Gober bebek dan gudang uangnya yang fenomenal

Disclaimer : Aku bukan financial expert, tulisan ini berdasar pemahamanku pada materi Jouska Talk yang diadakan di Yogyakarta bulan Maret 2018 lalu. Aku menerima dengan terbuka dan senang hati jika ada masukan, saran atau kritik sehubungan dengan tulisan ini. Kalau sekiranya nanti tulisan ini masih belum bisa menjawab kegundahan hati dan ada yang ingin dikonsulkan, sebaiknya hubungi financial adviser ya!

Uang konon adalah sumber banyak masalah, menurutku sih bukan uangnya ya yang salah. Tapi rasa cinta pada uang yang kadang berlebihan dan bikin kita mendewakan uang, menjadi hamba uang, menghalalkan segala cara biar cepet kaya, dan seterusnya. Uang sebenernya bisa jadi sahabat yang baik kalau kita tahu cara mengatur, mengembangkan, dan menjaganya.

Sebenarnya pasti hampir semua orang pernah merencanakan keuangan, mungkin sesederhana punya duit 100 ribu mau buat jajan bakso 50 ribu, jajan siomay 25 ribu sisanya buat beli es dawet. Tapi ternyata, merencanakan keuangan itu bisa sangat kompleks dan lebih dari sekedar punya uang sekian mau buat beli apa aja tapi juga mencakup bagaimana cara kita melindungi aset-aset yang kita miliki.

1. Tahu posisi keuangan kita
Seperti saat kita tersesat di jalan, kita harus tau dulu posisi kita baru kita bisa mencari jalan pulang. Keuangan juga sama, kita harus tahu berapa banyak aset yang kita punya, berapa utang kita, baru menentukan langkah perencanaan keuangan kita. Jangan sampai kita 'merasa' kaya tapi aslinya udah mendekati bangkrut. Emang bisa gitu? Ya bisa aja sih, bisa aja kita punya rumah mewah, mobil sport, baju branded, jalan-jalan ke luar negri terus tapi setelah dihitung ternyata utang kita lebih banyak daripada harta yang kita miliki. Lak yo wagu tur lucu to nek gitu. Ada nggak yang kayak gitu? Oh ada, banyak.

Bagi yang masih single, mengetahui posisi total aset kita sih lebih mudah dibanding kalau sudah menikah. Kalau udah nikah, perlu ada keterbukaan antara suami dan istri entah itu yang dua-duanya kerja, maupun yang cuma satu orang yang kerja. Jangan-jangan kita nggak tahu kalau tas yang ditenteng istri itu seharga rumah? Atau jangan-jangan koleksi mainan suami harganya seharga mobil beneran? Atau ternyata suami punya utang ratusan milyar dan pura-pura gajinya tinggi di depan kita, who knows? Makanya keterbukaan itu perlu, suami istri tuh buka baju aja nggak malu mosok buka - bukaan masalah keuangan nggak mau? Menurutku pasangan itu wajib saling tahu berapa gaji satu sama lain, berapa utangnya, apa aja pengeluarannya. Pokoknya harus ada transparansi dong. Nah kalau udah tahu dengan detail posisi keuangan kita maka kita bisa melakukan langkah selanjutnya yaitu merencanakan keuangan.

2. Membuat Perencanaan Keuangan
Aku pribadi suka banget merencanakan segala hal, jadi kalau soal keuangan sih udah dari lama aku bikin perencanaan. Aku biasanya memakai sistem budgeting, berapa untuk biaya hidup, berapa untuk foya-foya, berapa yang ditabung, ya gitu-gitu deh. Jadi sejujurnya, aku nggak terlalu ngefek sama 'tanggal tua' karena semua udah direncanakan dan pengeluaran pun udah di sesuaikan dengan budget. (Baca juga: Frugal Living, Hidup Hemat berkualitas)

