Biaya Sekolah Makin Mahal?

Belajar di manapun kapanpun

Beberapa saat yang lalu, sempat heboh biaya beberapa TK di kota besar yang biaya masuknya mencapai.... belasan juta. Waduh, biaya sekolah TK anak jaman sekarang kok hampir sama dengan biaya kuliah kebidanan jamanku dulu. Sebagai orang tua yang punya anak balita, sekolah menjadi salah satu sumber kegalauan dan pembahasan dengan suami. Mulai dari kapan masuk sekolah, mau sekolah di mana, berapa biaya yang sanggup kami keluarkan, dan seterusnya. Tentu saja, karena kami tidak masuk jajaran "10 orang terkaya di Indonesia" maka sekolah dengan biaya masuk belasan atau puluhan juta tidak masuk dalam daftar kami. 

Pada akhirnya Keira masuk sekolah swasta yang biayanya masih masuk dalam budget kami. Salah satu alasan kami memasukan Keira di sekolah swasta milik yayasan kegamaan adalah karena kami ingin Keira punya basic agama yang baik. Perkara akademis yang lain, belakangan deh. Bagi kami, attitude, nilai-nilai kegamann dan karakter anak lebih penting untuk saat ini. Alasan lain, supaya gampang kalau mau pindahan. Karena ayah Keira masih akan pindah-pindah terus kerjaannya jadi kami memilih sekolah yang yayasannya cukup bertebaran di mana-mana, jadi nanti pindahannya lebih mudah karena pastinya kurikulumnya akan mirip-mirip kalau masih satu yayasan. Mungkin nanti saat SMP atau SMA baru deh masuk sekolah milik pemerintah.

Nah, setelah Keira sekolah aku menyadari ada perbedaan antara sekolah yang biayanya lumayan  (Meski sekolah Keira masih standar, nggak sampai belasan juta) dengan yang biayanya lebih murah. Dulu aku sering mengantar adikku sekolah PAUD dan TK di desa pelosok Gunungkidul yang gaji gurunya hanya Rp 300.000 dan SPPnya hanya puluhan ribu/bulan. (yes!aku punya adik yang saat ini masih  duduk di bangku kelas 2 SD ). Beberapa perbedaan yang mencolok adalah : Guru, kurikulum dan sarana edukasi. 

Pertama soal guru, aku nggak bilang guru di desa/pemerintah lebih jelek daripada guru di sekolah yang harganya lumayan ya. Tapi guru di sekolah yang berbiaya lumayan ini biasanya lebih banyak mendapat pelatihan atau kursus, lebih update dengan perkembangan dunia pendidikan bahkan kata sepupuku yang jadi guru di sekolah swasta memang ada program pengiriman guru ke luar negri untuk belajar. Nah kalau guru yang dari pemerintah biasanya kan untuk kursus atau pendidikan ke luar negri gitu agak lebih sulit (kecuali dengan biaya sendiri) karena anggaran pendidikan Indonesia yang terbatas sementara sekolah yang membutuhkan buanyak.

Kedua dari segi Kurikulum. Beberapa tahun belakangan ini, kurikulum di Indonesia menurutku lebih baik dari tahun ketika aku masih sekolah sih. Waktu aku kecil dulu, sekolah isinya masih hafalan dan nilai yang baik, tapi kayaknya sekarang udah nggak gitu-gitu amat. Nah sekolah yang berbiaya mahal biasanya kurikulumnya kalau nggak montessori, wardolf, ya kurikulum luar negri macam cambridge dll. Untuk bisa mengatur kurikulum yang seprti itu tentu butuh biaya lagi kan, research, ijin ke yang punya kurikulum (kalau misal pakai kurikulum sekolah yang ada di luar negri), gurunya juga pasti belajar/pelatihan  soal itu, dll. 

