Ada banyak hal yang sering aku rindukan dari masa mudaku, eits bukan berarti sekarang aku sudah tua dan rambutku sudah memutih seperti rambut Daenerys Targaryen sang Mother of Dragon ya. Maksudku adalah masa-masa ketika aku masih duduk di bangku SMP-SMA sekitar tahun 2003-2008 lah atau sebelum ponsel pintar datang menyerang. Pada jaman itu belum ada Oppo yang bikin sang empunya nggak butuh skincare.
Saat itu ponsel yang paling digandrungi dan ngehits jelas Nokia dengan balutan casing warna-warni yang bisa diganti dan stiker tertempel di belakang ponsel yang bisa berkedip-kedip jika ada sms atau telepon masuk. Menyusul di belakangnya ada Sony Ericson, Siemens, Motorola dan Samsung. Hal yang bisa dilakukan dengan ponsel sejenis itu pun tidak banyak. Paling hanya sms, telepon, bikin komposer musik dan mendengarkan radio bagi yang ponselnya masih berlayar hitam putih serta mendengarkan musik mp3, bermain game java, dan foto dengan kamera vga bagi yang ponselnya sudah berwarna. Namun justru di situlah letak keindahannya!
Karena hal-hal yang bisa dilakukan dengan ponsel terbatas dan ponselnya juga nggak pintar-pintar amat, maka manusia masih lebih banyak berinteraksi dengan manusia lainnya di dunia nyata. Ruang tunggu dokter atau rumah sakit tidak pernah terasa hening dan menyesakkan dada karena orang-orang sibuk berbicara dengan orang yang duduk di sebelahnya, entah itu untuk saling bertukar info pengobatan alternatif maupun ngarasani mbak suster yang jutek. Acara kumpul keluarga maupun acara nongkrong bareng teman pun terasa hangat karena semunya sibuk bertukar kabar cerita, berbagi tips diet, saling mengejek klub bola favorit teman, atau kedap-kedip pedekate.
Dulu belum ada fitur nearby Line, boro-boro ada Line. Dulu kalau mau chatting pakainya aplikasi Mig33, Yahoo Messenger atau Mirc yang chat awalnya pasti dimulai dengan ASL PLS alias age,sex,live, please alias harus nyebutin umur, jenis kelamin dan tinggal di mana dengan siapa semalam berbuat apaaaa~. Jadi kalau misalnya di angkot atau di tempat makan kita melihat ada orang yang kece dan menarik hati lalu pengen kenalan ya harus pasang muka tembok dan kenalan langsung! Dulu aku pernah sih kenalan sama mas-mas di sebuah acara antar sekolah, lalu smsan tapi nggak jadian. Ya ngapain diceritain maliiiiih~
Nah hal-hal itu sebenarnya yang aku rindukan. Akhir-akhir ini, di mana-mana sejauh mata memandang pasti orang-orang sibuk menatap layar ponsel. Seolah-olah kalau di pandangi terus ponselnya bisa berubah jadi emas ala-ala the Alchemist. Ya bisa aja sih dia baru memandangi harga Bursa Saham karena dia adalah salah satu nyangkuters di saham gorengan kolesterol tinggi. Cuma sayangnya aku yakin sih kebanyakan pasti sedang menatap akun-akun gosip, melihat video prank atau videonya raja petir, stalking sahabat atau mantan di medsos, sedang merasakan jiwa kemiskinannya menjerit tatkala menatap postingan dan gaya hidup kaum jetset, sedang menatap grup WA yang lama-lama isinya lelucon garing atau forward-an surat kepada presiden yang entah kenapa dikirim ke grup whatsapp ibu-ibu komplek.
Awalnya pemandangan itu hanya aku temui di ruang-ruang tunggu atau di dalam KRL atau transportasi umum lainnya. Wajar karena ditempat-tempat tersebut kebosanan pastilah menusuk dada. Namun lama-lama fenomena itu menjadi kebiasaan yang mengisi acara-acara pertemuan, ruang-ruang keluarga, tempat makan, cafe, tempat ibadah, sekolah bahkan kutemui di ranjang! Harapannya sebelum tidur bisa pillow talk romantis ala-ala film Hollywood dengan pasangan sirna sudah, kenyatannya sang suami sibuk main game dan sang istri sibuk nyari diskonan e-commerce. Anaknya? Nonton youtube dong. Dari yang awalnya biasa saja, lama - lama pemandangan ini kok jadi nyepeti mripat ya?