Nah tapi ternyata merencanakan keuangan itu nggak cuma soal bagaimana merencanakan keuangan saat ini, tapi juga tentang merencanakan keuangan di masa depan. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan, diantaranya :

 a) Dana Darurat 
Namanya aja dana darurat ya, jadi tentu saja dana darurat ini hanya boleh dipakai saat ada keadaan darurat. Ingat! Zara diskon 90% itu bukan keadaan darurat ya, hehehe. Keadaan darurat di sini misalnya kalau (amit-amit) kita kena PHK dan mendadak jobless atau mungkin bagi yang tinggal jauh dari orangtua lalu tiba-tiba harus pulang kampung karena ada hal penting yang tidak bisa diwakilkan (tiket pesawat mahal kan kalau belinya mendadak).  Nah dana darurat ini WAJIB selalu ada, jadi kalau seandainya dana darurat ini terpakai maka harus banget nggak boleh ditawar DIKEMBALIKAN LAGI.

Besarnya dana darurat ini sangat personal ya, tergantung biaya hidup masing-masing orang. Namun biasanya berkisar antara 6x kebutuhan hidup bulanan (dengan asumsi, kita akan bisa mendapat pekerjaan lagi setelah 6 bulan) atau sebesar 30% dari total gaji setahun. Dana Darurat ini sebaiknya bersifat liquid atau mudah kita ambil saat kita butuh. Pilihannya bisa di emas, simpan di bank, saham LQ45, atau taruh di lemari brangkas di rumah, taruh bawah kasur juga boleh sih kalo yakin nggak bakal diambil buat jajan lipstik.

b). Dana Pensiun
Konon banyak banget orang yang mengalami Post Power Syndrome setelah sudah tidak produktif lagi/pensiun. Biasanya setelah pensiun banyak orang yang menggunakan uang pesangonnya untuk bikin usaha baru atau investasi di mana gitu dengan harapan akan mendapat pemasukan lagi. Etapi biasanya kebanyakan yang gagal daripada yang sukses. Ya gimana yaaaa, bikin usaha itu kan nggak gampang. Orang yang masih muda, kreatif, enerjik aja buanyak banget yang kurang berhasil apalagi yang sudah pensiun, tidak enerjik, udah mulai pikun, kurang sehat, dll. Itulah sebabnya mengapa kita perlu punya uang cash yang superbanyak di masa tua nanti, selain supaya nggak membebani anak kita, juga supaya kita bisa menjalani masa tua dengan hati tenang dan damai.

Coba kita bayangkan ya, seandainya kita dapat pesangon dari kantor sebesar 100 juta. Nah tapi kita udah terbiasa punya gaya hidup dengan pengeluaran anggap saja 5 juta/bulan. Trus 100 juta itu berarti cuma bisa untuk 1 tahun 8 bulan. Njuk sisanya kita mau ngapain? minta anak?  Atau misal 100 juta itu kita jadikan modal usaha supaya kita tetap ada pemasukan rutin. Eh tapi tenaga dan pikiran kita udah nggak se encer pas muda dulu, akhirnya usaha kita gagal dan uang kita habis, ludes, tanpa sisa. Njuk mau hidup pakai uang apa? Minta anak? Kasihan dong nanti anak kita jadi sandwich generation : Biayain keluarga dia sendiri dan membiayai orang tua/ kita. (oh, sounds familiar?) Aku nggak tahu ya kalau kamu, tapi aku pribadi sih nggak mau nanti anakku harus membiayai masa tuaku. Berbakti itu nggak harus ngasih bulanan ke orang tua kok, jadi anak sukses, berguna bagi bangsa dan Tuhan, menghormati orangtua, itu juga definisi berbakti.

