Pendidikan Seks Usia Dini

Terong-terongan.

Seks adalah salah satu bahasan yang masih tabu dan saru di Indonesia. Omongan soal seks ini masih terbatas dalam jokes-jokes orang dewasa atau dalam bisik malu-malu remaja. Padahal jika melihat tingginya angka hamil diluar nikah, aborsi dan seks bebas di Indonesia, menurutku pendidikan seks ini cukup penting. Bayangkan jika anak-anak ini tahu seks dari sumber-sumber yang tidak jelas seperti situs porno, film bokep atau dari main ke lokalisasi, kan ya... bahaya toh? Sayangnya kurikulum soal pendidikan seks sepertinya masih jauh dari harapan ya, paling mentok ada di pelajaran biologi saja. Ah boro-boro mau masuk kurikulum, film seks edukasi semacam dua garis biru aja sempet ada adegan cekal mencekal. Padahal menurutku, jika anak tahu tentang bahaya seks bebas maka tentunya dia akan pikir sejuta kali untuk melakukannya. Maka menurutku sangat penting untuk menerapkan pendidikan seks ini sejak dini dari rumah, sebab mau tak mau keluarga memegang peranan penting juga dalam hal tumbuh kembang anak.

Aku sendiri berusaha mengajarkan soal seks ini sejak awal kepada Keira, ingat seks tidak melulu soal bagaimana cara bersetubuh ya. Pendidikan seks bisa dimulai dari bagamana cara penyebutan organ genital yang benar dan fungsinya, bagaimana cara menjaga kebersihannya dan bagaimana cara melindunginya.Jujur aku gengges banget dengan penyebutan anu,burung, terong, tempe, m*m*k, dll. Pendidikan seks ini bisa kita lakukan bertahap tergantung usia anak ya, tentunya pendidikan seks anak remaja akan beda dengan usia balita, yang penting jangan malu buat mencoba demi kebaikan masa depan anak kita. Nah berikut beberapa cara yang aku terapkan di rumah dalam upaya mengajarkan kepada Keira soal pendidikan seks :

1. Kasih Tau Nama Aslinya
Lidah memang sering merasa kelu ya kalau menyebut nama asli organ kelamin kita. Rasanya susaaaah banget mau nyebutin "penis", "vagina" padahal aslinya ini cukup penting lho. Dengan kita terbuka dan percaya diri menyebutnya, ini akan mendorong anak untuk melakukan hal yang sama. Ini akan memudahkan kita jika amit-amit nantinya terjadi hal yang tidak diinginkan. Bayangkan kalau anak kita bilang, "Tadi ada orang megang-megang burung orang lain lho." dengan "Tadi ada orang megang-megang "penis" orang lain lho" Nah mana yang lebih meningkatkan kewaspadaan kita dan akan cepat kita tanggapin?

Jangan hardik anak atau marahi anak jika dia menyebut nama asli organ kelamin karena nantinya dia jadi takut bercerita hal yang berhubungan dengan seks pada kita, jangan juga tertawa karena anak akan menganggap itu lelucon. Biasa saja, anggap seperti dia menyebut kata tangan, mata dan kaki. Jika anak berteriak-teriak dengan menyebut nama alat kelamin, kita bisa menjelaskan pelan-pelan bahwa itu kurang sopan namun tak perlu sampai memarahinya. 

2. Kenalkan Perbedaan
Kenalkan perbedaan antara pria dan wanita, kita bisa mengajak anak kita yang berjenis kelamin sama untuk mandi bareng. Misalnya anak laki-laki dengan ayahnya, anak perempuan dengan ibunya. Dari situ anak bisa belajar bahwa organ genital anak-anak dan dewasa berbeda. Kita juga bisa menjelaskan kenapa ayah payudranya kecil sedang ibu payudaranya besar. Cukup jelaskan dengan bahasa sedehana seperti "Karena ibu perlu memberikan ASI, karena lemak ibu di area payudara lebih banyak, dll."

3. Jangan Sentah-sentuh
Ajarkan anak untuk tidak sembarangan menyentuh organ genital miliknya atau milik orang lain. Caranya? ya jangan ngasih contoh gitu... heheheh. Nggak tahu kenapa di beberapa daerah ada kebiasaan orang dewasa yang gemas terhadap anak-anak bisa meremas/memegang organ kelamin sang anak balita tersebut. Jelaskan pada anak bahwa memegang kelamin orang lain itu tidak sopan dan tidak boleh dilakukan. Jelaskan siapa saja yang boleh memegang kelamin anak, misalnya ibu saat memandikan. Selain itu minta anak melaporkan/bercerita jika ada teman atau orang lain yang memegang kelaminnya. 

4. Jawab Jujur
Ini agak susah dan memang menuntut kreatifitas, namun jika anak bertanya sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal seksual jangan langsung berkata "Saru! nggak boleh ngomong gitu!" Nah sebaiknya cobalah menjawab jujur dengan bahasa sederhana. Misalnya jika anak bertanya, "Bagiamana adik ada di perut ibu?" jawab saja, "Karena ayah dan ibu saling sayang, bersenggama lalu jadi deh adik bayi." Kalau dia nanya lagi, "Apa itu bersenggama?" jawab aja "proses bikin adik." Yaaaah begitulah, pokoknya jujur namun tetep simple. 

Nah itu tadi hal yang aku lakukan buat ngajarin Keira soal seks ya, mungkin memang masih sangat sederhana karena nggak mungkin juga kan jelasin soal menstruasi atau senggama ke anak usia 4 tahun. Nanti ketika dia sudah masuk masa pra remaja atau remaja tentu pendidikan seks yang kita berikan bisa berbeda dan lebih kompleks lagi. Selamat mencoba!!

0 komentar:

Post a Comment

Feel free to ask anything, leave your comment. No SARA please :)