Long Distance Relationship a.k.a LDR, Is It Worth It?

Rindu dan Bandara : Perpaduan tepat untuk jiwa yang merindu.


Sebagai orang yang pernah merasakan Long Distance Relationship, Long Distance Marriage dan hidup serumah sama suami kalau ditanya mana yang paling membahagiakan tentu saja jawabannya adalah tinggal bersama suami. Tapi sayangnya hidup tidak semudah itu, Ferguso. Kadang ada hal-hal diluar kendali dan kuasa kita yang kita tidak punya pilihan lain selain menjalani.

Seperti kepingan uang logam yang punya dua sisi, setiap hal dalam hidup ini pasti juga punya sisi positif - negatif, suka-duka, untung- rugi, you name it. LDR juga sama aja sih, mau dibuat senang bisa, dibikin kayak neraka juga bisa banget, tergantung dari sisi mana kamu mau melihatnya.

Sukanya LDR itu waktu mau ketemu, aduh rasanya deg-degan nggak karuan dan rindu rasanya meluap-luap. Prikitieww~ LDR juga mengajarkan kepada kita bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan benar, bagaimana cara menyelesaikan masalah, bernegoisasi ketika jarak jauh membentang, mengajari kita untuk berani percaya kepada pasangan, dan tentu mengajari kita menabung. Karena LDR itu kadang berat di ongkos, sayang.

Dukanya? Yaaaah apa-apa harus sendiri. Mungkin bagi sebagaian orang, apa-apa sendiri itu masuk ke sisi positif LDR karena bisa menjadi sarana aktualisasi diri dan belajar mandiri. Tapi... Kalau aku sih No. Kemana-mana sendiri ketika hamil besar itu rasanya sedih, gendong anak sendiri kemana-mana ketika anak sakit itu rasanya ngenes, ada kalanya ibu - ibu itu perlu banget bersandar di dada suami sambil dipijitin. Sungguh! Dukanya lagi kalau ada yang nyinyir atau bertanya "Kenapa sih nggak jadi satu aja?" Itu di dada rasanya makjleb lho, even kamu maksudnya cuma bercanda aja. Ya kalau misal suaminya kerja ndik rig mosok istrinya mau dibawa? Kalau suaminya kerja di tambang batubara di tengah hutan kalimantan mosok anaknya mau diajak? Kalau dua-duanya PNS yang ditempatin di beda daerah mosok mau nyalahin Jokowi? Kalau dua-duanya masih harus kerja karena duitnya pas-pasan mosok suruh minta kamu? Jangan gitu sayang, hidup dan parametric value tiap pasangan itu nggak sama, jangan dipukul rata ya?

Sama seperti keripik mak icih yang levelnya banyak, ketahanan tiap orang juga nggak sama. Ada yang kuat LDR sampai berpuluh-puluh tahun, ada yang kuat LDR beda negara sementara ada yang beda kota masih satu pulau aja nangis tiap hari, ada yang harus selalu berada di samping pasangannya, ada yang ketemu setahun sekali aja nggak apa. Begitu juga kamu, aku, dia, mereka, (halah). Mau LDR atau nggak, itu yang bisa menjawab dan menentukan ya sebenarnya kita dan pasangan kita sendiri sih menurutku. Karena yang mau menjalani ya kamu dan pasangan kamu, bukan tetangga, teman, orangtua, mertua. Kalau ada apa apa dalam hubungan asmara ya yang galau kamu, bukan mereka.

LDR itu buatku sendiri nggak enak, kalau bisa memilih sih aku pilih nggak LDR. Ya gimana, kopi buatan suami aku itu enak, belum cerewetnya dia, belum wanginya dia kalo abis mandi, belum wajah tampannya kalau lagi serius baca laporan keuangan, ya aku kalau suruh milih ya jelas milih hidup bersama dong. Tapi sekali lagi, hidup kadang nggak semudah itu. Setidaknya bagiku ada tiga hal penting yang wajib dijaga, ditingkatkan, dan dipelihara saat menjalin hubungan Long Distance ;

1. Rasa Percaya
Rasa Percaya kepada pasangan itu super penting, tanpa rasa percaya LDR tidak akan berjalan lancar. Pasangan nggak angkat telpon? Kita bakal mikir dia selingkuh tuh kalau nggak ada rasa percaya, padahal bisa aja dia baru tidur. Membangun rasa percaya itu butuh waktu dan tentu saja segalanya dimulai dari diri kita sendiri. Kalau pengen dipercaya pasangan ya lakukan hal-hal baik yang tidak akan melukai hati pasangan. Dan rasa percaya ini akan sangat berhubungan dengan poin kedua : komunikasi.

2. Komunikasi
Jaman serba canggih kayak sekarang harusnya sih nggak ada masalah ya dengan komunikasi, kangen tinggal telepon, sibuk? Chat aja, pengen lihat muka? Tinggal video call. Cuma ya.. kadang komunikasi ini harus diusahakan, disempatkan, karena kadang karena asyik dengan dunia masing-masing jadi lupa deh nanya udah makan belum sama pasangan. Komunikasi ini salah satu sebab yang bikin LDR jadi kayak neraka dan berakhir penuh luka kalau nggak diperhatikan dengan baik. Banyak sekali masalah-masalah yang terjadi hanya karena gagal paham dan salah komunikasi. Terlebih bahasa lisan dan tulis itu kadang berbeda, belum typonya, belum kalau providernya jelek sinyalnya.

3. Kebersamaan
Namanya juga LDR ya, ketemu jelas jarang. Makanya ketika sedang ada waktu bertemu usahakan untuk menghabiskan waktu bersama, jalan-jalan kek, nonton kek, atau sekedar masak bersama di rumah. Jangan sampai udah jauh-jauh, eh sekalinya ketemu malah sibuk pegang gadget sendiri-sendiri. Usahakan saat bertemu ya melepas rindu sepuas puasnya.

Nah, kembali ke pertanyaan judul tulisan ini, apakah LDR itu worth it? Tergantung sih sebenernya. Tergantung value hubungan kamu dan pasanganmu, makanya jawaban pertanyaan ini bisa beda-beda antara pasangan yang satu dengan yang lain. Meski begitu, hendaknya sebelum memutuskan mau LDR atau enggak diskusikan dulu baik-baik segala sisi positif dan negatifnya dengan pasangan, biacaran semua kemungkinan yang ada termasuk back up plannya mau gimana. Ingat rindu itu berat, apalagi ditambah ongkos pesawat dan komentar-komentar tak sedap yang menyayat.

Semoga selalu bahagia ya! 

0 komentar:

Post a Comment

Feel free to ask anything, leave your comment. No SARA please :)