Investasi Mudah dan Aman, Resiko Ditanggung Penumpang!


Photo by rawpixel.com from Pexels

Marilah sejenak kita membicarakan cuan lyfe.

Sebagai mentri keuangan rumah tangga sudah semestinya kita para istri belajar mengelola keuangan dengan baik. Mengelola di sini maksudnya bukan cuma menghabiskan uang saja tapi juga menjaga nilai uang tersebut dan mengembangkannya atau dengan kata lain : investasi.

Investasi sudah dikenal dari jaman nenek moyang kita dahulu, niatnya sama kok supaya uang yang ada tidak raib berubah menjadi barang-barang tidak penting atau habis tergerus inflasi. Jaman dahulu nenek sudah menyimpan hartanya dalam bentuk tanah dan emas, lalu diwariskan turun-temurun hingga akhirnya sampai di tangan kita. Nah di era modern ini, investasi yang ada semakin bervariasi dari yang aman hingga yang bodong, dari yang returnnya sedikit hingga yang returnnya besar. 

Yang perlu diingat dalam berinvestasi adalah prinsip dasarnya : High Risk, High Return.

Semakin tinggi resiko suatu investasi biasanya returnnya akan semakin besar dan sebaliknya semakin rendah resikonya keuntungannya pun akan semakin sedikit. Jika ada investasi yang katanya aman dan menawarkan keuntungan yang sangat besar, oh... its too good to be true. Jangan gampang percaya! Kali ini aku kan sharing beberapa investasi yang aku lakukan, sharing ini pure pendapat pribadi berdasar pengalaman pribadi dan yang perlu diingat aku bukan ahli keuangan. Oke? oke. Nah mari kita urutkan investasi dari yang resikonya kecil hingga ke yang paling besar :

1. Surat Utang Negara
Surat Utang Negara (SUN) sebenarnya memiliki banyak jenis, seperti misalnya Surat Perbendaharaan Negara, Obligasi Negara, Obligasi Ritel, Saving Bond Ritel, dan versi syariahnya ada Sukuk Tabungan. Dulu SUN ini hanya untuk kalangan tertentu saja, namun baru-baru ini pemerintah mengeluarkan versi ritel yang bisa 'dipesan' dengan nominal minimal 1 juta rupiah saja. Prinsip dari aneka SUN ini sebenarnya sama kok, kita ngutangin pemerintah dan nanti pemerintah mengembalikan uang kita beserta bunga pinjaman. Yang membedakan biasanya lama jatuh tempo, nilai kupon bunga, jumlah minimal pemesanan dan apakah surat utang itu bisa diperjual belikan pada pihak ketiga atau tidak. 

SUN menurutku sangat rendah resiko gagal bayarnya karena :
  • Dijamin oleh undang-undang
  • Takut Negara gagal bayar sama dengan takut negara ini bangkrut, yang mana negara bangkrut itu pasti susah buanget karena pemerintah nggak akan tinggal diam kalau negara ini terancam bangkrut.
Nilai plus dari SUN adalah meski resikonya rendah namun bunga yang ditawarkan lebih tinggi dari bunga deposito. Kekurangannya, SUN cenderung berjangka waktu lama misalnya 1-2 tahun dan tidak bisa ditarik sewaktu-waktu. Makanya uang yang ditaruh di sini sebaiknya uang yang jangka pakainya masih lama seperti : dana pensiun atau dana persiapan pendidikan. Aku sendiri saat ini punya produk SUN ini yang SBR dan Sukuk Tabungan, maklum aku belum milyader jadi pakainya yang ritel-ritel aja dulu lah. Info seputar SBR ini bisa dilihat di webnya kemenkeu di www.kemenkeu.go.id ya.


2. Deposito
Udah pada tahu kan ya Deposito? Deposito adalah produk simpanan di bank yang penarikannya hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu saja.  Deposito biasanya dibagi menjadi Deposito Jangka Panjang dan Jangka Pendek. Deposito ini termasuk aman karena dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Jadi semisal (amit-amit) banknya bangkrut, simpanan kita masih dijamin LPS ini dalam nominal tertentu. Nah kalau mau tambah aman sebaiknay depositokan uang di bank buku 4 atau bank besar seperti Mandiri, BRI, BCA, BNI dan kawan-kawannya.

Deposito ini bunganya relatif lebih kecil dibanding SUN, biasanya sekitar 4-5 % pertahun belum dipotong pajak. Bila mengambil sebelum jatuh tempo, biasanya dikenakan penalti dengan nominal sesuai kebijakan bank. Deposito bisa dijadikan pilihan jika kurang update atau tidak tertarik dengan SBR, untuk dana dalam jangka waktu dekat kita bisa pilih deposito jangka pendek. Untuk saat ini aku menggunakan Deposito Bank Mandiri karena mudah, uang bisa dideposit secara online dengan variasi jangka waktu yang banyak.

3. Emas
Emas adalah salah satu investasi konservatif. Di Indonesia, harga emas tampak selalu naik meski kenyataanya di luar sana harga emas itu naik turun. Hal ini disebabkan karena jual beli emas dunia yang sebenarnya itu menggunakan nilai tukar dolar. Jadi selama nilai tukar rupiah kita masih lemah pada dolar, maka harga emas akan tetap naik.

