Udah Susah-Susah Kuliah Kok...

Di rumah aja?

Disclaimer : Tulisan ini hanya curahan hati semata tanpa bermaksud menuding pihak-pihak tertentu tapi jika anda merasa ya alangkah baiknya jika intropeksi diri dengan mengubah bentuk pertanyaan atau mencari bahan obrolan lain, lain kali.

Udah susah-susah kuliah kok nganggur?

Rasanya ingin salto, kayang, dan jambakin rambut ketika ada yang mengucapkan kalimat tersebut di depanku. Dulu sih ketika masih bekerja aku nggak begitu menaruh perhatian pada kalimat-kalimat tanya bernada nyinyir yang kadang selintas lewat kudengar, ya masalahnya dulu mereka-mereka ini ngomenin orang lain sih! Lha sekarang aku yang kena komen. 

Sejujurnya ya, aku itu super sebal dengan kata nganggur, sebab KATA SIAPA AKU NGANGGUR? Nih ya, aku itu tidur paling malam bangun paling pagi. Masak, beberes rumah, nyetrika, nyuci, ngurus Keira, nulis blog, bungkusin orderan kalau ada, mantau harga di pasar, belajar ekonomi, dan seterusnya. Kayaknya nggak ada gitu seharian yang aku sama sekali nganggur goler-goler di rumah. Jadi tolong sekali jangan memberi cap "pengangguran" dong karena nyatanya aku itu nggak nganggur.

Nah kalau pertanyaannya diubah menjadi : udah susah-susah kuliah kok nggak kerja? baru kemudian aku merasa pertanyaan itu logis walau sejujurnya sih tetap saja menimbulkan sedikit luka hati. Menurutku ada beberapa tipe orang yang bertanya, ada orang bertanya yang hanya sekedar kepo saja atau sekedar ingin membandingkan apakah diri kita lebih baik dari mereka atau sebaliknya, dan ada juga sih tipe yang bertanya karena perhatian. Sebenarnya tipe yang terakhir itu sudah bisa diterawang dan ditebak dengan pasti : Keluarga dan sahabat. Kalau aku pribadi sebenarnya agak sedih juga sih kalau mendapat pertanyaan itu, karena sejujurnya ya aku ini ingin bekerja lagi meski kalau soal mencari uang sih bisa juga dicari dengan cara lain seperti yang aku kerjakan sekarang. Aku lebih ingin bekerja karena ingin melayani orang-orang, membantu ibu hamil dengan segala keluh kesahnya, menimang bayi baru lahir yang masih merah dan halus kulitnya, tertawa lepas bersama balita-balita lucu yang dulu lahir ke dunia dengan bantuan tangan ini.

Beberapa hari yang lalu, aku bertemu sekelompok ibu hamil dan ibu menyusui yang saling menceritakan pengalaman melahirkan anak mereka beserta keluhan-keluhannya, saat itu mereka tidak tahu kalau aku ini adalah bidan. Aku saat itu hanya bisa senyam-senyum sambil sesekali menimpali padahal hati ini rindu sekali! Untung saat itu nggak ada yang nanya, udah susah-susah kuliah kok nggak kerja? kalau ada, aku mungkin bisa nangis-nangis kayak mamak-mamak yang lagi ngiris bawang.

Tapi meski ku akui aku sedih, keputusan untuk tidak bekerja yang kuharap hanya sementara saja ini tetap berusaha aku jalani dengan bahagia dan ikhlas dong. Karena meski kadang menyesakkan dada, banyak hal-hal menyenangkan yang bisa aku lakukan sekarang. Misalnya belajar masak, piknak-piknik kemana-mana, belajar ekonomi (yang susaaaaaaaaah banget gila! sungguh aku mending lihat anatomi manusia daripada baca laporan keuangan) yang intinya sih saat ini aku coba memasuki dan mempelajari dunia yang sebelumnya aku tengok pun enggak. Biar apa? Biar diri ini berkembang, biar bisa mengaktualisasikan diri, biar nggak mati gaya mau ngapain aja, biar nengok akun gosip dan nyinyirin netizen lainnya sedikit aja, biar nggak stress dan galau lalu jadi punya aura negatif yang ujung-ujungnya nggak bahagia waktu ngurus anak. Aku berharap ibu-ibu di luar sana yang juga berhenti bekerja karena keadaan (bukan keinginan) bisa menemukan hal-hal baru dan mengisi hidupnya dengan hal-hal bermakna supaya pada akhirnya nanti kepercayaan dirinya kembali dan merasa dirinya bisa berguna bagi nusa dan bangsa.

Lebay? Enggak. Jika seandainya kamu tahu, banyak sekali ibu-ibu yang merasa dirinya tidak berguna, tidak percaya diri, minder dengan teman-temannya karena merasa dia bukan siapa-siapa, tidak bisa apa-apa. Semoga itu bukan kamu, dan jika kamu adalah salah satu yang merasa begitu ayo berbenah!! Masih banyak hal baru yang bisa dipelajari, dunia ini masih luas dan menunggu kamu datangi.

