Heiheiho hehoo~
Oh syukurlah blog itu nggak bisa debuan, kalo bisa yakali blogku udah penuh debu dan sarang laba-laba karena lama nggak di jamah. Ya gimana ya, aslinya di trimester akhir kehamilan buanyak banget ide tulisan yang jerit-jerit minta di posting, tapi apalah daya beli keperluan bayi yang lucu lucu ternyata lebih menarik pun ditambah racun drama korea Descendant of the Sun yang bikin klepek-klepek dan males ngeblog. 

Nah today mumpung lagi agak selo dan sudah agak mampu beradaptasi dengan jam tidur bayi -yang-bikin-aku-jadi-ada-alesan-beli-skincare-demi-kulit-mulus-tanpa-mata-panda- dan para tamu yang sudah mulai berkurang, aku akan berbagi sedikit tentang cerita kelahiran Keira, my little princess. 

Dihitung dari hari perkiraan haid terakhir (hpht) maka hari perkiraan lahir (hpl) Keira jatuh pada tanggal 25 April 2016. Namanya juga hari perkiraan dan bukan hari pasti lahir ya, jadi sejatinya aku sendiri sudah paham kalau Keira bisa saja lahir lebih awal atau malah mundur (feelingku sih mundur) oleh karena itu untuk mencegah rasa kemrungsung yang tidak perlu aku minta suamiku pulang ketika aku sudah merasakan tanda persalinan atau kalau sudah lewat HPL. Di kehamilan 37 minggu aku sudah mulai melakukan induksi alami, seperti makan nanas, makan kurma, jalan pagi, yoga, goyang di gymball (sambil nonton DOTS!), pesen wewangian jasmine, dan makan pedes. Sayang suami nggak ada, jadi induksi alami ternyaman nggak bisa dilakukan. Hihihi

Tanggal 24 April mulai ada kenceng-kenceng meski belum intens. Lagian ya aku ini belom paham antara mules kontraksi, mau BAB atau laper jadi aku masih cuek, hanya perut emang kadang keras. Atas saran ibu yang mulai panik dan dorongan suami aku pun periksa ke bidan deket rumah dan belom ada pembukaan pemirsaaaah! Tapi bu bidan pesen kalau tgl 28 belum lahir aku disarankan cek ke rumah sakit. Akhirnya tanggal 27 pagi aku periksa ke dokter, dicek sudah pembukaan satu, dan masih seperti sebelumnya aku sama sekali nggak mules. Pulang dari periksa, untuk memacu hormon oksitosin (yang diproduksi banyak ketika kita bahagia,rileks dan bercinta) aku pun SPA hamil dan creambath dulu di WHC, mumpung diijinin suami, mumpung bisa sebelum repot ngurus bayi dan mumpung belum kontraksi! Lagipula malamnya suami bakal datang, biar wangian dikitlah kalo nanti induksi alami. Hehehehe Sempet deg-degan karena pas SPA aku sudah mulai ngeflek, takut ketahuan mbak terapisnya trus nggak jadi SPA, untung mbak terapisnya nggak tau :p

Tanggal 29 April karena belum ada apa-apa (meski sudah rajin induksi alami sama suami) aku cek lagi ke dokter, di cek masih pembukaan satu terus akhirnya diminta opname buat di induksi. Aslinya ya pengen kabur aja trus induksi alami, tapi kondisi tidak memungkinkan untuk kabur. Karena riwayat NST yang pernah kurang bagus dokter pesan untuk NST ulang kalau kontraksi sudah intens. Tapi sumpah ya, saat di induksi itu aku sama sekali nggak merasa mules atau sakit. Rasanya cuma kayak laper... bahkan saat perutku sekeras batu (yang menandakan ada kontraksi). Oh ya, kemarin saat di kamar bersalin aku bawa minyak EO Jasmine, konon Jasmine bisa memacu kontraksi dan baunya juga enak. Ibuku yang mungkin panik, penasaran kenapa aku di induksi malah hahaha hihihi whatsapaan sama ibu ibu laskar Gentle Birth dan main game, ya mau gimana lagi wong nggak sakit. 
Akhirnya menjelang malam aku di NST ulang, awalnya sih bagus tapi lama-lama di menit ke 16 kok nada dan rima denyut jantung Keira mulai nggak bagus, aku pun minta ibu untuk panggilin bidan jaga. Setelah itu NST diulang, dan hasilnya sama. Akhirnya bidan jaga lapor dokter, sementara aku makan. Lagi asyik makan tetiba dokter datang dan bilang, "SC ya Mbak, denyut jantung bayinya mulai distress" dan dengan dudulnya aku bertanya, "Sekarang Dok?" (Masih sambil makan) . "Lha iya Mbak, sekarang.Stop makan minum ya." Oke, aku belum puasa dan udah disuruh operasi emergency. Padahal biasanya minimal puasa 6 jam. Masih berusaha tenang aku telepon suami yang baru keluar, lalu minum air putih (ampun jangan ditiru!). 

