjawab sambil menepuk bangga punggung kudanya.
"Masa sih?" Tanyaku dengan kagum, gile dia bisa naik kuda cuy! aku mah langsung ngejeblak.
"Iya!" jawab anak itu sambil tertawa diikuti teman-temannya.
"Kamu sekolah?" tanyaku lagi.
" Iya."
"Di mana?"
"Di bawah sana Kak." Katanya sambil menunjuk ke arah sekolah.
" Yang deket telaga ya?" tanyaku, dan anak itu mengangguk. "Naik apa ke sekolah? kuda juga?" tanyaku sedikit bercanda, anak itu menggeleng dan tersenyum " Ya jalan kaki Kak..."

Mendengar jawabannya itu aku terdiam, sebelum ke sini tadi aku sempat melewati sebuah SD Negri yang memang dekat dengan sebuah telaga. Masalahnya, sekolahnya itu jauh banget dari bukit Wairinding! Kalau anak seusia dia ya sedikit capeklah ya. Saat itu aku merasa menjadi manusia paling tidak bersyukur di dunia, aku seperti diingatkan bahwa sebenarnya masalahku itu tak seberapa bila dibandingkan dengan masalah orang lain. Di saat aku begitu manja merindukan cafe dan brokoli, seorang anak di sudut Sumba bersusah payah pergi ke sekolah dengan semangat membara untuk belajar. Di saat aku dengan santai minum teh sambil membuka sosial media dengan sinyal 4G di Waingapu, ada anak yang sedang menggembala kuda ayahnya di bukit wairinding. Aku malu, menyadari daya juangku yang begitu rendah bila dibanding anak di hadapanku. Mungkin anak-anak itu belum tahu serunya bermain di Timezone, belum pernah main di playground, mungkin mereka nggak familiar dengan mobile legend, mungkin mereka tidak punya slime atau squishy di rumah namun justru dari mereka aku belajar bahwa kebahagiaan itu bisa begitu sederhana jika kita bisa bersyukur.


Ah, aku rindu Sumba.

Di banding tempat-tempat lain di Sumba, bukit Wairinding beserta keelokan senjanya adalah tempat yang paling banyak mengajarkan padaku tentang bagaimana mensyukuri hidup. Semenjak dari sana aku merasa lebih positif memandang kehidupan ini, aku merasa lebih mudah menemukan keindahan dalam setiap perkara yang terjadi dalam hidup. Sebab, setiap perkara selalu mempunyai dua sisi : positif dan negatif. Bukit Wairinding membuatku merasa Tuhan begitu dekat dalam setiap kehidupan kita.

Tips Traveling
Bawalah bekal yang cukup dan jaket kalau ke sini.


  • Angin di bukit Wairinding lumayan kencang, bawalah jaket dan syal bila tak tahan dingin.
  • Bawalah bekal makanan karena belum ada penjual makanan. Tapi jangan meninggalkan sampah di sana ya!
  • Best time to visit sih menurutku sekitar jam 3 sore sampai senja ya, karena udara sudah tidak terlalu terik dan banyak anak-anak menggembala kuda.
  • Bila ingin memberikan sesuatu kepada anak-anak di sana, berikan saja buku, makanan atau cerita. Jangan membiasakan memberikan uang kepada mereka, mereka masih sepolos itu. 
  • Jangan ragu untuk menyapa dan berbincang dengan orang lokal, warga Sumba cukup ramah-ramah kok.

Bukit Wairinding wajib banget buat yang suka senja tapi bosan dengan senja di pantai,sumpah senja di sini cantik banget. Malam sedikit kamu akan melihat ratusan bintang cantik di langit.

Sampai jumpa di kepingan Sumba selanjutnya!
Bhumi Multi Targeted All Natural Adoring Face Oil

Masih dalam rangka #BanggaPakaiProdukLokal kali ini aku akan mereview salah satu face oil lokal yang sudah aku pakai dan saat tulisan ini dibuat sudah habis cling satu botol. Aku sendiri mulai pakai face oil sejak berencana hamil Keira dan merasa cocok banget pakai face oil. Kulit terasa lebih lembab, sehat dan kenyal setelah aku rajin memakai face oil. Dulunya sih aku memakai face oil yang aku blend sendiri (cerita soal itu bisa dibaca di sini ) dan juga sempat pakai Antipodes (reviewnya ada di sini). Nah ketika tahu ada face oil blend buatan lokal, aku langsung tertarik banget buat nyobain apalagi Bhumi Multi Targeted All Natural Adoring Face Oil ini sudah terdaftar di BPOM. Rasanya jadi semakin mantab untuk mencoba.