By the way, kalau nggak kerja kamu nggak sayang ilmumu to?

Nah kalau pertanyaan yang ini sih aku bisa menjawabnya dengan senyuman lebar dan penuh percaya diri ala iklan pasta gigi nih! Bagiku tidak bekerja secara formal bukan berarti aku tidak bisa menggunakan ilmuku. Kebetulan karena aku seorang bidan maka ilmuku tentang ibu dan anak masih bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, entah itu ketika aku hamil, membesarkan Keira, urusan vaksin atau ketika kami sakit yang ringan-ringan ya masih tahulan aku obatnya. Selain itu aku berusaha membagi ilmu yang aku punya lewat media lain. Berhubung sekarang adalah era digital jadi mudah banget kalau mau sharing ilmu, bisa lewat sosial media atau blog seperti yang sedang kamu baca. Aku sendiri mendedikasikan postingan minggu ketiga khusus untuk sharing seputar ibu dan anak, mungkin jika kamu ingin aku membahas sesuatu, kamu bisa tinggalkan komen ya.

Untuk teman-teman yang mungkin dulunya kuliah di bidang yang berbeda denganku, aku percaya kok kalau ilmu kalian itu tetap bisa dipakai. Yang kuliah ekonomi, bisa dipakai untuk mengatur keuangan rumah tangga kalau perlu buat ngitung biaya pendidikan anak ditambah inflasi itu jadi berapa kira-kira. Bagi yang kuliah di boga, bisa bikin menu gizi seimbang buat keluarganya syukur-syukur open order sarapan pagi buat tetangga kanan-kiri. Yang kuliah seni, bisa pakai ilmunya buat ikut dekorasi pas acara 17an atau pas ada pentas-pentas lokal, syukur-syukur bisa iseng bikin project seni dan diviralkan via internet. Yang dulunya kuliah pertanian, bisa menerapkan ilmunya buat bikin apotek hidup dan kebun sayur hidup di rumah, hitung-hitung menghemat biaya belanja bulanan plus siapa tahu bisa buka orderan sayur organik buat tetangga kanan kiri. Aku percaya, semua disiplin ilmu itu bisa diterapkan dan diadaptasi untuk kebaikan di lingkungan kita. Tinggal kitanya mau apa nggak? mau mikir cara berbaginya apa nggak?

Memang hidup itu lebih enak leyeh-leyeh sambil menatap foto syahrini lagi naik jet pribadi, atau menganggumi kesingsetan body Nia Ramadhani yang kukunya lentik dan pembantunya banyak atau memandangi kecantikan Lucinta Luna pasca operasi plastik ke korea selatan. Tapi apa yang akan kita didapat? sedih di hati karena kita diam-diam iri dengan hidup mereka. Makin sedih lagi ketika ada yang bertanya, udah susah-susah sekolah/kuliah kok nganggur?

Jadi mari kita bergandeng tangan, saling mendukung, berhenti menanyakan basa-basi nggak perlu seperti udah susah-susah sekolah/kuliah kok nganggur? Kapan punya anak? Kapan nikah? Kapan kerja lagi? Kapan cantik? alih-alih mari kita saling berbagi ilmu yang bermanfaat, belajar hal-hal baru, menambah wawasan kita dan belajar bersyukur. Suatu hari nanti mungkin akan tiba hari dimana kita merindukan masa-masa ini, mungkin akan tiba hari dimana kita kembai bekerja lagi.  Dan seandainya hari itu tidak juga tiba ya nggak usah minder, jadi ibu itu memang harus sekolah dulu, harus berilmu dulu, harus update info terkini, kan malu kalau anaknya tanya kita menjawab dengan kalimat : "Aduh Ibu nggak tahu, nanti kita tanya google dulu ya... "


Salam penuh cinta,
Ony


(Baca juga tulisanku dari sudut pandang yang lain: Ibu bekerja vs ibu rumah tangga, mana yang lebih baik?)

2 comments:

  1. Wahai ibu2 rumah tangga jgn pada minder karena itu karir paling mulia, paling mahal bayarannya klo mo diitung scr ekonomi. Cb dari pagi sampe bangun kerja brp jam, diitung perjamnya dah brp duit hayo. Betul mba Kriwil susah2 sekolah trus gak kerja blom tentu gak bs ngamalkan ilmu... Sukses terus ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi makasih sudah mampir kesini, waaah kalau diitung gaji berdasar jam kayaknya nggak bakal ada yang sanggup bayarnya. Tapi mau bekerja atau di rumah aja sesungguhnya semua ibu itu baik kok karena di dunia ini nggak ada ibu yang nggak ingin memberi yang terbaik untuk anaknya.

      Delete

Feel free to ask anything, leave your comment. No SARA please :)