Setelah itu aku ganti pakai baju persiapan operasi, diguyur cairan infus, dicukur rambut kemaluannya dan dipasang catheter (selang untuk saluran kencing) yang naujubilah sensasinya. Aku sampai ngrayu-ngrayu suami buat nglepas tu selang catheter. Suami saat itu nampak panik sih, dan bertanya apa luka operasinya bisa hilang dan menawari perawatan pasca operasi ke salon. (Eh ini ditagih boleh ya?) jam 20.00 WIB aku dibawa ke ruang operasi, dan syukurlah yang jaga saat itu kenal semua dan termasuk orang-orang yang rame jadi bercandaan aja di dalam kamar operasi. Yang paling stres itu saat sudah disuntik anestesi, karena Lumbal Anestesi atau bius lokal jadi yang hilang rasanya perut kebawah, stres deh mau gerakin kaki tapi kakinya 'hilang'. Di sinilah ilmu nafas yang mestinya dipakai saat kontraksi aku pakai, rileks.. Rileks.. Rileks.. Sambil ngobrol dengan orang-orang. Jam 20.45 WIB Keira lahir, langsung nangis dan rasanya legaaaaaa~ setelah di lap dan di bersihkan Keira ditaruh di dada buat IMD rasanya bersyukur banget makhluk mungil ini lahir sehat dan gendut. 

Tidak lama setelah IMD Keira diambil untuk diukur antropometrinya, sedang aku masih harus di jahit-jahit. Saat itu aku merasa pusing dan mual, akhirnya aku disuntik tidur dan bangun-bangun sudah di ruang perawatan, waktu itu jam 22.00 WIB. Jam 24.00 WIB Keira diantar ke ruangan untuk rawat gabung, aduh bahagianyaaaa.. Ada makhluk mungil yang nempel-nempel dan bergantung sama aku. Meski masih belum boleh duduk tapi aku tetep menyusui Keira dengan posisi tiduran dibantu suami. Pemulihan pasca operasi terbilang cepat, hari pertama sudah miring kanan dan kiri, hari kedua sudah duduk dan jalan. Intinya cuma kemauan untuk bergerak dan nafas dalam dan panjang tiap terasa sakit. Sekarang tinggal PR ngurangin berat badan biar seragam kerja muat lagi!!

Meski tidak melahirkan secara normal tapi menurutku proses kelahiran Keira termasuk sangat gentle dan minim drama dan trauma. Selama ini gentle birth sering diasosiasikan dengan proses melahirkan di rumah tanpa intervensi medis tanpa rasa sakit, yang mana salah kaprah menurutku. Gentle birth bagiku lebih kepada suatu proses kelahiran yang nyaman dan penuh kesadaran bahwa kehamilan dan persalinan itu adalah anugerah, sesuatu yang luar biasa dan indah yang dialami wanita. Dengan menyadari penuh bahwa dirinya hamil dan akan melahirkan, sudah semestinya wanita memberdayakan dirinya dengan belajar. Mempelajari tubuhnya, bayinya, prosesnya dan segala sesuatunya. Hingga ketika tiba saatnya, dengan penuh kesadaran ia akan menerima rasa sakit yang mungkin timbul, mensyukurinya hingga akhirnya melahirkan pun bisa nyaman dan bahagia. Sudah bukan jamannya melahirkan dengan drama, dengan manja, dengan rasa tersiksa, proses persalinan mestinya adalah sesuatu yang membahagiakan. Mau ketemu bayinya lho ya, masak drama? 

Now, our life as a parent is begin. Terima kasih untuk semua dukungan dan doa teman-teman dan keluarga, juga untuk ibu ibu LGB yang heboh dan selalu bisa bikin ketawa, RS Bethesda untuk pelayanannya yang joss dan untuk suami atas kasih sayang dan kesabarannya.