Ibu Hamil Beresiko Tinggi

Gambar dari sini 


Hari Raya akan segera tiba, sebentar lagi kita akan bertemu dengan sanak saudara, sahabat, handai taulan, you name it. Biasanya di Hari Raya kita akan bertemu banyak orang karena memang biasanya momen mudik dimanfaatkan untuk reunian, kumpul keluarga, ajang tali kasih dan lain sebagainya. 

Maka siap-siap sajalah menerima pertanyaan sejenis, Kapan wisuda? Kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan nambah anak? dan pertanyaan-pertanyaan lain yang nggak jelas batasannya antara kepo atau perhatian. Aku sih cenderung menjawab dengan senyum atau gurauan, but i will never tell them the truth. Karena bagiku, ya buat apa sih mikirin omongan dan pertanyaan mereka? toh bukan mereka yang ngasih makan aku dan keluargaku. Nah,berhubung aku sangat nggak nyaman ditanya-tanya begini,biasanya aku pun tidak akan menanyakan pertanyaan sejenis ini walau mungkin dalam hati aku sebenernya pingin tahu banget.

Tahun ini mungkin salah satu pertanyaan yang akan dilontarkan untukku adalah : Kapan Keira punya adik? 

Sejujurnya aku itu nggak paham ya, kenapa sih masalah anak ini sering banget ditanyakan. Padahal sebagai sesama orang tua kita kan tahu sama tahu lah ya gimana rempesnya ngurus anak. Lagian kalau misalnya Keira punya adik sekarang apakah Anda akan memberikan beasiswa full sampai Harvard untuk adik Keira? Lebih dari itu, masalah punya anak kan sangat pribadi. Bisa aja kan sesungguhnya dibalik penundaan kehamilan ada alasan kesehatan yang mendasari? Alasan kesehatan itulah yang kali ini akan aku bahas, dengan harapan tahun ini nggak ada lagi yang tanya kapan Keira punya adik semakin banyak wanita yang aware terhadap kesehatan dirinya sendiri. 

Waktu kuliah dulu aku mendapat penjelasan ada 4 kategori ibu yang memiliki resiko tinggi pada kehamilannya. Resiko disini maksudnya resiko memiliki masalah dalam kehamilan bahkan dapat berujung pada kematian. Yang namanya resiko itu bisa terjadi bisa nggak ya, karena kadang ketika orang membaca tentang hal ini atau aku jelaskan tentang hal ini responnya : "Ah tapi si A hamil juga begitu, nyatanya nggak apa-apa kok. " ya iya malih, tapi belum tentu kamu juga kayak si A. Hal ini sama kayak kebut-kebutan di jalan, kita semua tahu kalau orang yang ngebut di jalan memiliki resiko untuk mengalami kecelakaan lebih tinggi dibanding mereka yang hati-hati. Tapi ada juga kan yang ngebut tapi masih hidup aja sampai sekarang, meski banyak juga yang ngebut lalu dipanggil Tuhan. Nah, kali ini kita akan belajar bersama tentang 4 Terlalu pada ibu Hamil yang meningkatkan resiko pada kehamilan.

Terlalu Muda

Kehamilan pada usia dini atau kurang dari 20 tahun memiliki resiko yang cukup tinggi karena pada usia ini kondisi panggul belum optimal dan kondisi mental juga belum siap menghadapi kehamilan dan peran sebagai ibu.  Kalian tahu kan menjadi ibu itu nggak mudah, nggak ada liburnya, kurang tidur, kurang piknik, nah coba bayangkan kalau kalian baru aja lucu-lucunya seneng nongkrong sama temen, lagi seneng nonton konser, ngomongin kpop, nyobain baju-baju lucu, eh ndilalah hamil. Buyar sudah keasyikan masa muda.

Makanya buat dedek-dedek yang suka pacaran, hati-hati ya. Jangan sampai hamil karena resikonya tinggi. Resiko pada kehamilan di usia yang masih muda antara lain : Kelahiran prematur (karena organ ibu yang belum berkembang dengan sempurna), perdarahan, anemia, persalinan yang sulit, berat lahir bayi rendah, kecacatan bayi, baby blues hingga kematian ibu dan bayi. 

