Gaya Hidup Minimalism, Sesimple Itu Kah?

Minimalism


Beberapa hari lalu lemari di rumah rusak. Padahal ceritanya lemari di rumah itu udah sengaja beli yang bisa dibongkar pasang mengingat kami hidupnya pindah pindah. Yah.. kalau nggak gitu nanti 5x pindah trus beli lemarinya juga 5x kan tekor keuangan akuuuuu~ Gara gara lemari yang ini rusak akhirnya mikir lagi kan mau beli lemari tipe apa ya nanti, tentunya yang bisa dibawa kalau pindahan mengingat setiap pindahan akhirnya kami terpaksa meninggalkan beberapa barang ditempat lama karena nggak bisa bawanya!

Hidup berpindah pindah ini pada akhirnya membuat kami belajar hidup minimalis, alias memilih hidup dengan barang-barang yang memang dipakai dan dibutuhkan saja. Kami mulai berhenti beli barang hanya karena kepingin atau lagi diskon, padahal ya nggak butuh-butuh amat. Soalnya ya itu tadi, nanti susah bawanya kalau pindahan lagi. Capek lho yaaa packing-unpacking tuh. Dan ternyata asik juga lho hidup dengan sedikit barang, bersih-bersihnya gampang, perawatannya gampang, semua barang juga jadi terpakai-nggak ada yang numpuk debuan-. Meski begitu jujur yaaaaa memulainya itu super sulit.

Hal yang pertama kali aku lakukan saat memutuskan, "Oke, aku mau hidup minimalism." adalah dengan melakukan declutter. Declutter ini adalah suatu kegiatan memilah barang mana yang masih mau dipakai dan mana yang sudah tidak dipakai. Barang yang sudah tidak dipakai ini bebas mau diapakan: mau dihibahkan, dijual atau dibuang pun bebas. Jangan kamu pikir declutter itu mudah ya, karena kadang ada baju yang sudah kekecilan, setahun nggak dipakai tapi mau dihibahkan sayang. Siapa tahu ntar langsing lagi. Ada juga buku yang sudah selesai dibaca, dua tahun debuan tapi mau dijual kok sayang, siapa tahu ntar pengen baca lagi, atau misalnya ada barang yang mau dibuang sayang karena "siapa tau ntar butuh." Gitu aja terus sampai akhirnya nggak ada barang yang dipilah. Untungnya aku agak terbantu dengan acara pindahan, karena ada pertanyaan tambahan :"ini bisa dibawa pindahan nggak ya?" yang memudahkan saat memilah. Sesi declutter ini juga membuatku sadar kalau barangku itu banyak juga ternyata, kaget sendiri punya baju model sabrina sampai 4 biji tapi yang dipakai itu lagi itu lagi. 

Nah setelah kita selesai memilah barang, ya jangan trus beli lagi beli lagi sampai akhirnya beranak pinak barangnya. Tetep ketika mau membeli sesuatu tanyakan pada diri :"Ini kepingin doang apa butuh? Di rumah udah punya belum yang kayak gini? bakalan dipakai nggak?" Kalau semua jawaban ya, ya belilah. Kalau ragu coba tunggu seminggu, kalau masih pengen ya pikir lagi. Aku sendiri jadi menghemat banyak dan jarang belanja karena gaya hidup minimalism ini. Baju misalnya, kalau nggak butuh ya nggak beli, terus kalaupun beli biasanya beli yang modelnya bakalan longlast, awet dan bisa dipakai sampai lama. Aku juga memberlakukan peraturan beli 1 keluar 1, jadi kalau ada baju baru sebiji yang lama harus keluar dari lemari sebiji juga. Bebas keluarnya mau dihibah apa dipreloved. Alat dapur aku juga cuma punya wajan 1, teflon 1, panci gede 1, panci kecil 1, kukusan 1, dan ceret perebus air 1. Jadi yah.. kalau misal mau masak tumisan dan gorengan ya, goreng dulu lalu wajannya dicuci lalu baru numis. Mau bikin roti bakar ya dipanggang aja pakai teflon, gitulah.

Hidup minimalism ini akhirnya membuatku jadi pribadi yang lebih mindfulness, lebih sadar kalau mau belanja, nggak impulsif lagi. Aku juga jadi lebih  menghargai suatu barang, karena biasanya yang disimpan ya yang bener-bener aku suka dan berguna, lebih kreatif karena barang yang ada kebanyakan jadi multifungsi dan tentunya lebih hemat dan tenang hati. Mau ada sale 90 % kek, mau itu keluaran terbaru kek, mau itu collab sama artis kek, mau itu season baru kek, kalau nggak butuh ya nggak beli. Even semua tetangga punya, kalau aku nggak butuh pun aku nggak akan beli. Hidup jadi simple, dompet menggendut dan pikiran tenang!

Lalu hal apa yang berat dari minimalism ini? pengendalian diri. Kita manusia tentu punya keinginan, ego, gengsi, hasrat. Ketika belajar hidup minimalism, kita harus belajar untuk mengendalikan diri dari godaan belanja karena sale, godaan ego dan gengsi, godaan ingin terlihat mewah dan kaya, godaan pamer, dll. Pengendalian diri ini butuh waktu untuk belajar, nggak akan langsung ahli dalam semalam. Bahkan akupun masih berusha belajar soal pengendalian diri ini.

Namun pada akhirnya bagiku, minimalism membuatku menjadi better version of me  dan sepertinya untuk saat ini gaya hidup ini paling cocok buatku yang hidupnya masih nomaden kesana kemari. Bagaimana dengan kamu?

1 comment:

  1. In my opinion, it is impossible to become a minimalist, you must be already born as a minimalist. I am aware, that such people are quite interesting.

    ReplyDelete

Feel free to ask anything, leave your comment. No SARA please :)