Aku sendiri paling sebal kalau bertemu orang yang tak bisa lepas dari ponselnya padahal sedang bekerja. Pernah aku sedang manicure di sebuah salon kuku di Jogja, lalu mbak-mbaknya nguteks kukuku sambil video call dengan pacarnya. Aku antara jengah karena seolah menjadi pihak ketiga (yang katanya adalah setan) dalam hubungan mereka, juga risih dan khawatir kalau kuteks yang dia pasang malah mbrudul karena mbaknya nggak konsen. Aku juga sebal kalau misalnya janjian dengan teman untuk ketemu, bukannya haha hihi ngobrol sama aku eh dianya malah sibuk dengan ponselnya. Ya chat dengan orang lainlah, foto makanan kami lah, atau ngajakin foto bareng. Habis itu pulang. Ngapain ngajak aku ketemuan kalau akhirnya cuma foto bareng lalu pulang hei? Kalau cuma pengen punya foto berdua, mending foto kita di photoshopin aja.
Fenomena ketemu cuma buat konten atau foto aja sebenarnya banyak kita temui akhir-akhir ini. Sebuah acara buka bersama misalnya, sudahlah janjiannya lama dan baru terealisasi beberapa hari menjelang lebaran eh pas akhirnya ketemu hanya di isi dengan acara bikin Instagram Stories, foto-foto makanan, foto bersama lalu pulang. Nanti di rumah, update foto disertai tag lokasi dan tag teman yang datang plus caption, “Indahnya persahabatan, tak lekang oleh waktu.” PREEEEEEEETTTTT~ padahal tadi nanya kabar aja enggak. Belum lagi yang katanya jalan bareng, tapi waktu ketemu pada sibuk mainan ponsel, foto ala duck face dan bikin video di bioskop sambil spoiler filmnya biar dikata update. Hiya Hiya Hiya.
Diakui atau tidak, kita sekarang memang terjebak dalam gaya hidup seperti itu. Ponsel memberikan suatu kebahagiaan semu yang membuat kita kecanduan. Entah itu pujian, like, komen atau follower banyak yang memberi kita sensasi seolah kita adalah pujaan banyak orang. Kita jadi gelisah jika tak ada notifikasi masuk di ponsel kita, kita jadi belingsatan ketika internet mati, kita jadi frustasi ketika angka like di media sosial kita menurun. Beberapa orang malah melakukan hal aneh-aneh demi mendapatkan kebahagiaan semu tersebut, ada yang selfie di tempat berbahaya, ada yang naik gunung lalu foto di atas gunung pakai bikini, ada yang masuk rumah orang tanpa ijin cuma buat selfie, ada yang pakai barang KW tapai kekeuh itu asli, ada juga yang di sosial media terlihat kaya raya namun di dunia nyata dikejar-kejar debt kolektor. Semua itu demi konten, demi like, demi viral, demi terkenal.
Baru-baru ini berhembus kabar bahwa instagram akan menghapus fitur likenya. Kabar yang sejujurnya membuat aku lega karena itu berarti orang-orang mungkin akan berhenti mengejar like. Alasan lainnya karena fitur like di Instagram yang berupa dua kali ketukan ini sering bikin aku ketahuan stalking kalau nggak sengaja kepencet. Kan aku gengsi kalau ketahuan stalking mantan!!!!!
Mungkin kalau fitur like di sosial media di hilangkan orang-orang akan berhenti ngajak ketemuan cuma buat foto doang. Mungkin hidup akan sesederhana dulu ketika ponsel tak sepintar sekarang, rumah akan penuh dengan celotehan keluarga, acara kumpul-kumpul akan lebih ramai lagi dengan cerita-cerita penuh makna.Tapi kalaupun fitur like tidak jadi dihapus, mungkin ada baiknya kita yang mengubah diri kita. Belajar lebih peduli pada keadaan sekitar, belajar menahan godaan untuk dikit-dikit cekrek dan upload, belajar menahan diri untuk tidak terpaku pada layar ponsel ketika ada orang di depan kita. Semuanya memang perlu waktu, namun aku yakin kita semua pasti bisa mengubah kebiasaan tersebut perlahan-lahan.
By the way, kapan nih kita bisa jalan bareng tanpa perlu update di sosial media?