Nah besok kalau pas lebaran ditanya, mana pacarnya? atau kapan nikah? jika sekiranya usiamu masih muda, bisalah itu kamu jawab : "Saya menunggu usia saya matang dulu kok."

Terlalu Tua

Terlalu tua maksudnya kehamilan pertama diatas usia 35 tahun. Pada usia ini organ kandungan menua, jalan lahir bertambah kaku, penyakit degeneratif banyak muncul, kualitas sel telur berkurang sehingga ada kemungkinan ibu hamil mendapati anak lahir cacat atau mengalami down syndrom. Resiko lainnya antara lain terjadi pre eklamsia, hipertensi pada kehamilan, persalinan macet karena power ibu menurun, perdarahan, bayi lahir dengan berta rendah (BBLR), komplikasi seperti placenta previa, retensio placenta, dll.

Secara logis, seiring bertambahnya usia tentu saja kemampuan organ-organ kita dalam bekerja akan mengalami penurunan fungsi. Sementara ketika hamil, tubuh kita akan mengalami kenaikan metabolisme sehingga tubuh pun akan bekerja lebih keras dibandingkan saat tidak hamil. Hal ini nantinya bisa menimbulkan efek yang saling terkait, misalnya begini : Sel telur yang kurang baik akhirnya dibuahi dan menempel,namun karena sel tersebut kurang baik dan organ tubuh mulai mengalami penurunan maka bayi menjadi tidak maksimal saat berkembang. Ketika persalinan, power ibu yang turun ditambah penyakit degeneratif yang muali timbul (asma,hipertensi,diabetes, dll) membuat persalinan menjadi lama, bayi menjadi stress dan lahir asfiksia/tidak langsung menangis. Sementara ibu bisa mengalami perdarahan karena persalinan yang lama.

Ini tentu saja skenario terburuk, banyak juga ibu hamil diluar sana yang hamilnya lancar dan baik-baik saja meski hamil diatas usia 35 tahun. Sekali lagi, resiko tinggi bukan berarti pasti terjadi.
Terlalu Dekat

Terlalu dekat  adalah apabila jarak kehamilan yang satu dengan yang lain kurang dari 2 tahun atau 24 bulan. Hal ini karena, kondisi rahim ibu belum sempurna dan tentunya waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayinya kurang. Memang ada beberapa orang yang bisa tandem menyusui atau menyusui ketika hamil, namun tak sedikit yang merasakan perubahan pada asi sehingga sang kakak tak mau menyusu lagi ketika si ibu hamil. Selain itu sebenarnya menyusui saat hamil tidak dianjurkan karena menyusui akan merangsang hormon oksitosin yang memacu kontraksi, sehingga kehamilannya rentan mengalami keguguran.

Tubuh tentunya juga membutuhkan waktu untuk pulih sempurna setelah sebelumnya mengalami perubahan berat dan bentuk saat hamil. Otot-otot memerlukan waktu untuk berisitirahat setelah sebelumnya melar karena kehamilan. Setelah kehamilan dan persalinan rahim membutuhkan waktu minimal 3 bulan untuk kembali ke bentuknya semula pada persalinan normal, pada persalinan Sectio Caesaria/SC tentunya memerlukan waktu yang lebih lama lagi.

