Kepingan Sumba 2 : Senja di Pantai Walakiri

Pantai Walakiri

Pantai Walakiri adalah pantai pertama yang aku kunjungi saat pertama kali tiba di Pulau Sumba. Saat itu teman kantor suami yaitu mas Jim, mas Dasa, serta Fitri mengajak kami pergi ke pantai Walakiri untuk melihat matahari terbenam. Ya, Pantai Walakiri adalah salah satu pantai di Pulau Sumba yang terkenal akan sunsetnya yang cantik juga pohon-pohon bakau yang dikenal dengan nama dancing trees. Coba tengok Instagram beberapa travel blogger maupun selebgram, setidaknya akan ada satu atau dua foto mereka di pantai ini.

Lokasi

Sunset di Walakiri

Pantai Walakiri berjarak sekitar 39 km dari kota Waingapu, karena jalan di sana relatif sepi maka waktu tempuh yang diperlukan hanya sekitar 45 menit hingga satu jam dengan mobil. Sayangnya setahuku masih belum ada angkutan umum atau ojek online di Sumba jadi kamu perlu sewa mobil/motor jika ingin jalan-jalan ke pantai. Petunjuk arah untuk pergi ke pantai Walakiri belum begitu jelas, lokasinya juga agak masuk kedalam perkampungan warga bahkan untuk parkirnya sebagian ada di halaman belakang rumah warga. Rumah warga di sekitar pantai Walakiri sebagian masih berupa rumah adat dengan kandang babi di sekitarnya, namun babi-babi ini biasanya diikat atau ditaruh di dalam kandang kok, no need to worry. Kayaknya enak ya warga disana, melek mata lari ke belakang rumh pemandangannya pantai. Pantai Walakiri relatif sejuk karena banyak pohon bakau dan pohon kelapa di sepanjang tepiannya, tapi sebaiknya tetap pakai sunscreen ya.

Fasilitas

Dari beberapa pantai yang pernah aku datangi saat berada di Sumba, pantai Walakiri sendiri termasuk pantai yang memiliki fasilitas cukup lengkap. Di pantai ini mulai bisa ditemukan penjual makanan, kain tenun, kelapa muda, dan juga toilet. Yah walau aku malah belum sempat jajan makanan rekomendasi mas Dasa di sana tapi setidaknya aku sudah pernah mencoba beli kelapa mudanya dan cukup segar kok.

Aktivitas

Walakiri with family

Sesungguhnya dancing trees hanya bisa dinikmati saat air surut, beruntung waktu pertama kali datang ke sana air sedang surut jadi aku bisa melihat pohon bakau yang cantik-cantik dengan latar langit yang sedikit jingga. Aku memang belum pernah melihat sunset diantara pohon bakau ini, ketika pertama kali ke sana air sedang surut tetapi langit sedikit berawan. Pada kunjungan lain, langit bersih tanpa awan tapi air sedang pasang. Nasib. Saranku jika ingin menikmati sunset yang cantik di antara pohon bakau, datanglah saat hari biasa karena saat liburan dan akhir pekan dancing trees ini akan ramai sekali. Nah karena foto di dancing trees ini kayaknya termasuk thing to do in Sumba jadinya kami pun foto di sini, terima kasih mas Jim dan saudaranya (sorry, i forget his name) yang udah motoin kami.

Ayunan aja yuk!

Nah kalau dancing treesnya ramai atau airnya pasang atau kamu datang siang-siang dan ingin bersantai dahulu sebelum menikmati senja langkahkan saja kakimu ke sisi kanan pantai (maaf, aku sedikit buta arah. Aku rasa itu arah timur laut, ya pokoknya berlawanan arah dengan pohon bakau ya) nah di sana ada pohon-pohon kelapa yang sejuk, penjual kelapa muda, tempat untuk tiduran, meja dan kursi dari kayu, ayunan, juga gazebo untuk menikmati udara pantai.