Naik bus tingkat di Jakarta

Hai, kali ini kita akan ngobrolin soal transportasi umum karena sebentar lagi adalah waktunya mudik. Tentu saja nggak semua orang mudik dengan kendaraan pribadi pasti ada juga kan yang memakai transportasi umum. 

Sebenernya aku pribadi sedikit parno naik transportasi umum sendirian, pasalnya waktu kelas 3 SMP aku pernah punya pengalaman tidak menyenangkan saat berada di angkutan umum. Waktu itu aku duduk di sebelah bapak-bapak yang tangannya sedikit usil pegang sana-sini, sejak saat itu aku mikir sejuta kali kalau mau naik transportasi umum. Bahkan sampai sekarang aku suka stress dan pengen nangis  kalau naik transportasi umum trus ada bapak-bapak atau mas-mas yang kelihatan seram. Pertama kali aku mau naik transportasi umum lagi adalah saat aku pergi ke Bali untuk ketemu sama ayah Keira dan kakak sepupuku. Waktu itu tetep aja rasanya mau nangis karena bepergian sendirian naik transportasi umum, walaupun aku sering menghibur diri kalau yang naik pesawat pastilah tangannya nggak akan usil. Setelah menikah aku cukup sering naik transportasi umum bareng suami, tapi karena sama suami rasanya lebih tenang dan aman. Ya walaupun kalau kami duduknya jauhan, aku tetep stress sih.

Meski punya ketakutan yang lumayan tapi toh aku tetep bertekad ngajarin Keira naik transportasi umum. Alasannya supaya dia nggak tumbuh jadi princess yang taunya cuma yang enak-enak doang. Transportasi umum pertama yang Keira naiki adalah pesawat, lalu kereta api, bus dan baru baru ini KRL serta ojek online. Eh ojek online masuk transportasi umum nggak ya? anggep aja masuk lah. Hehehehehe Berhubung ayah Keira kerjanya nomaden dan kami juga suka bepergian maka otomatis kami jadi sering naik transportasi umum. Selain karena harganya relatif terjangkau juga karena kami ingin mengajari Keira cara hidup sederhana. Kami berharap kelak ketika dewasa Keira tumbuh menjadi anak yang tangguh, yang nggak masalah desak-desakan di bis kota atau jalan kaki ke stasiun, yang nggak masalah meski naik kendaraan tanpa AC dengan aroma keringat orang lain. Kami tidak mau Keira tumbuh menjadi wanita yang segalanya harus serba mewah dan ekslusif. Yah, meski sebenarnya diam-diam aku suka panik kalau kami naik bus tapi demi Keira apa sih yang nggak?

Nah karena terbiasa naik transportasi umum sama Keira, lama-lama aku jadi paham apa saja sih yang harus disiapkan ketika memutuskan bepergian naik transportasi umum bersama anak balita. Tentunya naik transportasi umum tidak senyaman dan sefleksibel naik kendaraan pribadi sehingga ada beberapa tips dan trik yang sebaiknya diperhatikan saat mengajak anak naik transportasi umum. Apa saja itu?

1. Beritahu anak jauh-jauh hari.
Beritahu anak jauh-jauh hari kalau dia akan diajak naik transportasi umum, minimal 2 minggu sebelumnya. Kenalkan anak dengan menceritakan transportasi apa yang akan digunakan, dimana mereka akan naik dan tujuannya mau kemana. Aku pribadi biasanya menjelaskan secara detail. Misalnya kami akan naik bus maka aku akan menceritakan tentang halte, garasi, terminal, bentuk bus, sopir, kondektur, bagaimana duduknya nanti, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dalm bus, berapa lama naik bus, mau kemana, dengan siapa saja dan seterusnya. Penjelasan ini akan membuat anak memiliki sedikit gambaran tentang apa yang akan dia lakukan dan hadapi. Meski begitu penjelasan ini tidak bisa dilakukan sekali saja, lakukan berulang kali misalnya menjelang tidur atau saat melihat gambar transportasi umum.