Emas cukup aman untuk menjaga nilai uang dari inflasi, misalnya dulu bangun rumah butuh jual sekian gram emas di tahun sekarang kemungkinan gramnya tidak jauh berbeda. Emas juga cukup mudah di dapat, bahkan ada juga yang berbentuk perhiasan. Meski tentunya emas perhiasan memiliki nilai investasi yang berbeda bila dibanding emas batangan. Nah tapi menyimpan emas di rumah dalam bentuk banyak apalagi kalau suka dipamerin di sosial media itu bisa mengundang perampok, jadi sebaiknya hati-hati juga ya. Setahuku sekarang ada program menabung emas dari pegadaian yang modelnya kita setor uang dan oleh mereka kana dikonversi ke dalam emas. Nanti jika sudah mencapai berat tertentu kita bisa meminta emas itu untuk "dicetak" , cihuy kan yaaaa~

4. Reksadana
Reksadana ini secara sederhana intinya adalah kita setor uang, uangnya dikumpulkan dan dikelola oleh manajer investasi dan nanti keuntungannya dibagi antara kita dan manajer investasi. Reksadana cocok buat yang ingin investasi, males mikir, nggak sempet belajar, pengetahuan terbatas tapi ingin dapat keuntungan yang lebih dari deposito. Reksadana sendiri jenisnya ada banyak 
  • Reksadana Pasar Uang : Investasi pada deposito, sertifkat Bank Indonesia, Sertifikat Pasar Uang. Reksadana Pasar uang paling rendah resikonya.
  • Reksadana Pendapata Tetap : Investasi pada surat utang/obligasi
  • Reksadana Campuran : Investasinya campuran
  • Reksadana Saham : Investasi pada saham, ini reksadana yang paling tinggi resikonya.
Kekurangan reksadana adalah keuntungannya ya nggak fix juga, bisa banyak bisa sedikit tergantung kondisi pasar saat itu. Lalu keuntungan dari uang kita juga menjadi hak si manajer keuangan, sebagai imbal jasa karena dia ngatur uang kita. Biasanya beberapa bank dan sekuritas menyediakan reksadana  kok, atau bisa juga ke bareksa.com jika ingin membeli reksadana. 


5. Saham Blue Chip
Saham secara sederhana adalah bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan. Jadi sebenarnya jika kita punya 1 lembar saham bank BRI maka kita sudah bisa disebut pemilik bank BRI, meski mungkin hak kepemilikannya cuma 0,0000000000000000000000000001% . Pemilik saham tentunya juga berhak atas keuntungan perusahaan yang sahamnya dia miliki, maka biasanya setiap tahun perusahaan akan membagikan dividen atau keuntungan perusahaan kepada pemilik saham. Biasanya besaran dividen dihitung per lembar, seperti misalnya Indofood (INDF) tahun ini membagikan dividen  Rp 195/lembar saham. Jika seandainya aku punya 100.000 lembar saham indofood maka dividenku tahun ini adalah 19.500.000. Lumayan kan cuy dapat 19 juta modal tidur doang... eaaaak~

Saham perusahaan yang IPO (Initial Public Offering, biasanya ditandai dengan tanda Tbk contoh PT Unilever Tbk) bisa diperrjual belikan di bursa/pasar saham. Pasar Saham ini layaknya ecommerce macam shopee atau tokopedia tapi jualannya saham perusahaan, dan untuk bisa beli di situ kita harus punya "dompet khusus" seperti Shopeepay di shopee atau Ovo kalau di tokopedia. Nah dompet khusus ini namanya Rekening Dana Investor /RDI, kita bisa buka RDI ini di sekuritas. Beberapa orang melindungi dananya di saham dengan cara membeli saham di harga murah lalu menjual di harga tinggi, persis sama kok dengan jualan pada umumnya di pasar. Beli barang lalu dijual lagi bila sudah mendapat keuntungan. Keuntungan dari jual beli saham ini cukup tinggi bahkan bisa sampai 300% tapi mengingat harganya yang juga fluktuatif maka resikonya juga besar.

Investasi di saham ini kurang cocok bagi yang tidak update berita ekonomi, terlalu serakah dan ingin cepat kaya, plus yang psikologinya mudah dimainkan. Ya,,, karena harganya yang fluktuatif itu tadi. Investasi di saham bukan berarti beli lalu ditinggal tidur lalu simsalabim jadi kaya, namun juga perlu usaha dan research. Saranku sih kalau baru pemula, belilah saham perusahaan besar yang kemungkinan bangkrutnya kecil. Jadi meski harga sahamnya anjlok, minimal jika perusahaanmu bertumbuh kamu masih dapat deviden. Pun biasanya jarang harga saham perusahaan besar itu anjloooooooook buangeeeeetttt kalaupun turun biasanya masih agak stabil bila dibanding saham gorengan.

Nah itu semua instrumen investasi yang saat ini aku pakai, mungkin lain kali aku cerita soal P2P lending ya! Salam cuan ! 

0 komentar:

Post a Comment

Feel free to ask anything, leave your comment. No SARA please :)