Dan yang terakhir adalah dari segi sarana dan prasarana belajar. Di sekolah adikku, masih full pakai whiteboard, mainan edukasinya juga paling puzzle kayu dan balok kayu, kelasnya kalau PAUD gelar tiker kalau TK pakai meja kursi kecil dan tanpa AC. Buku belajarnya masih pakai Lembar Kegiatan Siswa, alat warna dan lain-lain bawa sendiri. Sementara sekolah Keira ( yang biaya masuknya nggak nyampai belasan juta) fasilitasnya mainan edukatif macem- macem mulai dari puzzle, lego aneka bentuk (kecil, besar, bentuk pipa, bentuk balok), ada simpai, trampolin, buat motoriknya, kelasnya warna warni pakai playmate dan berAC, pakai komputer dan layar proyektor, ada percobaan ilmiah tiap rabu, ada kelas robotic dan komputer, ada perpustakaan dengan buku cerita buanyak, ada boneka peraga, ada extra feeding, alat mewarnai disediakan lengkap per anak : pensil warna, krayon, spidol,  bahasanya pakai inggris, indonesia, daerah dan mandarin. Nah apalagi sekolah yang masuknya belasan dan puluhan juta itu, pasti lebih lagi fasilitasnya. 

Kesimpulannya, memang harga yang mahal itu karena ada alasan di baliknya. Dan sejujurnya tetep aja ada kan pangsa pasarnya (meski bukan kita, misalnya) karena kalau ditengok sekolah mahal itu tetep aja punya murid kan? tetep laku kan? jadi ya memang ada yang mau dan butuh. Yang penting kita nggak memaksakan diri dan tetap memilih yang sesuai kemampuan. Ingat biaya sekolah itu bukan cuma biaya spp dan uang masuk saja, ada biaya playdate, biaya kado kalau temannya ulang tahun, biaya piknik, belum kalau temennya punya apa lalu anak kita kepengen. Hiya hiya hiya.

Sekarang pertanyaannya, apakah sekolah mahal menjamin anak kita jadi pintar, berprestasi dan berakhlak mulia? TIDAK. 

Sekolah bukan bengkel yang kalau kita masukin anak kita lalu keluarnya anak kita jadi shinning shimmering splendid, namun tetap kita sebagai orang tua memegang peranan yang penting. Anak di sekolah berapa jam sih?lebih lama juga di rumah dan di lingkungan sekitar kan. 

Bagi yang di sekitarnya mungkin cuma ada sekolah pemerintah yang biasa, yah kita sebagai orang tua bisa melengkapi apa yang kita anggap kekurangan, misalnya dengan menyediakan permainan edukatif di rumah, mengajak anak percobaan sederhana, menyediakan alat mewarnai dan menggambar di rumah, membiasakan anak membaca, berdoa, dll. Orang tua bisa juga meluangkan waktu untuk membaca dan belajar serta menerapkan metode montessori, waldorf dan yang lain. Toh memang sekarang materi soal itu buanyak banget entah itu di kelas pelatihan, buku maupun internet. 

Bagi yang menyekolahkan anaknya di sekolah berharga mahal/lumayan, jangan langsung berleha-leha! Nilai-nilai yang sudah diajarkan di sekolah sama aja bohong kalau nggak diterapkan di rumah, tetap harus konsisten dong. Misalnya, di sekolah anak diajari antri dan cuci tangan sebelum makan. Eh kita malah dengan asyiknya menerobos antrian kasir, atau anaknya nggak diminta cuci tangan di rumah. Nantinya anak jadi bingung, mana nilai yang mesti dianut. 

Bagi yang memilh untuk tidak menyekolahkan anaknya dulu, ya nggak apa juga. Yang penting kita bisa menfasilitasi dan menjadi guru yang baik dan update untuk anak kita, belajar dan memahami kurikulum atau metode mana yang cocok untuk anak kita dan menyediakan fasilitas dan sarana prasarana yang baik. 

Pada akhirnya sekolah dan orangtua itu tetap saling melengkapi, nggak bisa kita abai dan lepas tangan. Pada akhirnya juga pilih mana yang paling tepat dan sesuai dengan anak kita dan keuangan kita. Jangan hanay menuruti apa yang sedang trend atau mengikuti gengsi.

Ingat yaaaa.. anak kita juga manusia seperti kita, bukan piala. 


0 komentar:

Post a Comment

Feel free to ask anything, leave your comment. No SARA please :)