2. Usahakan anak dalam kondisi sehat.
Usahakan anak dalam kondisi sehat saat naik transportasi umum karena tentunya saat naik transportasi umum anak akan lebih lelah dan bertemu dengan orang banyak yang bisa saja sedang membawa penyakit seperti flu. Minimal 2 minggu sebelum bepergian beri anak vitamin ekstra atau kurangi aktivitas yang beresiko membuat anak sakit. Biasanya sih kalau sudah tahu mau diajak pergi Keira lebih sering di rumah, jarang jajan makanan atau minuman yang berpotensi bikin batuk dan lebih bisa direm keinginannya untuk main air.

3. Pergi saat jam tidur anak
Untuk mengurangi resiko tidak diinginkan seperti anak rewel, mabuk darat/mabuk udara, kita bisa mengajak anak bepergiaan saat jam dia tidur. Kita tentunya sudah hafal kira-kira jam berapa dia biasa tidur siang atau kita bisa bepergian saat malam hari jika perjalanannya cukup jauh dan memakan waktu berjam-jam. Saat anak tidur, kemungkinan untuk rewel menjadi berkurang kan?

4. Bawa tass serba ada.
Selain koper atau tas yang memuat seluruh barang bawaan biasanya aku membawa tas yang ukurannya lebih kecil dan mudah dibawa. Tas ini biasanya berisi perlengkapan darurat seperti obat-obatan, baju ganti, tissu, maupun mainan, gadget, power bank, makanan ringan, minuman dan susu. Selain baju ekstra untuk anak biasanya aku juga membawa kaos ekstra untukku juga obat pusing, minyak angin dan obat masuk angin. Hal itu dikarenakan biasanya ketika Keira muntah, bajuku juga ikut terkena muntahan dan biasanya aku jadi pusing ketika mencium bau muntahan. Tas serba ada ini memudahkan ketika kita butuh sesuatu, jadi nggak perlu bongkar bongkar koper.

5. Jelaskan pada anak hal-hal yang dialami di perjalanan
Selama di perjalanan jelaskan apa yang kita temui dan hadapi. Jelaskan tentang transportasi yang kita gunakan, apa nama pengemudinya, di mana berhentinya. Misalnya ada orang yang berbaik hati memberikan tempat duduk untuk kita, kita juga bisa menjadikannya contoh perbuatan yang baik untuk anak kita. Kita juga bisa mengajarinya mengantre, membuang sampah pada tempatnya, dan masih banyak lagi. Perjalanan yang yampaknya sederhana bisa menjadi 'sekolah' yang menyenangkan untuk anak!

6. Lakukan hal-hal menyenangkan di perjalanan
Selain menggunakan kondisi sebagai sarana pembelajaran anak, kita juga bisa melakukan hal-hal lain untuk membunuh rasa bosan yang mungkin dialami sang anak. Misalnya kita bisa mengajak dia bernyanyi, bermain boneka atau robot-robotan, mendongeng, dan lain-lain. Usahakan perhatian anak teralihkan dengan baik jika dia mulai merasa bosan.

Hal-hal di atas biasanya sukses membuat Keira betah di perjalanan, biasanya setelah perjalanan usai pun dia msih sering mengajak ibu atau ayahnya bercerita soal perjalanan tersebut. Semoga perjalanan kamu dan sekeluarga juga menyenangkan ya!

Photo by rawpixel.com from Pexels

Jaman dahulu banget aku udah pernah membahas soal Frugal living dan soal perencanaan keuangan, nah kali ini aku akan bahas kelanjutannya yang tentunya masih berhubungan erat dengan bahasan sebelumnya. Menurutku budgeting atau yang dalam bahasa Indonesia disebut anggaran memegang peranan penting dalam perencanaan keuangan. Budgeting akan membantu kita menentukan goal sekaligus berfungsi sebagai 'rem' yang bisa menyelamatkan kita dari kebangkrutan.

Misalnya nih, kita merencanakan berganti handphone setiap 5 tahun sekali dengan perkiraan harga sekian juta, maka kita bisa menghitung berapa budget yang harus kita sisihkan setiap bulan hingga waktu berganti handphone tiba. Tentunya hal ini akan meringankan 'beban' kita di masa depan ketika waktu berganti handphone tiba. Contoh lainnya misalnya kita sudah menentukan budget untuk makan adalah sekian juta perbulan, maka ketika jumlah pengeluaran untuk makan sudah memasuki tanda-tanda mendekati budget kita bisa lebih berhemat dan mengurangi makan di tempat fancy.

