Gaya Hidup Minimalism

Photo by Miesha Moriniere from Pexels

Tak terasa sudah satu tahun berlalu sejak aku mengajukan unpaid leave hingga akhirnya resign, ternyata waktu memang bisa berjalan begitu cepat ya? mungkin karena aku sibuk menata hidup dan menghabiskan waktu dengan keluarga. Atau bisa jadi karena aku kebanyakan nonton drakor dan serial netflix jadi buta akan waktu, eaaaaaaa eaaaaaa eaaaaaaa~

Setahun belakangan ini aku juga tinggal bepindah-pindah dari Jogja ke NTT, balik ke Jogja lagi lalu pindah ke Banten. Selama rentang waktu perpindahan itu silahkan dibayangkan betapa mumetnya aku packing-unpacking-packing lagi-unpacking lagi begitu terus sampai akhirnya menetap di rumah sekarang. Rasanya aku tuh pengen senderan di dada Benedict Cumberbatch dan pinjem tongkat sihirnya harry potter supaya proses packing-unpacking ini semudah membalikkan telapak tangan, tapi tak semudah itu fergusooooo~ marimar aww!

Namun katanya selalu ada sisi positif dalam segala hal ya kan, nah berkat pindahan bertubi-tubi ini aku malah belajar dan mengadaptasi gaya hidup minimalism dalam keluarga kami. Bayangin deh aku harus memilah barang dan baju mana yang bisa aku bawa dari Jogja ke NTT mengingat biaya ekspedisi antar pulau itu nggak murah. Akhirnya mau nggak mau aku decluttering, ada beberapa barang yang ku buang, kuhibah, kutinggal di Jogja dan ku bawa ke NTT. Hal yang sama terulang ketika hendak pulang dari NTT ke Jogja, ada beberapa barang yang dirasa memang akhirnya tidak terpakai dan diikhlaskan tertinggal di NTT, begitu pula ketika pindahan dari Jogja ke Banten. Semakin lama apa yang kami bawa semakin selektif, hanya berupa barang-barang yang memang penting, dipakai, berguna dan kami sukai. Bahkan ketika kami membeli furniture untuk rumah kami di Banten pun kami membeli barang seperlunya saja, toh nantinya juga bakal pindah 5 tahun lagi.

Lucunya meski awalnya hanya memilah barang supaya mudah pindahan, lama-lama kebiasaan "membeli dan memilih yang benar-benar dibutuhkan" ini merembet ke segala aspek. Jika awalnya hanya seputar appararel dan furniture rumah, kini secara otomatis kebiasaan itu merembet ke make up, skincare, barang-barang hobi, belanja bulanan, sosial media bahkan ... pertemanan! Ya, secara otomatis kami menjauhi orang-orang yang dirasa tak lagi sefrekuensi, orang-orang yang lama-lama malah bikin kami ghibah, orang-orang yang bukannya bikin hati damai tapi malah bikin sebel, orang-orang yang cuma mau enaknya aja dan seterusnya. Intinya kami menyederhanakan hidup. Jika merasa sosial media terasa terlalu "berisik" maka kami menyepi terlebih dahulu, jika rumah sedang terasa sesak kami berlibur, jika semua sedang nonton Avanger tapi kami nggak suka, ya nggak nonton. Pokoknya do what we love, tanpa harus mainstream. 

Setelah hampir setahun menjalani minimalism life style ini rasanya hidup jadi lebih mudah sih. Berhubung barang nggak banyak, beberes dan bebersihnya jadi lebih cepat. Berhubung barang yang dibeli berdasar apa yang diperlukan akhirnya uang belanja jadi lebih ngirit dibanding kalo belanja berdasar keinginan. Dan berhubung teman yang benar-benar dekat dan mengerti kami luar dalam dan kami pahami luar dalam juga cuma hitungan jari jadi hidup rasanya lebih less drama dan berkualitas.

Ada sisi negatifnya nggak? Ada dong. Berhubung beli barang berdasar kebutuhan maka barangnya cenderung itu-itu aja, meski sebenernya tetep kece badai sih kalau pinter ngemix and match toh contoh juga sudah bertebaran dimana-mana. Nah tapi kadang, ada beberapa orang yang jadi menandai kita sebagai orang yang sederhana, kurang mampu atau parahnya pelit. "Halaaaaah sama diri sendiri aja pelit, mbok ya beli tas baru dong!! masak itu mulu yang dipakai." Gitu misalnya. Kalau kamu sendablek aku sih nggak masalah ya digituin, tapi bagi yang merasa cepet baper mungkin bisa jadi galau berkepanjangan tuh digituin. Kalau aku sih nggak apa penampilan sederhana asal deposito banyak, daripada penampilan kece tapi kreditnya yang banyak. Lagian tampil sederhana itu enak kok, nggak diincer maling sama orang mau ngutang - yang pura-pura lupa bayar-. 

Gimana? tertarik dengan gaya hidup minimalism? next aku bahas ya step-stepnya!!

0 komentar:

Post a Comment

Feel free to ask anything, leave your comment. No SARA please :)