Bhumi Multi Targeted All Natural Adoring Face Oil ini konon merupakan blend dari 9 pure essential oil yang mampu memperbaiki dan meregenasi kulit. Buat aku yang sekarang berasa ribet banget kalau ngeblend-ngeblend oil sendiri, Bhumi ini seperti solusi membahagiakan yang di anugerahkan Tuhan kepadaku. Sungguh aku itu bahagia lho melihat skincare lokal mulai bermunculan karena kadang dompet ini nangis juga ketika dolar naik dan harga skincare import ikut naik. Yuk ah langsung kita bahas Bhumi Multi Targeted All Natural Adoring Face Oil selengkap-lengkapnya!

Packaging
Packagingnya gemas!

Sumpah ya, packaging Bhumi Multi Targeted All Natural Adoring Face Oil ini lucu banget. Botolnya mblegenduk gitu dan tutupnya tentu saja pipet. Pipet ini sangat memudahkan saat mengeluarkan produk sehingga nggak terlalu banyak alias kendlodoken. Botolnya juga merupakan botol kaca dengan warna rose gold gitu yang semestinya bisa menjaga kualitas produk dengan baik. Tulisan di kemasan sih, Bhumi masih aman dipakai sampai 12 bulan setelah kemasannya di buka. Namun entah kenapa pada bulan ke empat, face oilku mulai berbau tengik. Mungkin karena kubawa bolak-balik Jogja-NTT-Jogja ya jadi dia kena panas dan penyimpananku jadi nggak maksimal.

Ingredients
Olea Europaea Fruit (Olive) Oil, Simmondsia Chinensis (Jojoba) Seed Oil, Palargonium Graveolens  Flower (Geranium) Oil, Curcuma Longa Root (Turmeric) Oil, Melaleuca Alternifolia (Tea Tree) Oil, Lavandula Angustifolia (Lavender) Oil, Salvia Sclarea Seed (Clary Sage) Oil, Pogostemon Cablin Leaf (Patchouli) Oil, Bosewellia Cartii (Frankincesse) Oil, Cymbopogon Schoenanthus (Lemongrass) Oil , Rosa Canina Fruit (Rohesip) Oil, Vitamin E.

Tekstur
Tekstur Bhumi Multi Targeted All Natural Adoring Face Oil.

Teksturnya ya cair kayak oil pada umumnya sih, dengan warna kuning jernih. Kemampuan meresap ke dalam kulit lumayan cepat, jadi nggak terlalu klomoh gitu di kulit.

Cara dan Waktu Pemakaian
Aku biasa memakai Bhumi Face oil ini setiap malam setelah memakai serum, sebelum memakai moisturizer sebanyak 3-4 tetes. Caranya teteskan ke telapak tangan lalu gosok telapak tangan dan di tap tap ke wajah. Ngetap-tapnya cuma kayak ditempel aja tanganya di wajah sambil agak ditekan ya, nggak perlu sampai ditepuk-tepuk lebay.

Performa
Worth to buy banget deh!

Menurutku performa Bhumi Multi Targeted All Natural Adoring Face Oil ini cukup baik ya, kulitku terasa halus, lembab dan kenyal, meski aku sempat mengalami kekeringan gara-gara pakai serumnya wardah tapi setelah kembali memakai Bhumi kulitku ya balik lagi. Tapi karena fungsinya memang untuk memperbaiki tekstur kulit, Bhumi ini nggak memberikan efek mencerahkan maupun mempercepat penyembuhan jerawat meski di komposisinya mengandung tea tree dan rosehip oil.

Bhumi Multi Targeted All Natural Adoring Face Oil ini worth to buy banget buat kamu yang baru ingin nyoba-nyoba pakai face oil karena meski komposisinya banyak, Bhumi ini nggak berasa 'berat' di kulit. Cocok juga buat yang suka pakai face oil tapi males ngblend dan ingin pakai face oil yang sudah jelas resmi terdaftar di BPOM. Bhumi Multi Targeted All Natural Adoring Face Oil ini juga awet buanget, satu botol yang berisi 30 ml bisa aku pakai selama 6 bulan. Kalau dihitung-hitung sih murah ya, satu botol itu harganya Rp 229.000 saja kok belinya di Bhumi official.

Kesimpulan
Plus :
+ Harga terjangkau dan sudah terdaftar di BPOM
+ Mampu memperbaiki tekstur kulit sehingga kulit menjadi halus, lembab dan kenyal.
Minus:
- Belinya cuma bisa di Bhumi Official Shop, belum ada toko offlinenya.
- Mudah tengik, meski kemasannya bagus.

REPURCHASE? YES!! Tentu saja aku akan membeli lagi Bhumi Multi Targeted All Natural Adoring Face Oil ini karena kualitas dan performanya yang memang bagus ditambah lagi ini adalah produk lokal.

Disclaimer : Semua review yang aku buat merupakan produk yang aku beli sendiri dan benar-benar aku coba sendiri. Tidak semua orang memiliki kulit yang sama dan reaksi pada tiap orang bisa jadi berbeda,selain itu setiap orang juga memiliki reaksi alergi yang berbeda-beda. Sebaiknya lakukan patch test atau mengecek komposisi sebelum mencoba suatu produk.