Oleh sebab itu dana pensiun itu wajib banget disiapkan, entah itu yang dapat dana pensiun dari kantor maupun yang punya usaha sendiri (karena yaaaa... apakah kamu yakin usahanya bakal lancar terus?). Besarannya sih tergantung suka-suka kamu ya, 1 Milyar bolehlah. Dana Pensiun ini kan dipakainya masih lama ya kan, jadi kita bisa menyiapkannya dengan investasi jangka panjang, reksadana atau deposito.

c) Dana Pendidikan
Dana pendidikan itu mahalita sekali jaman sekarang, iya apa iya? aku sempet kaget waktu tahu di Jogja ada TK yang uang masuknya sampai belasan juta. Terus aku kan kadang kepo ya sama para dokter muda yang baru koass di rumah sakit, gila ya kenaikan biaya kuliahnya mencapai ratus juta!!! *Mendadak pening* . Eh tapi kan bisa sekolah di sekolah negri yang gratis? errr... iya sih biaya sekolahnya gratis, tapi kan ya masih perlu beli alat tulis, gadget (sekarang wajib punya laptop kan ya?), uang saku, seragam, transportasi belum lagi kalau temennya ulang tahun, anak kita ulang tahun, belum kalau ada karyawisata, outbond, playdate, you name it.

Setahuku kita bisa menghitung biaya pendidikan di masa depan (tentunya dengan menghitung inflasi dll) sehingga nanti bisa diperkirakan dalam sebulan kita harus menabung/berinvestasi berapa rupiah. Nah tapi mohon maaf nih, aku nggak bisa juga ngitungnya gimana jadi silahkan cari sendiri caranya atau biar gampang ya hire financial adviser ya. Dana Pendidikan ini sifatnya sama kayak dana pensiun, dipakainya masih lama. Jadi kita bisa memilih investasi jangka panjang untuk dana pendidikan. 

3. Melindungi Aset
Kalau udah punya aset, kita harus tahu juga dong gimana caranya melindungi aset kita supaya nggak hilang. Kadang kala orang suka males melindungi asetnya karena 'melindungi' ini tentu membutuhkan biaya, sedangkan manusia selalu berharap dan merasa dirinya akan baik-baik saja. Percaya diri nomero uno! Padahal sebenernya mending keluar dana sedikit daripada nanti kehilangan semuanya ya kan? coba tengok perusahaan besar atau rumah mewah, pasti mereka punya satpam untuk menjaga rumah/toko/perusahannya. Kadang si satpam cuma nganggur doang, paling banter bukain pintu buat tamu tapi setidaknya kalau ada (amit-amit) penjahat si satpam ini akan membantu menjaga keamanan rumah kita. Nah untuk melindungi aset kita ada beberapa hal yang sebaiknya kita miliki, yaitu :

a) Asuransi Kesehatan.
Banyak orang males bikin asuransi kesehatan karena merasa dirinya sehat bugar sepanjang masa. Hey, kita bukan Tuhan dan kita adalah manusia biasa. Gatot kaca yang otot kawat balung wesi aja bisa kenapa-kenapa apalagi kita ya kan. Apakah kamu tahu ada beberapa penyakit yang biaya pengobatannya mencapai ratusan juta? ah nggak usah jauh-jauh deh, misal ada seorang ibu yang sedang hamil. Si ibu ini tentu akan berdoa, berharap dan berusaha supaya kehamilannya sehat dan persalinannya lancar. Akhirnya si ibu menyiapkan dana persalinaan secukupnya, karena dia yakin kehamilannya akan normal dan dia akan melahirkan di bidan dengan biaya 1 juta all in. Siapa sangka di usia 7 bulan ketubannya pecah, si ibu harus di SC dan si bayi karena prematur harus dirawat di NICU sampai berbulan-bulan dengan menggunakan berbagai macam alat bantu karena paru-parunya belum berkembang sempurna. Terus pusinglah si ibu karena biaya persalinannya jelas membengkak, dia mulai menjual aset-asetnya untuk membiayai persalinan dan biaya pengobatan bayinya yang mahal. Coba saja seandainya si ibu punya asuransi kesehatan, dia pasti tidak akan sepusing ini. Get the point? 

b) Asuransi Jiwa
Hampir sama dengan asuransi kesehatan yang cuma bisa diklaim saat kita sakit, asuransi jiwa hanya bisa diklaim saat orang yang jiwanya kita asuransikan meninggal dunia. Sayangnya asuransi jiwa ini masih kurang hits bila dibanding asuransi yang lain, aku aja baru paham soal asuransi ini setelah dengerin penjelasan Jouska.