Sekedar info, pada persalinan SC sayatan yang dibuat itu lapis perlapis kulit. Jadi nggak langsung di iris dalam sekali iris langsung keluar bayi ya, tapi pelan-pelan lapis perlapis kulitnya. Nah sayatan pada rahim ini tentunya juga membutuhkan waktu untuk pulih dulu sebelum nantinya melar lagi saat kehamilan. Resikonya apa kalau hamil padahal rahim belum pulih sempurna? sayatan itu akan menipis ketika rahim semakin membesar, gampangnya bayangin aja sebuah balon yang ditiup. Makin lama ditiup permukaan balon akan semakin tipis seiring besarnya balon yang kita tiup, hingga akhirnya jika kita meniup balonnya terlalu besar si balon akan meletus. Bayangkan jika pada balon tersebut ada tambalan, tentunya si tambalan ini akan rentan bocor dan sobek saat si balon membesar. Hal yang sama terjadi pada rahim yang sebelumnya pernah di SC, aku sering melihat dengan mata kepala sendiri betapa sebuah rahim bisa sangaaaaaaaaat tipis. Saking tipisnya kadang keliatan tuh rambut si bayi, rahimnya udah kayak selaput ketuban aja tipisnya. Atau ketika biasanya rahim perlu beberapa sayatan baru nampak kepala bayi, rahim yang tipis sekali gores langsung kebuka. Rahim yang menipis ini biasanya juga akan membuat kehamilan terasa lebih nyeri dan perut bawah lebih sering sakit. Namun yang menjadi bahaya adalah ketika si rahim ini sobek saat kehamilan masih terjadi, si ibu dapat mengalami perdarahan hingga berujung pada kematian. Oleh sebab itu kehamilan setelah SC sebaiknya  diatas 2 tahun atau terbaik diatas 4 tahun dan maksimal 3 kali SC saja.

Inilah alasan kenapa Keira belum punya adik, harap berhenti bertanya mulai sekarang. Karena aku sudah terlalu banyak melihat penipisan rahim terjadi di depan mata, aku nggak mau itu terjadi juga pada diriku.


Terlalu Banyak

Terlalu banyak adalah ibu hamil yang pernah hamil dan melhirkan lebih dari 4 kali. Biasanya ibu yang hamil lebih dari 4 kali akan mengalami kekendoran otot perut atau perutnya menggantung. Masalah lain yang mungkin timbul adalah kelainan letak (lintang atau sunsang) karena otot rahim yang kendor menyebabkan ruang gerak bayi semakin lebar hingga resiko kelainan letak lebih tinggi, persalinan yang lama dan perdarahan. 

Menurut konsensus, persalinan SC sebaiknya tidak lebih dari 3 kali karena kondisi rahim yang disayat 3 kali tentunya akan semakin besar resikonya mengalami kerobekan saat kehamilan. Sedang untuk persalinan pervaginam belum ada batasan yang pasti, namun semakin banyak ibu melahirkan maka otot rahim akan semakin kendor sehingga semakin sulit berkontraksi. Otot rahim yang tidak mampu berkontraksi ini dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan yang tentu saja sangat berbahaya.

Begitulah 4 terlalu pada kehamilan yang mungkin belum begitu familiar namun ternyata cukup tinggi resikonya bagi kesehatan kita, baik itu kesehatan fisik maupun mental. Salah satu cara mencegah terjadinya 4 terlalu adalah dengan merencanakan kehamilan sebaik mungkin baik dengan bantuan alat kontrasepsi maupun tidak. Cara lainnya tentu saja dengan lebih peduli pada kesehatan diri kita sendiri, jangan sampai karena gemes nggak punya anak perempuan terus kita nyobaaaaaaa terus sampai dapat naka perempuan meskipun itu berarti kita harus masuk kategori "terlalu banyak." Jangan sampai karena takut dicap nggak punya pacar, akhirnya kita nikah dan hamil meskipun itu bikin kita masuk kategori "terlalu muda" atau jangan sampai karena kitanya males dan takut berKB eh kita jadi masuk kategori "terlalu dekat".

Tentu saja, pilihan tetap ada di tangan kamu karena kamulah yang punya tubuh. Apa yang aku sampaikan bukan bermaksud menggurui atau mengkritik, i write this because i love you and i wih you will life happy and healthy.

Ingat, resiko bukan berarti pasti terjadi. 
Namun alangkah lebih baiknya jika kita menghindari resiko.

Salam cinta,
xoxo

0 komentar:

Post a Comment

Feel free to ask anything, leave your comment. No SARA please :)