Bintang laut bertebaran!
Jika ingin berenang di laut, ombak di Walakiri relatif kecil dan airnya juga bersih. Hanya saja harap hati-hati karena masih banyak hewan laut di sana. Mulai dari bintang laut, kerang laut, kepiting, bulu babi, landak laut, kelomang, ikan kecil-kecil dan banyak lagi. Di Walakiri bintang laut tuh berserakan gitu aja, buanyak banget! Keira sampai kesenengan lihat hewan laut anekA macam. Ada satu cerita tentang kunjungan ketigaku ke Walakiri. Ceritanya waktu itu aku sedang berenang-renang dan bermain air dengan Keira. Beberapa anak lokal mendekati kami, mengajak kami bercerita dan pada akhirnya mengajari dan menunjukan padaku cara memakan landak laut (Echinoidea) mentah-mentah. Surprisingly ternyata rasanya enak lho! Gurih-gurih gimana gitu, bayangin makan itu sama nasi anget dan sambel bawang kayaknya enak deh. Nah beberapa saat kemudian ketika sedang asyik bermain bersama Keira, aku melihat ada landak laut yang cukup besar. Karena penasaran, aku angkatlah itu landak laut dengan tangan kosong. Yaaa... Maksud hati mau aku makan juga gitu, eh tapi si duri landaknya malah nancep dong di jempolku. Panik, berusaha aku cabut duri itu namun si duri malah makin melesak ke dalam.

Anak-anak NTT yang baik hati.

Suami sambil setengah ngomel langsung berultinatum buat ke rumah sakit, aku pengen nolak tapi kok ya sakit. Akhirnya sambil setengah menahan tangis (karena perih banget dan durinya geday!) Aku bilas air bersih dan ganti baju. Keira sendiri langsung di handle sama ayahnya. Sesampainya di Waingapu, kami langsung ke RS Lindimara dan akhirnya duri landaknya diambil dengan bantuan pisau bisturi dan lidocain. Dokter dan perawatnya sampai nanya, "Belum pernah lihat hewan kayak gitu ya kok dipegang?" dan aku hanya senyam-senyum tengsin.

Dengan segala drama yang kualami, menurutku pantai Walakiri tetaplah wajib dikunjungi dan kurasa pantai ini adalah salah satu tempat wisata terhits di Sumba Timur sehingga seringnya ramai pengunjung. Walakiri memiliki nilai plus yang mungkin belum dimiliki pantai lain yaitu sarana dan prasarana yang sudah cukup memadai, banyak pedagang, dan jarak serta akses ke pantai yang cukup mudah dan tidak terlalu jauh dari pusat kota. Selain itu, jika kamu cukup beruntung pada saat tertentu di Walakiri sering diadakan festival kuda.

Tips Traveling


Cantiknya Walakiri saat senja

- Bawalah handuk dan peralatan mandi serta ganti yang cukup jika kamu berencana berenang di pantai Walakiri, karena meski sudah ada toilet untuk bilas namun saat aku kesana bulan Agustus 2018 lalu belum ada penjual sabun, shampoo dan baju ganti di sana. (Nggak kayak di Jawa atau Bali)

- Hati-hati saat berenang karena seperti yang aku bilang masih banyak sekali hewan laut di pantai Walakiri.

- Meski sudah ada penjual makanan namun menu makanan di sini belum terlalu lengkap dan ada beberapa yang non halal, bagi yang mengajak anak kecil/balita sebaiknya membawa bekal makanan yang cukup.

- Jika tidak suka keramaian, datanglah saat weekdays. Usahakan datang 2-3 jam sebelum sunset agar bisa bersantai sejenak menikmati angin dan udara pantai yang sejuk.


Begitulah kisah kepingan Sumba yang kedua, sampai jumpa di kepingan berikutnya!

0 komentar:

Post a Comment

Feel free to ask anything, leave your comment. No SARA please :)