Jadi, asuransi kesehatan ini baru bisa diklaim setelah orang yang jiwanya di asuransikan meninggal dunia. Gunanya asuransi jiwa adalah untuk memastikan orang-orang yang ditinggalkan si empunya jiwa mendapat kehidupan yang layak meski si empunya jiwa yang diasuransikan meninggal dunia. Oleh sebab itu, orang yang diasuransikan jiwanya sebaiknya ya orang yang memegang peranan penting dalam pendapatan keuangan rumah tangga/si pencari nafkah. Salah kaprahnya kadang satu keluarga di daftarin asuransi jiwa semuanya, ya itu sih agak-agak buang-buang uang karena kita kan tidak akan terlalu kesusahan financialnya kalau (amit-amit) anak yang meninggal.

Asuransi jiwa menjadi penting karena kalau kita mau menengok sejenak ke sekeliling, cukup banyak keluarga yang jadi morat-marit hidupnya ketika si pencari nafkah meninggal dunia. Maka untuk memastikan orang tercinta hidupnya tetap secure meski kita udah nggak ada di dunia ini, yuk pakai asuransi jiwa!

Aku paham masih banyak yang merasa sayang ikut asuransi. Yeah, kalo dilihat sekilas memang asuransi ini kayak buang-buang uang. Buat apa kudu bayar premi sekian ratus ribu tiap bulan dan uangnya nggak bisa di klaim kalau aku nggak sakit atau meninggal? Uangnya 'hilang' dong? Ih kayaknya sih aku bakal sehat terus dan meninggal di masa tua jadi aku nggak butuh asuransi. Lagian kalau sakit batuk pilek aja mah aku masih kuat bayar dokter. Oh heeeeyyy~ memang kelihatannya asuransi itu kayak bayar tapi kita nggak dapat apa-apa, tapi sebenernya kita mendapat perlindungan. Analoginya ya kayak toko emas yang punya satpam, mungkin selamanya si pemilik toko cuma kayak bayarin orang duduk-duduk di pintu toko tapi sebenernya dia membayar suatu perlindungan dan rasa aman supaya kalau ada penjahat ada yang bantuin dia menjaga keamanan hartanya. Meski kalau aku sih, pilih punya satpam yang selamanya kerjanya cuma duduk-duduk ama bukain pintu daripada punya satpam yang tiap hari kerjanya nangkepin penjahat.

Nah pikiran 'ogah rugi' ini kadang dimanfaatin agen asuransi buat menawarkan produk asuransi unitlink, asuransi yang uangnya katanya dikembangkan dan kita akan dapat uang kembalian kalau sampai batas tertentu kita nggak melakukan klaim asuransi. Tetapi ternyata baik asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa, Financial adviser Jouska menyarankan sebaiknya kita membeli asuransi murni bukan unitlink. Karena setelah dihitung-hitung asuransi unitlink itu endingnya lebih merugikan di banding asuransi murni.


Ternyata cukup banyak juga ya yang perlu dipikirkan dan dilakukan dalam hal merencanakan keuangan? Saranku sih lakukan step by step pelan-pelan dulu supaya nggak langsung stres. Aku dan suami juga menyiapkan semuanya pelan-pelan sambil belajar kok, nggak langsung semua di siapin dalam satu malam (aku bukan bandung bandawasa soalnya! Hihihihi). Usahakan juga untuk selalu punya mental kaya : makan di resto mewah oke, makan di emperan oke. Naik mobil mewah bisa, naik grab nggak masalah. Pakai baju branded mau, pakai baju lusuh juga nggak masalah. Hidup sederhana, secukupnya, nggak usah menjadi apa yang kita nggak mampu. Jangan jadi miskin hanya karena ingin terlihat kaya.


Sharing soal perencanaan keuanganmu juga yuk!
Xoxo

Note : Jouska sudah menerbitkan buku tentang perencanaan keuangan yang berjudul The Principles Of Personal Finance, silahkan baca disini untuk sinopsis bukunya ya!