Aku sendiri sudah menggunakan metode budgeting ini jauh sebelum menikah, walaupun saat itu budgetingku masih sangat sederhana cuma terbagi atas : Sedekah, biaya sehari-hari, tabungan dan biaya hura-hura. Dulu ketika jatah biaya huta-hura sudah hampir habis akhirnya ya cuma ndekem aja di kost. Sayangnya dulu porsi hura-hura masih lebih banyak dibanding porsi menabung dan sekarang aku rada-rada menyesal. Sebab, ternyata masa-masa single adalah periode emas untuk menabung. Sekarang ketika udah punya anak mau nabung lebih susah lagi karena kebutuhan dan kewajiban menjadi lebih banyak. Makanya, bagi yang masih single bukan berarti kamu bisa leha-leha ya, kamu tetep harus memperhatikan pengaturan keuangan.

Seberapa besarnya angka dalam anggaran tentunya menyesuaikan kebutuhan dan pemasukan. Jangan sampai besar pasak daripada tiang. Selain itu, budgeting  sebaiknya juga memperhatikan skala prioritas kebutuhan, jangan hura-hura trus habis itu makan nasi garem. Sedih kan jadinya. Nah, untuk mempermudah budgeting, pos-pos pengeluaranmu bisa kamu bagi menjadi seperti berikut:

1, Pengeluaran Primer
Pengeluaran primer adalah kebutuhan hidup yang harus dipenuhi supaya kita bisa tetap bertahan hidup.  Yang termasuk dalam kebutuhan primer misalnya belanja bulanan, transportasi, listrik, air, internet, perpuluhan/zakat, dll.

Menurutku angka pengeluaran primer ini cenderung tetap setiap bulannya dan merupakan kebutuhan yang pertama kali wajib dipenuhi sebelum beranjak ke kebutuhan lain. Jadi, kebutuhan primer bisa dijadikan langkah awal untuk belajar budgeting.

2. Kewajiban
Kewajiban adalah pengeluaran yang harus dibayarkan kepada pihak lain untuk menerima manfaat/fasilitas dari pihak tersebut. Yang termasuk kewajiban misalnya : Premi asuransi, biaya pajak, cicilan hutang, biaya ART, biaya spp anak, dll.

Kewajiban biasanya juga cenderung tetap setiap bulannya dan karena judulnya kewajiban maka pos ini juga wajib dipenuhi terlebih dulu sebelum kita memenuhi kebutuhan yang lain.

3. Pengeluaran Sekunder
Pengeluaran sekunder termasuk pengeluaran yang penting nggak penting, maksudnya kalau misalnya kondisi keuangan kita sedang buruk pos ini bisa dikurangi atau disesuaikan dengan kondisi kita. Kekurangan dana dalam pos ini biasanya tetap akan membuat kita bertahan hidup, palingan cuma berasa kurang kece atau kurang hits aja. Tapi ingat bersyukur! Selama pengeluaran primer masih bisa tercover sebenernya kamu baik-baik saja kok.

Yang termasuk pengeluaran sekunder misalnya Skincare, make up, liburan, anggaran shopping hura-hura, anggaran nongkrong, hiburan, biaya langganan netflix, hadiah dll. Pengeluaran sekunder termasuk pos yang tidak stabil, bisa dikurangi tapi kalau bisa jangan terlalu banyak ditambahin. Selain itu pos ini sebaiknya dipenuhi setelah pengeluaran primer dan kewajiban beres.

4. Tabungan/Investasi
Meski letaknya diposisi paling akhir namun menurutku tabungan sebaiknya diperlakukan seperti kewajiban, alias wajib menabung setiap bulan. Kebanyakan orang merasa menabung itu ya kalau uangnya sisa, kalau nggak sisa ngapain nabung? Padahal uangnya bisa aja nggak sisa kalau pengeluaran sekundernya digedein sampai maksimal. Sedangkan pengeluaran sekunder itu kan bisa diatur-atur, dikurangi, dicukup-cukupin sehingga kita punya dana untuk ditabung. Jadi aku sama sekali nggak setuju soal konsep menabung uang yang sisa, aku lebih suka menabung dulu baru sisanya di atur sesuai kebutuhan. 

Aku juga kurang setuju dengan konsep menabung dengan persentase, misalnya menabung 10% dari pendapatan. Gini lho, pengeluaran primer dan keajiban itu kan jumlahnya cenderung tetap sedangkan pengeluaran sekunder juga bisa diatur-atur supaya nggak terlalu berlebihan. Nah ketika gaji/pendapatan kita naik dan kita menggunakan prinsip persentase maka otomatis persentase untuk pengeluaran primer akan naik juga kan? padahal aslinya nggak perlu-perlu amat.

Gampangnya gini, misal pendapatan kita 10 juta/bulan, jika menggunakan persentasi maka jatah tabungan kita hanya 1 juta/bulan (misalnya 10%) sedangkan sisanya untuk pengeluaran 9 juta/bulan (pengeluaran primer, sekunder, kewajiban). Terus ternyata kita naik pangkat nih, atau usaha kita mengalami kenaikan pesat jadinya pendapatan kita naik jadi 15 juta/bulan. Jika kita menggunakan sistem persentase maka jumlah anggaran tabungan kita sekarang jadi 1,5 juta/ bulan, sisanya sebanyak 13.5 juta/bulan untuk pengeluaran primer, kewajiban dan sekunder. Padahal kan aslinya kita cuma ngabisin 9 juta aja perbulan, terus selisihnya yang 4.5 juta gimana dong? ya akhirnya akan kita habiskan dengan menaikan gaya hidup kita. Tadinya beli baju di Matahari jadi beli di Centro, tadinya makan bakmi tek-tek pinggir jalan jadi makan bakmi GM, tadinya belanja di pasar tradisional jadinya belanja di Hypermart, tadinya naik avanza jadi naik pajero. Sementara itu... tabungan cuma nambah 500 ribu saja. Coba kalau kita nggak pakai model budgeting persentase, bisa kali yang 4.5 juta masuk tabungan juga dan kita tetap hidup dengan 9 juta/bulan. Kan enak tuh nabung 6jt/bulan, apalagi ditabungnya di saham perusahaan yang bagus atau dibelikan SBR punya pemerintah. Wuuuuih cepet kaya nanti. 

Tabungan/investasi sendiri banyak macamnya tapi tetap harus tentukan tujuan nabung itu mau buat apa dan goals angkanya berapa.Tujuan tabungan antara lain Tabungan dana pendidikan, tabungan dana pensiun, tabungan dana traveling, dll Sedang tabungan bisa berupa deposito, tabungan biasa, SBR, Reksadana dan bisa juga menabung saham.

Nah setelah mengelompokan pengeluaran dan mendapat gambaran berapa pengeluaran kita, setiap mendapat gaji/pendapatan/bonus kita tinggal mengalokasikannya ke pos-pos pengeluaran tersebut. Kuncinya adalah disiplin, kalau nggak masuk budget yang jangan dipaksakan. Jangan sampai kesenangan jangka pendek berakibat sengsara berkepanjangan kemudian. Sistem alokasi pun beda-beda, ada yang menarik semua uangnya lalu dimasukin amplop/dompet untuk masing-masing pos, ada yang langsung ditransfer di rekening lain atau pindah ke emoney, ada yang menggunakan aplikasi di smartphone untuk memudahkan tracking keuangannya, dll. Namun semua prinsipnya sama, tidak membelanjakan lebih dari yang seharusnya.

Selamat mencoba budgeting!

Note : Btw bagi yang ingin merencanakan Keuangan bisa baca buku Jouska The Principles of Personal Finance, bukunya mudah dipahami kok. Untuk sinopsis bukunya bisa dibaca Disini .
The Bath Box Brassica Lightening Facial Serum

Rasanya senang ketika banyak brand lokal yang mulai menambah variasi produknya karena bagiku brand lokal pastinya lebih memahami kulit wanita tropis seperti kita. Selain itu brand lokal yang sudah mendaftarkan produknya ke BPOM tentunya membuat kita semakin merasa terjamin akan kualitas dan keamanan produknya. 

Salah satu brand yang melakukan inovasi ini adalah The Bath Box. Sempat vacum beberapa saat karena mengurus perijinan BPOM akhirnya The Bath Box muncul dengan beberapa produk baru. The Bath Box sendiri mengklaim produknya sebagai produk yang menggunakan bahan-bahan natural dan aman. Sebuah alasan lain untuk mencoba produk The Bath Box jika merasa kulit kita sudah terlalu banyak terpapar bahan kimiawi.

Produk The Bath Box yang pernah aku coba sebelumnya adalah sabun Goats Dont Lie dan aku lumayan cocok, jadi ketika The Bath Box mengeluarkan facial serum tentu saja aku maju paling depan untuk mencoba. The Bath Box Brassisca Lightening Facial Serum ini konon merupakan kombinasi sempurna dari Galactomyces Ferment Filtrate yang diperoleh melalui proses fermentasi berbagai jenis biji-bijian dengan Niacinamide, Rapeseed Extract, Boerhavia Diffusa L Root Extract, and Water Lily Flower Extract untuk mencerahkan warna kulit, mengurangi bintik hitam, dan meratakan warna kulit. 

Yuk kita bahas lebih dalam!

Packaging
Packaging dengan tutup pipet

The Bath Box Brassica Lightening Facial Serum hadir dalam botol pipet dengan kaca berwarna hitam dengan design minimalis membuat kemasan serum ini enak dipandang mata dan tentunya produk serum yang ada di dalamnya lebih terlindung dari sinar matahari. Botol pipetnya memudahkan pengambilan serum dan menjaganya tetap higienis.

Ingredients
Aqua, Galactomyces Ferment Filtrate, Niacinamide, Glycerin, Propanediol, Dipropylene Glycol, Sodium Acrylates Copolymer, Hydrolyzed Brassica Napus Seedcake Extract, Sodium Palmitoyl Proline, Nymphaea Alba Flower Extract, Boerhavia Diffusa Root Extract, Biosaccharide Gum-1, Leontopodium Alpinum Flower/Leaf Extract, Oryza Sativa Extract, Lecithin, Butylene Glycol, Pentylene Glycol, Sodium Benzoate, Potassium Sorbate, Trisodium Ethylenediamine Disuccinate, Phenoxyethanol, Ethylhexylglycerin.

Tekstur
Tekstur The Bath Box Brassica Lightening Facial Serum

The Bath Box Brassica Lightening Facial Serum memiliki cairan serum yang berwarna putih kekuningan dengan tekstur yang agak kental. Aromanya lembut dan bagiku tidak begitu mengganggu. Serum ini langsung memberikan efek lembab dikulitku namun tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk meresap sehingga skincare selanjutnya bisa digunakan tanpa terlalu lama menunggu.

Cara dan Waktu Pemakaian
Karena merupakan serum maka tentunya The Bath Box Brassica Lightening Facial Serum ada di slot serum yang dipakai setelah toner/ booster dan sebelum moisturizer atau face oil. Aku sendiri lebih senang menggunakannya saat malam hari. Namun menurut The Bath Box, penggunaan serum ini sebaiknya tidak bersamaan dengan penggunaan skincare yang mengandung vitamin C. Hal ini mungkin karena The Bath Box Brassica Lightening Facial Serum mengandung Niacinamide yang konon memang sebaiknya tidak digunakan bersamaan dengan vitamin C.

Performa
It is worth to try!

The Bath Box Brassica Lightening Facial Serum diklaim dapat mengurangi bintik hitam, mencerahkan warna kulit dan meratakan warna kulit. Menurutku serum ini memang dapat mencerahkan dan meratakan warna kulit, namun untuk mengurangi bintik hitam nampaknya belum berhasil. Meski begitu serum ini sangat melembabkan, biasanya serum dengan kandungan Niacinamide cenderung membuat kulit kering namun The Bath Box Brassica Lightening Facial Serum di kulitku malah memberi hasil akhir yang lembab. 

Mungkin serum ini akan cocok bagi kamu yang penasaran dengan Galactomyces Ferment Filtrate ala-ala SK II dan ingin pakai Niacinamide tanpa takut kulit menjadi kering. Harga  The Bath Box Brassica Lightening Facial Serum cukup terjangkau ya hanya Rp 255.000/30 ml dan bisa digunakan sampai dengan 3-4 bulan. The Bath Box Brassica Lightening Facial Serum ini bisa di beli di toko-toko The Bath Box official yang ada di ecommerce maupun di Instagramnya.

Kesimpulan

Kelebihan :
+ Mencerahkan kulit
+ Melembabkan kulit
+ Meratakan Warna kulit
+ Harga Terjangkau
Kekurangan  :
- Belum mampu mengurangi bintik hitam
- Belum ada toko/counter offlinenya

Repurchase? Yes, sangat worth to buy untuk serum lokal.